Gedung seni mulai diwarnai oleh almamater dari berbagai sekolah. Banyak dari mereka yang sibuk dengan Al-Qur'an masing-masing. Para peserta lomba Tahfidz 15 juz.
Bukan hanya dari kalangan pesantren, namun juga terdapat dari beberapa sekolah formal. Saat ini, pendidikan formal pun menekankan keagamaan dalam lembaganya, salah satunya dengan adanya program Tahfidz. Aku bangga kepada mereka, mereka mampu membagi waktunya untuk belajar pendidikan formalnya namun juga tak lupa menyetor hafalannya. Hafalan mereka pun tak terbilang sedikit.
Mengikuti ajang lomba Tahfidz seperti ini bukanlah ajang untuk mempamerkan para hafidz/Hafidzah pejuang Al-Qur'an. Melainkan untuk mengukur seberapa besar kemampuannya mengingat. Juga melatih kecerdasan otak.
Aku tidak banyak berperan dalam perlombaan ini. Aku yang sebagai panitia umum hanya sekadar membantu di kepanitiaan divisi. Saat perlombaan dimulai, tak ada aktivitas penting yang kulakukan selain menonton. Menjaga sebagai antisipasi ada kebutuhan mendesak.
Saat memasuki waktu Dzuhur, aku dan Salma segera shalat. Hal ini agar bisa bergantian dengan panitia yang lain. Aku berjalan meninggalkan Masjid, usai shalat. Seperti biasa, Salma bercerita sepanjang kami bersama. Entahlah, saat aku bersama Salma, ada saja topik pembicaraan yang kita bahas. Maklum, perempuan wkwk pembahasannya dari Sabang sampai Merauke.
terbelalak saat melihat anak kecil berlari menuju motor yang melaju disamping kirinya. Hanya berjarak beberapa meter dengan ku. Sesegera mungkin aku berlari menggapai anak itu.
"Awass!!!"
Brakk!!!
Telat, aku hanya mampu menggapai tangannya, membuat anak itu terhempas ke kanan.
Motor yang terkejut saat anak kecil itu lewat pun mengerem mendadak hingga terjatuh. Seketika semua orang menghampiri ku. Anak kecil itu menangis seketika. Salma membantuku berdiri setelah anak kecil itu dibawa menepi oleh seseorang.
"Kamu ngga apa-apa?" Tanya Salma.
"Ngga apa-apa" jawabku berusaha berjalan menghampiri anak kecil itu. Ia masih menangis histeris. Kaki dan tangannya luka akibat tergesek aspal.
"Mbak, anak ini sepertinya harus dibawa ke RS" seru laki-laki yang menolong anak kecil itu.
"Salma! Ambil motorku! Kita bawa anak ini ke klinik depan!" Pintaku pada Salma membuat Salma berlari ke parkiran. Aku tidak peduli dengan pengendara motor tadi, sepertinya sudah banyak yang menolongnya.
Aku dan Salma segera membawa anak ini ke klinik. Tangisnya sudah sedikit reda setelah kudekap tubuhnya. Dengan tertatih-tatih aku membawa anak kecil itu ke ruang UGD.
Aku bisa bernafas lega saat dokter datang menangani. Anak itu juga sudah tenang. Salma membantuku duduk di kursi tunggu. Kaki sakit akibat terjerembab tadi. Tapi sepertinya hanya keseleo sedikit.
"Ummi!" Tiba-tiba terdengar suara anak kecil itu. Seketika aku teringat, kemana keluarganya. Aku dan Salma pun menghampiri anak tersebut. Sebagian lukanya sudah diobati oleh dokter.
"Hilman! Kamu ngga apa-apa sayang?" Tiba-tiba dua orang datang menghampiri kami. Ah! Aku ingat, sepertinya mereka salah satu wali santri dari peserta lomba MUQAWAH hari ini.
"Eh! Pasti kamu ya yang nabrak Hilman! Lihat dia luka seperti ini!" Tiba-tiba satu wanita menunjukku.
"Maaf! ...."
"Tanggung jawab kamu!" Belum selesai aku berbicara sudah dipotong olehnya.
"Sudah Sya! Ini juga musibah!" Ucap wanita satunya setelah memenangkan Hilman. Sepertinya ia ibu dari anak itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodohku, Kamu! [SELESAI]
Teen FictionTerkadang hidup tak seperti apa yang kita bayangkan. Boleh jadi hari ini sesuai dengan rencana kita, namun besok yang terjadi diluar nalar kita. Jodoh, rezeki, maut, sudah tergariskan sedemikian rupa. Hanya saja, mampukah kita menjalaninya dengan ik...