Bahagia?

1.6K 116 8
                                    

Double update dong

Siapkan hati dan pikiran ya🤭

Jangan lupa komen yang rame

Selamat membaca 🤗












****

Udara dingin semakin menusuk tulang. Sepertinya belum lama aku memejamkan mata, tapi lantunan tilawah di masjid sudah terdengar begitu nyaring. Kebiasaan tidurku kini tidak teratur. Iyan dan Iyah selalu rutin bangun tengah malam di jam yang berbeda. Biasanya mereka akan bangun dua sampai tiga kali untuk minum. Tapi, cuaca dingin sepertinya membuat mereka enggan untuk bangun. Semalam mereka hanya bangun sekali, meskipun cukup lama untuk tidur kembali. Lelah? Tentu saja, tapi aku merasa sangat bahagia bisa merasakan masa-masa ini.

Wajah pucat mas Algha masih begitu kentara dibalik tidur pulasnya. Dua hari ini, keadaannya tidak begitu sehat. Beberapa kali muntah bahkan mimisan dari hidungnya. Aku sudah memaksanya membawa ke rumah sakit. Tapi ia menolak dengan berbagai alasan. Khawatir akan keadaannya itu pasti, mengingat ia masih belum dinyatakan sembuh total. Tapi kebahagiaan dan ketenangannya selalu membuatku merasa aman.

Memandangi wajahnya adalah kegiatan yang tak pernah membosankan. Walaupun tulang pipinya begitu menonjol, sama sekali tidak mengurangi kadar ketampanannya. Rambut hitamnya kini mulai tumbuh kembali setelah sempat nyaris habis kemarin.

Ku usap wajahnya, matanya, rambutnya. Ia tak henti-hentinya membuat ku kagum.
Siapa sangka akan berada di samping nya, menjadi teman tidur nya, bahkan menjadi tempat keluh-kesahnya. Ah bukan, mas Algha tidak pernah berkeluh sedikitpun padaku. Ia selalu terlihat bahagia dihadapan ku. Mas Algha tidak pernah bosan memanjakan ku. Bahkan terkadang ia tidak membangunkan ku disaat Iyan atau Iyah terbangun.


Ia tidak membiarkan ku kelelahan sedikitpun. Ia selalu bersikap begitu manis. Bahkan saat ia sedang sakit pun aku tidak pernah mendengar rintihannya. Ia selalu tersenyum dihadapanku. Sehat-sehat terus ya mas!

"Kok nangis?" Ucap mas Algha membuatku terkejut. Segera aku menghapus bulir bening yang tak sengaja lolos dari kurungannya.

"Ngga apa-apa, kok. Jenengan gimana keadaannya?" Tanyaku tersenyum. Lagi-lagi ia menampilkan senyum terbaiknya untukku.

"Saya tidak apa-apa, Neng!" Selalu seperti itu jawabannya.

"Jangan sedih, ya!" Ucapnya membelai pipiku. "Maaf, saya selalu membuat sampeyan sedih," Sambungnya. Kini beralih memelukku.

"Ay, bahagia Mas! Ay, sangat bahagia bersama jenengan!" Ucapku membalas pelukannya.

"Neng, bahagia dan duka itu berjalan beriringan. Jangan terlalu tertawa saat sampeyan bahagia, karena duka akan segera menyambutnya. Begitupun sebaliknya, jangan terlalu berduka saat mengalami luka, karena bahagia sudah menanti didepan sana." Aku membenarkan apa yang mas Algha ucapkan. Meskipun ada sedikit pertanyaan mengenai apa yang ia utarakan. Tapi, aku memilih diam dalam pelukannya. Dingin seperti ini sangat nyaman saat menemukan kehangatan.

"Kebahagiaan sampeyan, dan anak-anak kita selalu menjadi doa saya. Saya tidak tahu akankah lebih lama lagi bersama kalian atau tidak. Satu pinta saya, jangan sendiri sampai akhir, ya, Neng! Jemput kebahagiaan sampeyan didepan sana!"

"Buat apa Ay mencari kebahagiaan lain, jika kebahagiaan Ay sudah Ay nikmati saat ini!" Jawabku menepis pikiran aneh yang muncul. Sejak keadaan mas Algha kurang baik, pikiran negatif selalu menghantuiku. Disamping itu, aku selalu berdoa yang terbaik untuknya.

"Terima kasih sudah menjadi wanita yang kuat. Saya cinta sampeyan!" Ucap mas Algha mencium ku bertubi-tubi.

"Ay juga cinta jenengan!" Balasku lirih. Aku terlalu malu untuk membalasnya secara terang-terangan.
Adzan subuh memisahkan pelukan kami. Mas Algha berusaha duduk membuatku segera membantunya.

Jodohku, Kamu! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang