Kenyataan

1.6K 119 6
                                    

Selamat sore semua....

Maaf ya, akhir-akhir ini jadwal update nya ngga teratur.

Terima kasih yang selalu nungguin:)

Bonus untuk part ini sudah lebih dari 2k kata ygy...

Ngga mau tau harus komen yang rame!!!!!

Jangan lupa vote juga:;)















Happy Reading ✨
.
.
.
.
..

Suhu 38°C menyambut kehadiran ku di negeri minyak ini. Bangunan-bangunan asing menghiasi pemandangan ku sejak 20 menit yang lalu. Tulisan-tulisan Arab sepanjang jalan membuat ku sedikit bingung membacanya. Warna bangunan dan fasilitas umum yang senada semakin membuatku tidak bisa membedakannya.

Berbeda dengan Indonesia, sekolah akan identik dengan warna hijau, rumah sakit identik dengan warna merah dan putih, serta pertokoan yang memiliki warna ciri khas masing-masing. Di sini sebagian besar berwarna coklat ditambah sedikit sekali penghijauan alami yang nampak. Sepertinya aku memang harus sedikit mengadaptasikan mata.

"Ning, kita sudah sampai!" Ucap pak Babun. Beliau yang menjemputku di bandara internasional King Abdul Aziz. Beliau sopir keluarga Teh Firla yang juga orang Indonesia.

"Terima kasih, Pak!" Ucapku, kemudian turun dari mobil. Pak Babun membantu ku menurunkan barang-barang yang ku bawa.

Ya, aku sekarang sudah tiba di Arab Saudi. Atas persetujuan dari semua keluarga, aku menyusul mas Algha kemari. Dengan berat hati, aku juga harus meninggalkan si kembar bersama Muya. Untung saja semua berkas-berkas ku sudah sempat terurus sebelum melahirkan membuat proses penerbangan ku kemari tidak memerlukan waktu yang lama.

Aku benar-benar tak kuasa menahan derai air mata saat berpisah dengan Iyan dan Iyah. Mereka yang baru seminggu aku dekap kini ku harus meninggalkannya. Di satu sisi aku begitu berat meninggalkan si kembar, tapi di sisi lain ada mas Algha yang membutuhkan kehadiran ku. Jika boleh meminta, aku ingin memecah tubuhku seperti amoeba agar bisa berada diantara mereka sekaligus. Tapi, nyatanya aku tidak bisa dan mau tidak mau harus mengorbankan salah satunya.

Atas dasar nasihat Buya, beliau menyarankan aku untuk merawat mas Algha dan segera kembali disaat keadaan mas Algha kembali pulih. Peran orang tua untuk Iyan dan Iyah sementara digantikan oleh Buya dan Muya. Semoga mereka bisa menjadi anak-anak yang kuat.

Maafkan Bunda, nak! Nyatanya air mata ini masih saja mengalir saat mengingat mereka.

Pak Babun mengantarkan ku hingga masuk ke flat milik Teh Khalwa. Kehadiran ku juga disambut oleh Bu Sumi. Beliau istri dari pak Babun yang sengaja merantau kemari untuk menafkahi anak-anak mereka di Indonesia. Menurut cerita Bu Sumi, beliau memiliki tiga orang anak yang tinggal bersama tantenya. Pak Babun dan Bu Sumi terpaksa harus meninggalkan mereka karena perekonomian di Indonesia sangat sulit. Beliau sudah terhitung lima tahun mengabdi pada keluarga Teh Firla.

Setelah sedikit berbincang-bincang dengan Bu Sumi dan Pak Babun, beliau mempersilahkan ku untuk beristirahat. Teh Firla belum pulang dari sekolah tempatnya mengajar.

Sedikit yang ku ketahui tentang Teh Firla. Dia anak angkat Muya sebelum Teh Khalwa lahir. Tapi sejak kecil ia tak tinggal bersama Muya karena harus ikut orang tuanya ke Arab Saudi. Hingga akhirnya ia menikah dan dikaruniai dua orang anak masih tetap tinggal disini. Hanya saja sesekali berlibur ke Indonesia.

Saat mendapat kabar dari Teh Khalwa mengenai keadaan mas Algha, aku sempat tidak sadarkan diri. Kata dokter hanya efek dari kelelahan. Beruntungnya keadaanku cepat pulih hingga bisa mengurus berbagai keperluan untuk kemari.

Jodohku, Kamu! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang