Mall

1.4K 116 7
                                    

صباح الخير:)

Apa kabar semua?

Yuk yang kangen Ayu 🤗

Maaf ngga bisa panjang, mood nulis masih suka acak-acakan:(

Terima kasih yang selalu setia menunggu 🥺

Selamat beraktifitas 😊


























****

Trimester pertama kehamilan hampir berlalu. Kini usia kandungan ku memasuki Minggu ke-12. Perutku belum begitu terlihat membuncit. Terlebih selalu tertutup oleh gamis yang kugunakan. Morning sickness masih setia menemani setiap hari. Ya, aku tidak mengeluh.

Ngidam pun sudah beberapa kali aku rasakan. Seperti di Minggu ke sembilan kemarin, entah bagaimana tiba-tiba terlintas es Doger dipikiranku.

Es serut dengan berbagai macam toping berwadahkan sebuah cup kecil dengan susu yang begitu lumer membuat ku menelan ludah. Sepanjang perjalanan pulang, aku sudah berusaha mencari penjual es Doger, tapi nihil.

Keinginan ku semakin memuncak disaat melihat Nana membuang sebuah cup yang aku tidak tahu bekas apa. Aku hanya berucap dalam hati, mencoba menenangkan si calon bayi.

Tapi usahaku tak berhasil, bayang-bayang es Doger semakin menghantuiku. Bahkan dengan mudahnya aku meneteskan air mata.

Ya Allah, begini rasanya saat mengidam tidak ada suami! Yang sabar ya, Nak! Insyaallah bunda coba cari lagi.

Aku tak putus harapan, terus mencoba mencari es Doger di online food. Sayang, waktu sudah cukup sore membuat tokonya pun sudah tutup.

Aku benar-benar pasrah dengan keinginan bayiku ini. Aku tahu, dia kuat!

Tok tok tok!

Tiba-tiba pintu kamar ku terbuka, menampilkan Dimas dengan dua cup es di tangannya.

"Assalamualaikum, Bunda!" Sapanya menghampiriku.

"Waalaikumussalam, sayang! Ada apa?" Tanyaku, setelah menghapus air mata.

"Ini buat bunda!" Ucapnya menyodorkan satu cup untukku yang ternyata es doger. "Tadi di sekolah, Dimas sengaja membeli dua cup. Satu untuk Dimas, dan satu lagi untuk Bunda! Tapi, maaf! Esnya sudah mencair, karena Dimas simpan di kulkas!" Ucapnya. Subhanallah! Allah begitu baik mengirimkan malaikat kecil untukku.

"masyaAllah! Terima kasih banyak, nak!" Ucapku. Kebaikan Dimas, benar-benar membuat tangisku pecah.

"Bunda kenapa nangis? Esnya tidak enak ya?" Tanyanya menggigit bibir.

"Bukan sayang! Bunda begitu senang hingga menangis seperti ini! Sekali lagi, terima kasih ya, Leh!" Ucapku memeluknya.

.
.
.
.

Aku menikmati semua itu. Meskipun tidak ada mas Algha disisiku. Bahkan hingga saat ini, hanya Bu Yani yang mengetahui keadaan ku. Beliau curiga saat aku selalu melewatkan sarapan pagi bersama anak-anak. Mau tidak mau, aku pun memberi tahu Bu Yani tentang kehamilan ku. Ia begitu antusias saat mendapat kabar tersebut. Bahkan ia juga menitikkan air mata bahagia. Aku tidak tahu, apakah mas Algha akan bersikap demikian atau bahkan dia akan terlihat biasa saja saat mengetahui tentang kehamilan ku.

"Jenengan yakin mau berangkat, Ning?" Tanya Bu Yani melihat penampilan ku sudah rapi. Padahal baru saja aku mengalami muntah hebat hingga lemas. Tapi tidak mungkin jika aku melalaikan tanggung jawab ku. Aku tetap harus berangkat, pagi ini.

Jodohku, Kamu! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang