Ikhlas

2K 135 3
                                    

Hari ini adalah hari pernikahan Irsyad dan Syafa. Bohong jika aku tidak sakit hati mengenai hal ini. Nyatanya lima bulan tidak cukup untuk berusaha mengikhlaskannya. Tapi bagaimanapun juga, aku tetap harus bisa mengesampingkan rasa sakitku. Hari ini aku memutuskan untuk turut hadir di resepsi Irsyad. Beberapa teman sekelasku sempat mencegahku. Namun, aku berhasil meyakinkan mereka bahwa aku baik-baik saja.

Selepas shalat asar aku berangkat bersama Rikza. Semua sepakat untuk berangkat bersama-sama dari kontrakan Yoga. Letak rumah Irsyad memang cukup jauh dari kampus. Memerlukan waktu hampir satu jam perjalanan.

Sekitar pukul 4 sore, semua sudah tiba di parkiran. Sebelum masuk, Yoga merencanakan hal aneh sebagai bentuk kejutan untuk mempelai katanya.

"Yang bagian nge-record siapa?" Tawarnya.

"Aku boleh!" Usulku.

"Oh tidak! Kamu sebagai pemeran utama disini!"

"Maksudnya?"

"Ya kamu harus jadi pemimpinnya kita!"

"Ngawur! Ngga!"

"Katanya baik-baik saja. Tunjukkan dong!"

"Oke! Tapi aku ngga mau sampe ada yang ngevideo aku ya! Ntar dijadiin video yang viral di tiktok!"

"Yahhh ngga seru! Padahal itu salah satu tujuan kita!"

"Yaudah aku pulang aja!"

"Iya iya ngga! Yang di-record cuma pas kita masuk doang! Siap Rian?" Akhirnya yoga menuruti kemauanku. Rian mengacungkan jempolnya sebagai jawaban.

Semua teman-temanku sudah berbaris rapi sesuai panduan Yoga. Masing-masing dari kami memegang hadiah pernikahan yang sengaja memalukan.

Bagaimana tidak, hadiah yang kami berikan berupa sapu, cikrak, wajan, serok, dan peralatan rumah tangga lainnya. Mana membawanya dengan tangan telanjang, tanpa bungkus kado ataupun kresek. Yoga memintaku untuk berada di barisan paling belakang dengan membawa foto kenangan katanya. Kurang ajar sekali dia. Foto yang ku bawa memanglah foto kenangan, tapi bukan kenangan antara aku dan Irsyad saja ya, melainkan semua anggota kelas.

Belum sampai di depan pintu pelaminan, semua mata undangan tertuju pada rombongan ku. Alunan musik "paket" sangat pas sekali mengiringi perjalanan kami. Ya Allah ini benar-benar menjadi pusat perhatian semua orang. Banyak orang yang mengabadikan momen memalukan kami ini. Tapi tidak apa-apa, setidaknya semua undangan tertawa menyaksikan tingkah banyolan kami.

Setelah berfoto ria, tentunya dengan gaya yang absurd, satu-persatu dari kami menemui pengantin untuk mengucapkan selamat. Saat aku melangkah tepat di atas pelaminan, Irsyad menatap ku dengan tatapan terluka. Sebisa mungkin aku tersenyum dihadapannya. Aku tak ingin Irsyad menganggap ku, aku tersakiti karenanya.

Aku menangkupkan kedua tangan saat di depan Irsyad. Ia masih menatapku dengan tatapan terluka. Bibirnya berkata maaf tanpa suara.

"Samawa ya Om! Ditunggu juniornya!" Ucapku sambil terkekeh. Irsyad tersenyum terpaksa dengan mengucapkan terima kasih.

"Selamat ya mbak!" Ucapku pada istrinya, namun tak mendapatkan sambutan dengan baik. Aku tak mengerti, apakah ia tahu yang terjadi antara aku dan Irsyad, atau masih kesal pas kecelakaan waktu itu.
Setelah bersalaman dengan pengantin, tamu undangan diarahkan untuk menikmati jamuan.

"Ayu! Makan yang banyak! Sakit hati juga butuh tenaga!" Bisik Yoga saat mengambil lauk didepanku. Membuatku menatapnya tajam.
Meja dan kursi yang digunakan teman-temanku sudah penuh, membuat aku dan Rikza tak bersama mereka.

Tiba-tiba seseorang tersenyum padaku. Ah aku ingat, dia ibu dari anak kecil yang pernah ku tolong. Oiya, dia kan kerabat Irsyad, sudah pasti ada disini. Namun, apakah ia masih mengingat ku?

Jodohku, Kamu! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang