Lamaran

2.5K 136 2
                                    

Liburan telah usai. Selamat kembali ke dunia nyata. Ingat sudah memasuki semester tua. Jangan lupa berdoa agar cepat wisuda kemudian berkeluarga. Canda berkeluarga.

Memanglah, di semester enam sepertiku menikah sudahlah hal yang lumrah. Bahkan liburan semester kemarin, aku disibukkan dengan kondangan kesana-kemari. Hampir separuh dari teman sekelasku, sudah pada sold out. Ada yang menikah, ada pula yang masih tunangan. Please jangan tanya aku kapan. Baba dan Mama selalu mewanti-wanti ku, "ijazah dulu, baru ijab sah!".

Dipikiranku pun menikah masih berada di list terbawah. Ya meskipun manusia hanya mampu berencana. Aku hanya berharap, semoga Allah mempertemukanku dengan mas jodoh sesuai dengan list rencana masa depanku.

Seperti biasa, di awal semester sudah pasti disibukkan dengan berbagai tugas. Bedanya, mungkin di semester awal, tugas hanya membuat makalah. Itupun berkelompok, membuat beban sedikit berkurang. Berbeda dengan sekarang, tugas tak lagi berkelompok, melainkan individu. Bahkan di Minggu pertama saja sudah ada 8 laporan yang harus ku selesaikan. Yuk semangat mengerjakan.

Sembari menunggu jam kuliah berikutnya, aku memilih untuk mengerjakan laporan di gazebo. Sendiri memang, sebab teman-temanku pergi untuk sarapan.

"Assalamualaikum Bun!" Tiba-tiba seseorang menghampiriku.

"Waalaikumussalam," jawabku. Tanpa menoleh pun aku tahu siapa dia. Entahlah, bahkan pada wangi parfumnya saja aku sudah mengenali.

"Ngga ikut makan?" Tanyanya. Aku hanya menjawab dengan gelengan kepala.

"Chattku kok ngga dibales?" Tanyanya membuatku berhenti mengetik. Seketika aku membuka handphone-ku. Benar saja, ada beberapa pesan darinya.

"Hehe, maaf! Lagi ngerjain laporan soalnya!" Jawabku kemudian kembali fokus pada laptop.

"Bund! Boleh ngomong ngga?"

"Ngga!"

"Hmm yaudah!" Jawabnya lesu.

"Apa sih? Tinggal ngomong juga!"

"Ngga jadi!"

"Kebiasaan!" Ucapku menutup laptop. Kemudian membereskan semua barang-barangku.

"Mau kemana?" Tanyanya saat aku hendak memakai tas.

"Nyari minum!" Alibiku.

"Selesai jam kuliah aku mau kerumah kamu!" Tuturnya membuatku terkejut.

"Eh ngapain?" Tanyaku tak santai.

"Mau ketemu orang tua kamu!"

"Ngawur! Baba ngga ada, kerja"

"Yaudah nanti malem, sekalian bareng Abah sama Ummi!"

"Bercandanya ngga lucu!" Jawabku malas. Pasalnya dia memang sering bercanda seperti itu denganku.

"Bund! Please, kali ini aku serius!"

"Kamu serius, aku dua rius malah!"

"Ah tau lah bund! Aku Sampek bingung mau ngomong gimana lagi sama kamu!"

"Mau kamu apa sih Om?"

"Oke, aku mau ngelamar kamu! Puas?"

Deg! Bukankah Irsyad sudah memiliki calon istri.

"Jangan aneh-aneh! Kamu udah punya calon istri juga!" Ucapku memalingkan wajah.

"Siapa?"

"Yang di RS waktu itu,"

"Syafa? Ah! Tapi aku ngga mau sama dia! Itu hanya kehendaknya saja!"

"Tapi orang tua sudah setuju? Itu sama aja!"

Jodohku, Kamu! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang