Apa sih yang menjadi tujuanmu mengikuti organisasi? Hanya untuk memperluas relasi atau juga untuk mengembangkan kreativitas diri? Apapun tujuannya, jangan pernah lupa peranmu sebagai mahasiswa. Kritis boleh tapi jangan sampai tragis. Banyak mahasiswa milenial yang bangga akan statusnya namun lupa menjalankan perannya. Berfoya-foya menghabiskan uang orang tua tanpa mempedulikan sedikitpun masa depannya. Kesana-kemari hanya pergi nongki. Katanya sih cuma ngopi, tapi sampai lupa waktu kembali.
Aku selalu ingat pesan Baba, "Aktif berorganisasi boleh, tapi jangan pernah lupa tujuanmu menempuh pendidikan sebagai mahasiswa. Kamu sendiri yang lebih tahu mana yang harus diprioritaskan"
Disaat teman-temanku mengikuti dua, tiga, organisasi, aku hanya memilih satu untuk ditekuni. Aku takut, saat mengikuti banyak organisasi akan membuat fokus otak terpecah belah. Sehingga membuat kuliahku terbengkalai. Memang, banyak para aktivis organisasi yang mampu membagi waktunya. Namun hal itu sepertinya tidak berlaku untukku. Maklum, otakku berkapasitas standar. Satu organisasi saja sudah membuatku cukup mendapat banyak pelajaran juga kawan.
"Ayudia! Kamu kamu jadi bendahara ya!" Ucap tiba-tiba pakpres Dika.
"Yang lain aja Pak! Pusing aku tuh ngurusin uang orang!" Jawabku.
"Ngga menerima penolakan!" Jawabnya mencantumkan namaku di papan.
"Yakin nih aku? Oke ntar uangnya kubuat check out shopee!" Ucapku yang langsung mendapat serangan dari kawan-kawan.
Rapat pengorganisasian untuk acara MUQAWAH (musabaqah quraniyah wal lughah) menghabiskan waktu cukup lama. MUQAWAH merupakan ajang lomba tingkat SLTA dimana terdapat berbagai cabang lomba di dalamnya. Lomba diadakan sesuai dengan kebijakan divisi masing-masing. Ada enam divisi di SBA ini, diantaranya kaligrafi, tilawah, bahasa Inggris, bahasa Arab, tahfidz, dan Fahmil Qur'an. Acara MUQAWAH ini merupakan acara tahunan yang diadakan oleh SBA. Rencananya, acara ini akan diadakan akhir tahun nanti.
"Langsung pulang?" Tanya Salma teman sedivisiku.
"Makan dulu yuk!" Ajakku merasakan lapar.
"Di Bu Risma aja ya... Uang bulananku hampir habis soalnya!" Keluhnya sembari meringis.
"Aku traktir! Tapi kamu bawa motornya!" Ucapku menyodorkan kunci motor kepadanya.
"Uuu baik deh... Makasih... Tapi tetep di Bu Risma ya... Aku lagi pengen tempe penyet!" Tawarnya.
"Iya terserah kamu!" Jawabku.
Aku dan Salma pun pergi ke warung Bu Risma yang tak jauh dari kampus. Warung Bu Risma ini terkenal murah meriah dikalangan mahasiswa. Banyak yang menyukainya, termasuk aku dan Salma. Selain itu, tempatnya juga sangat nyaman membuat pelanggan betah.
Sesuai keinginan Salma, kita pesan dua porsi nasi lalapan tempe. Jarang sekali aku menemui warung ini sepi. Saat ini saja, aku dan Salma harus menunggu beberapa menit untuk mendapatkan meja kosong.
"Kira-kira grand acaranya MUQAWAH ini apa ya Yud?" Tanya Salma padaku. Aku masih sibuk mengotak-atik handphoneku.
"Tahun kemarin seminar kan ya?" Tanyaku balik.
"Iya, pematerinya Kiai Idris. Ih kamu chatingan dengan siapa sih?" Aku meliriknya bentar saat Salma melihat layar teleponku.
"Perasaan anak ini ngechatt kamu tiap hari deh!" Ucapnya menelisik.
"Dia teman sekelasku!" Jawabku seadanya kemudian meletakkan teleponku.
"Jangan-jangan ada anu?" Tebaknya yang menimbulkan banyak artian.
"Ana anu, udahlah mending makan!" Jawabku menarik piring yang sudah berisi nasi.
"Kayaknya beneran ada anu nih! Yeay Yudiku sudah besar, tidak pakai popok lagi! Yudi pakai celana dalam!" Ucapnya bernyanyi.
"Gundulmu!" Umpatku. Ingin sekali aku menyiramnya dengan air. Allah... Mengapa hamba punya teman spesies seperti Salma ini!
"Mana handphone-mu!" Ucapnya merampas teleponku. Aku sempat menghindar, namun gagal.
"Hei kamu! Ngapain sih chat temenku tiap hari? Naksir ya?" Ucapnya menekan tombol voice note.
"Nguawur!" Umpatku merampas balik handphone-ku. Sayang, sudah telat. Voice note yang Salma kirim, sudah didengarkan oleh Irsyad. Ya, aku sejak tadi sedang chatingan dengan Irsyad. Entahlah, dia memang selalu menghubungiku. Ada saja topik pembahasan untuk melanjutkan percakapan. Aku segera meminta maaf padanya atas perilaku tidak sopan dari Salma. Sekilas hanya melihat balasan darinya, aku pun tak lagi memainkan ponselku.
Salma terus bercerita disela-sela ia menyantap makanannya. Aku hanya sesekali menimpali. Aku dan Salma berteman sejak lama. Kami selalu ditakdirkan berada dalam naungan satu lembaga. Meskipun kami menempuh jurusan yang berbeda. Sama halnya saat ini, aku menjadi mahasiswa di fakultas ekonomi bisnis dan Salma menjadi mahasiswa di fakultas keguruan dan ilmu pendidikan. Entahlah, tapi hal itu tak pernah merenggangkan hubungan kami.
Aku teringat kata-kata Salma dulu, "Bersyukur ya kita berteman lama tapi ngga pernah bersama"
"Kenapa?" Timpalku.
"Coba deh pikir, seandainya kita selalu bersama pasti ada hal yang akan membuat kita bertengkar hingga menjadikan hubungan kita renggang".
"Misalnya?"
"Mencintai orang yang sama!" Ucapnya tertawa. Memang benar apa yang diucapkan oleh Salma. Banyak persahabatan yang rusak karena percintaan. Hingga saat ini, aku tidak pernah bertengkar dengan Salma mengenai masalah apapun. Aku hanya berharap semoga persahabatan kami akan selamanya baik.
***
Selamat pagi semua.....
Yuk semangat yuk....Jangan lupa vote dan komen 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodohku, Kamu! [SELESAI]
Teen FictionTerkadang hidup tak seperti apa yang kita bayangkan. Boleh jadi hari ini sesuai dengan rencana kita, namun besok yang terjadi diluar nalar kita. Jodoh, rezeki, maut, sudah tergariskan sedemikian rupa. Hanya saja, mampukah kita menjalaninya dengan ik...