Lem

1.6K 130 12
                                    

Cinta adalah sebuah kata yang beribu makna. Setiap orang pasti memiliki pandangan sendiri akan cinta. Cinta datang tak pernah terduga sebelumnya. Bisa saja hanya karena pandangan pertama. Atau cinta datang karena terbiasa.

Perihal cinta, setiap orang pasti mampu merasakannya. Tapi tak semua orang mampu mengontrol nya. Terkadang manusia dibutakan oleh cinta hingga tak sadar melukai dirinya. Lantas mengapa manusia masih tak menyadari kesalahannya. Cinta yang diselimuti nafsu tak akan mendapatkan restu. Sedangkan cinta yang diselimuti ketulusan akan memberi kebahagiaan. Semua tergantung manusia dalam mengolahnya.

Mungkin itu pelajaran yang kudapatkan selama sebulan terakhir. Masih perihal cinta yang tak mampu ku ungkapkan dengan kata. Pada nyatanya aku benar-benar tak mampu memahami apa itu cinta. Rasa nyaman, takut kehilangan, dan memiliki kepedulian, akankah bisa dikatakan karena cinta? Entahlah sampai kapanpun aku memang tak bisa mendefinisikan kata cinta.

Terhitung satu bulan mas Algha meninggalkan ku. Tepat satu Minggu setelah resepsi pernikahan kami, mas Algha berangkat ke jazirah Arab. Semua keluarga sangat terkejut mendapat kabar tersebut. Namun mereka tidak bisa berbuat apa-apa disaat aku pun turut menyetujuinya.
Jangan tanya bagaimana perasaan ku.

Tentu saja terasa sakit, berat, dan kacau. Bagaimana di usia pernikahan yang belum genap sebulan sudah berpisah benua. Komunikasi ku dengan mas Algha juga tak sedekat dulu. Tak ada perhatian-perhatian kecil yang ia tunjukkan. Semua hanya perihal perkembangan resto yang sementara ini beralih menjadi tanggung jawab ku. Juga perusahaan Buya yang mau tak mau aku turut terjun ke dalamnya. Ya, kesibukan ku setiap harinya mampu mengalihkan perhatian ku pada mas Algha.

Setidaknya aku tak berlarut-larut dalam masalah ini. Aku harus bisa menunjukkan bahwa aku layak untuk mas Algha, dan menjadikan mas Algha bangga memiliki ku sebagai wanitanya.

Berhenti insecure dan jangan lupa selalu bersyukur. Setiap orang memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Aku tak boleh minder dengan kekurangan ku dan aku harus memaksimalkan potensi yang ada pada diriku. Selama mas Algha tidak ada, aku benar-benar ingin fokus menata karir, bukankah ini yang dia inginkan?.

Selama mas Algha pergi, aku juga tidak tinggal di pesantren ataupun di rumah Baba. Itu permintaan ku pada mas Algha kala itu.

"Okay, Ay akan setuju didepan semua keluarga. Tapi, jenengan juga harus mengijinkan Ay untuk tinggal sendiri, bukan di ndalem ataupun di rumah Baba!"

"Tidak! Tidak bisa! Sampean harus tetap tinggal disini!" Bantahnya.

"Kenapa, mas? Kenapa jenengan begitu egois? Katanya kita harus sama-sama menata hati? Tapi kenapa jenengan tidak memberi kebebasan pada Ay?"

"Sampean masih tanggung jawab saya, neng!"

"Tanggung jawab? Tanggung jawab kata jenengan?" Sentakku, aku masa bodoh dengan tata Krama didepan suami. Aku benar-benar tidak kuasa.

"Apa ini yang dimaksud tanggung jawab bagi jenengan? Meninggalkan istri yang baru beberapa Minggu jenengan nikahi? Tanpa kita bersuara, tanpa kita berdrama, semua orang bakal mampu menebak, mas! Kalau rumah tangga tidak baik-baik saja!"

"Nah itu, Neng! Setidaknya dengan sampean tetap di ndalem tidak membuat orang luar berpikir negatif!"

"Dengan tidak memberikan kebebasan pada, Ay? Jenengan egois mas! Bagaimana Ay bisa tinggal disini sedangkan Ay tidak memiliki latarbelakang pesantren? Bagaimana jika santri-santri jenengan tahu bahwa istri dari Gus yang selalu mereka bangga-banggakan jauh dari kata baik yang mereka nilai? Mirisnya lagi, Gus mereka pun turut meninggalkan istrinya tanpa memberinya bimbingan dan dukungan!" Tangisku semakin menjadi, dadaku terus naik turun dengan nafas tersengal-sengal. Mas Algha hanya diam tak bergeming sedikitpun. Matanya menghadap ke arah lain begitu enggan melirikku yang sangat kacau.

Jodohku, Kamu! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang