Haiii? Ada yang kangen, ngga?
Harusnya kangen si ya....
Maaf baru muncul lagi setelah sekian lama...
Semoga puasa kita lancar semua dan sehat selalu...
Minal aidzin wal Faizin semua....
Minta doanya nggih, semoga urusan saya dilancarkan dan cepat diselesaikan hingga bisa kembali di dunia halu ini lagi🥺🥺
Semoga kalian yang membaca bisa mengambil manfaat dan berkah dari tulisan gabut ini.
Semangat untuk kita semua❤️❤️
****
"Jangan sering ngelamun, cantik!" Tegur Irsyad memelukku dari belakang. Tangannya mulai mengusap perutku yang sudah membesar. Hamparan laut dihiasi burung-burung berterbangan dibawah langit yang mulai memerah tidak sekalipun membuatku berpaling.
"Ada yang dipikirkan?" Tanyanya, saat aku masih belum bergeming sedikitpun. Bayangan masa lalu terus terlintas di benakku. Bagaimana rasanya hamil tanpa suami, tanpa pula keluarga. Mual, ngidam, sakit, dan semacamnya, aku lalui dengan sendiri. Bahkan pernah pula aku dikira hamil di luar nikah hanya karena pergi ke dokter selalu sendiri. Sakit? Tentu saja. Bahkan ngilunya masih terasa.
Tapi, Allah benar maha Adil. Allah tidak pernah lupa dengan janji-Nya. Allah mengganti rasa sakit yang sudah ku lalui dengan nikmat yang bertubi-tubi. Jika dulu aku tidak merasakan kasih sayang suami, saat ini jangan ditanyakan lagi. Irsyad tidak membiarkan ku lepas dari pantauannya. Traumanya di masa lalu, membuat dia sedikit lebih siaga. Kesalahannya menjadi pengalaman berharga. Satu yang paling aku suka, Irsyad tidak pernah absen mengungkapkan rasa cinta dan sayang nya padaku. Tentu, aku sangat mensyukuri itu.
"Ngga baik, Ning ngelamun sore-sore!" Tegurnya sambil menarikku untuk duduk di kursi bambu pinggiran pantai. Dia begitu sabar dan telaten mengurus ku.
"Mas, menurutmu, seberapa penting cinta dalam pernikahan?" Entah pertanyaan itu muncul di tengah-tengah hamparan laut lepas.
"Coba makan!" Alih-alih menjawab, Irsyad malah menyuapiku dengan bakwan yang tadi aku buat.
"Gimana rasanya?" Tanyanya membuatku bingung.
"Ya jelas enak lah! Orang aku yang bikin" jawabku dengan nada sedikit naik. Tapi Irsyad malah terkekeh geli.
"Cinta dalam pernikahan itu seperti bumbu yang ada di bakwan ini. Mau semahal apapun jagung dan wortel yang digunakan, jika tidak diberi bumbu maka akan hambar. Begitupun bumbu yang dipakai, takarannya harus sesuai. Jika terlalu banyak garam, akan pahit."
"Cinta itu penting untuk merasakan kenikmatan pernikahan yang senyatanya, tapi harus sesuai dengan porsinya. Sama seperti istilah carilah cinta yang setara. Karena apa? Disaat cinta itu tidak imbang, tentu akan menyakiti salah satunya."
"Lalu, bagaimana dengan pernikahan yang bukan atas dasar cinta?"
"Witing tresno jalaran saka kulina, itu benar adanya. Manusia saja yang tidak tahu seperti apa Penciptanya dan Nabi-Nya bisa timbul rasa cinta. Lantas apa tidak mungkin pasangan yang sudah setiap hari bertemu tidak akan ada rasa?. Mencintai orang yang kita nikahi itu wajib. Sedangkan menikah dengan orang yang kita cintai itu bonus." Jawabannya, selalu membuatku terpana. Irsyad tidak pernah berubah seperti dulu aku mengenalnya.
"Kenapa tiba-tiba bicara perihal cinta, hm?"
"Maaf, Aku sedikit teringat Mas Algha"
"Jika kamu berkenan untuk menceritakannya, aku siap jadi pendengar!" Irsyad selalu seperti itu. Dia tidak pernah mempermasalahkan ku jika aku mengingat apapun tentang Mas Algha.
"Kehamilanku saat ini sangat berbanding terbalik dengan kehamilan si kembar dulu". Aku pun menceritakan apa yang kurasakan saat masa kehamilanku yang pertama. Masa-masa aku melewati semuanya sendiri. Pun dengan alasan mengapa Mas Algha meninggalkan ku.
"Bukan niat membandingkan, aku hanya bersyukur, sangat bersyukur. Setelah ujian bertubi-tubi menghampiri, Allah mengirimkan kebahagiaan yang tak terkira melalui kamu"
"Apa yang aku alami dulu, tidak jauh berbeda denganmu, Ning!"
"Aku yang menikahi Syafa tanpa cinta, bohong jika akhirnya aku tidak memiliki rasa padanya. Tapi, aku begitu gengsi untuk mengakuinya. Sekalipun aku tidak pernah berani mengungkapkannya. Hingga Syafa meninggalkan ku untuk selamanya. Rasanya separuh jiwaku lepas begitu saja. Terlebih hadirnya Nisa tanpa seorang ibu. Penyesalan itu sampai kapanpun tidak pernah hilang dari diriku sendiri. Aku sampai bertekad untuk tidak menikah lagi, karena aku takut, takut tidak bisa mengungkapkan rasa cinta yang sebenarnya. Tapi, Allah maha membolak-balikkan hati. Atas petunjuk-Nya, Dia memberiku jalan yang jauh lebih indah dari yang kukira. Jalan untuk menggapai ridho-Nya bersamamu."
"Maaf, jika cintaku padamu berlebihan. Aku berusaha untuk tidak mengulang kesalahan yang sama. Karena aku terlalu pengecut jika harus ditinggalkan lagi. Jika bukan karena kisahku dengan Syafa, mungkin aku tidak akan menjadi seperti ini saat bersamamu."
"Bismillah ya mas.... Semoga Allah menakdirkan kita untuk selamanya" ucapku dengan sedikit menyeka air mata.
Aku dan Irsyad memiliki masa lalu yang sama dengan versi cerita yang berbeda. Tapi masa lalu sama-sama membuat kami belajar tentang banyak hal. Dan masa lalu yang membuat kami kembali bertemu dengan pribadi yang tidak lagi seperti dulu. Allah memang Maha Baik dan Maha Perencana yang paling baik. Jangan pernah meragukan apa yang sudah ditakdirkan untukmu. Karena kamu tidak pernah tahu kebahagiaan seperti apa yang sudah menunggumu.
"Bunda!" Suara ketiga anakku kembali terdengar. Tubuh mereka kotor penuh pasir. Tidak luput dua mbak santri yang Yang menemani mereka.
"Sudah hampir Maghrib, segera mandi, ya! Sebentar lagi kita ke penginapan!" Titahku yang diangguki oleh mereka semua.
Hari ini aku dan Irsyad sengaja membawa mereka berlibur. Sedikit jauh dari rumah memang, tapi tidak apa-apa sesekali agar Iyah, Iyan, dan Nisa bisa semakin dekat. Begitupun Irsyad yang juga tidak membeda-bedakan mereka. Meskipun Iyan dan Iyah tidak bersama kami, tapi menepati janjinya untuk mendekati Iyah. Iyah pun sudah mulai menerima kehadiran Irsyad dan Nisa. Meskipun terkadang ia tidak begitu menunjukkan ekspresinya. Tapi dengan tidak lagi menolak ajakanku ataupun Irsyad, itu bentuk penerimanya.
Perlahan tapi pasti. Semua memang butuh proses. Aku bahagia, sangat bahagia!
Alhamdulillah 'ala kulli haal wa ni'mah
****
TERIMA KASIH:)
Next cerita?
Ada, ngga ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodohku, Kamu! [SELESAI]
Teen FictionTerkadang hidup tak seperti apa yang kita bayangkan. Boleh jadi hari ini sesuai dengan rencana kita, namun besok yang terjadi diluar nalar kita. Jodoh, rezeki, maut, sudah tergariskan sedemikian rupa. Hanya saja, mampukah kita menjalaninya dengan ik...