Bersyukur itu ada tiga, bil Jinan, bil lisan, dan bil Arkan. Bersyukur bil Jinan yaitu bersyukur dengan hati, mensyukuri setiap pemberian Allah, dan percaya bahwa segala kenikmatan tidak luput dari pemberian-Nya. Bersyukur bil lisan yaitu bersyukur dengan ucapan. Bersyukur dengan mengucapkan hamdalah. Sedangkan bersyukur bil Arkan yaitu bersyukur melalui perbuatan. Tidak takabur atas setiap pemberian Allah. Segala usaha manusia tak luput dari campur tangan Allah.
Itulah sedikit yang ku ketahui mengenai bersyukur.
Tapi sayang, aku belum mampu menerapkan hal itu dengan sempurna. Aku selalu lalai dalam bersyukur. Selalu mengeluh di setiap kejadian tanpa mengambil hikmah. Selalu merasa lelah dengan kehidupan. Mungkin ini adalah teguran kenapa ujian terus bertubi-tubi padaku. YaAllah, ampunilah dosaku!Terhitung Minggu ke-6 sudah putra-putri ku berada didalam benda kotak itu. Azzam Nuriyan dan Nuriyatul Azimah adalah nama yang kusematkan kepada mereka. Tentunya ada banyak doa dan harapan dibalik nama tersebut. Nama itu, adalah nama yang sudah disiapkan oleh mas Algha sejak ia tahu bahwa aku mengandung kembar laki-laki dan perempuan. Mereka yang lahir belum genap sembilan bulan mengharuskan mereka untuk hidup didalam inkubator. Berat badan mereka yang juga dibawah normal mengharuskan mereka harus dalam pantauan dokter.
Sedih sekali mendapati mereka lahir demikian. Namun ada hal yang membuat ku lebih tenang. Sebelum aku masuk ke ruang operasi, mendapatkan kabar dari Teh Firla bahwa mas Algha sudah sadar dari komanya. Benar-benar menjadi semangat ku saat hendak melahirkan duo Arsyad junior. Tapi sayang, keadaan mas Algha yang belum pulih masih belum bisa menghubungi ku. Aku hanya mampu melihatnya terbaring dengan alat-alat yang mulai dilepas dari tubuhnya.
Lima hari pasca operasi, keadaan mas Algha sudah membaik. Hanya saja kata Teh Firla ia belum sanggup untuk menghubungi kami. Aku, Muya, Buya, dan semua keluarga disini sangat rindu padanya. Dua bulan tidak mendengar suaranya. Mas Algha memang butuh istirahat cukup banyak membuat kami menghargainya. Sejak keadaan mas Algha membaik, dokter menyarankan mas Algha untuk operasi sumsum tulang belakang. Semua akan dilaksanakan Minggu depan.
Rencananya, aku akan mengunjungi mas Algha, memberinya semangat sebelum operasi. Tapi, kata Teh Firla, Mas Algha tidak mengijinkan. Akan lebih baik jika aku fokus pada si kembar. Meskipun kali ini mereka masih didalam inkubator.
Setiap hari aku tidak pernah absen mengunjungi mereka. Selain melihat keadaan mereka aku juga harus memberikan asi untuk mereka. Keadaan mereka kini sudah lebih baik. Berat badannya juga sudah bertambah dari sejak lahir.
Dokter juga menyatakan bahwa mereka hari ini sudah boleh pulang. Oleh karenanya, Muya dan Mama begitu antusias untuk menjemput mereka. Selimut kembar dan gendongan kembar pun sudah dipegang oleh Muya dan Mama. Bahkan, aku sendiri dilarang untuk menggendong salah satu bayiku. Alhamdulillah, semua sayang pada Iyan dan Iyah.
Sepanjang perjalanan pulang, aku tak henti-hentinya menarik bibirku keatas. Setelah satu bulan lebih, akhirnya aku bisa mendekap mereka. Muya dan Mama juga tak berhenti mengobrol dengan si kembar. Meskipun mereka tidak merespon sedikitpun. Aku sangat bersyukur untuk semua ini.
Matahari sudah setinggi telinga orang dewasa, mobil yang kutumpangi berhenti tepat di depan ndalem. Mama dan Muya turun dengan begitu berhati-hati. Aku menyusul turut membawa beberapa keperluan si kembar. Mulai dari susu formula hingga Pampers mereka.
"Assalamualaikum!" Ucap Muya saat seorang santri membuka pintu ndalem untuk kami.
"Ahlan wa Sahlan!" Sambut beberapa orang di ruang tamu dengan cukup meriah. Balon dan pita bernuansa biru putih mewarnai ruang tamu kali ini. Aku tidak menyangka jika kehadiran si kembar akan disambut seheboh itu.
Nayeef begitu antusias saat melihat kedua adiknya. Ia juga memberikan kado seperangkat alat bayi kembar. Mulai dari botol susu, baju, sepatu, dan lainnya. Nayeef juga terus menemani si kembar hingga ia pun turut tertidur bersamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodohku, Kamu! [SELESAI]
Teen FictionTerkadang hidup tak seperti apa yang kita bayangkan. Boleh jadi hari ini sesuai dengan rencana kita, namun besok yang terjadi diluar nalar kita. Jodoh, rezeki, maut, sudah tergariskan sedemikian rupa. Hanya saja, mampukah kita menjalaninya dengan ik...