Terima kasih semuanya yang selalu menunggu dan mendukung 🤗
Semangat puasanya 💪
Udah pada dapet THR belum?😅
Kalo belum, hitung-hitung ini THR dari author ya🤣
Komen yuk yang rame😍
Happy reading ❤️❤️
***
Lagi-lagi hujan mengguyur kota. Selalu di jam sore seperti ini. Saat masa kuliah, aku akan merasa begitu resah. Biasanya hujan akan turun disaat aku sudah rapi dan siap berangkat. Terkadang aku terkena hujan di tengah perjalanan. Bahkan tak jarang pula aku sengaja berangkat jauh lebih awal untuk mengantisipasi kehujanan. Ya, mau bagaimana lagi. Mencari ilmu itu memang butuh perjuangan.
Ah mengingat masa kuliah dulu, jadi rindu. Rindu berorganisasi hingga menjelang pagi. Rindu nugas sampai kebas. Dan rindu berpetualang hingga lupa waktu pulang. Ah, semua itu indah pada masanya.
Kini teman-teman sebayaku sudah sibuk dengan urusannya masing-masing. Benar kata pepatah, semakin dewasa, sircel kita akan semakin kecil. Seperti saat ini, meskipun sudah menikah lingkungan ku hanya, rumah dan outlet saja. Sungguh indahnya hidup ini.
Ah mengingat aku sudah menikah, rasanya sama aja. Mungkin hanya status di KTP dan tempatku pulang saja yang berbeda. Tidur masih sendiri, kemana-mana masih sendiri, alhamdulillah makin mandiri. Ya, sudah hampir seminggu mas Algha belum pulang dari Madura. Aku tak tahu apa yang dilakukannya disana. Kata Muya, travel haji dan umroh milik Buya memiliki kendala saat akan berangkat kemarin. Itulah yang membuat mas Algha terpaksa meninggalkan ku.
Grand opening outlet juga berjalan dengan lancar, Senin kemarin. Meskipun hanya acara kecil-kecilan, tapi alhamdulillah sudah cukup memuaskan. Kali ini, aku dan Muya disibukkan dengan persiapan resepsi pernikahan ku dengan mas Algha.
Acara akan tetap terlaksana seperti rencana awal. Hanya saja, untuk akad nikah sudah ter-skip. Kamis depan, acara resepsi digelar di rumahku. Lebih tepatnya rumah Baba dan Mama. Kemudian hari minggunya digelar di As-Syafi'iyah. Repot sekali harus dua kali acara.
Awalnya aku meminta untuk satu saja. Tapi Baba dan Buya kekeh untuk mengadakan acara sendiri-sendiri. Kata Baba, Baba ingin mengumpulkan sanak saudara sekalian karena belum pernah sebelumnya. Sedangkan Buya, karena mas Algha putra terakhir mereka, berarti acara ini juga terakhir untuk keluarganya. Ah mengapa semua ini ribet sekali.
"Nduk, suamimu mau pulang kapan?" Tanya Muya saat kami sibuk menulis undangan yang akan disebar.
"Hmm kurang tahu Muya, urusan beliau belum selesai," mungkin, lanjutku dalam hati.
Pasalnya mas Algha tak menghubungi ku sama sekali. Ia hanya menelfon ku saat pulang telat kala itu. Miris banget ya jadi aku. Apa iya mas Algha tak mengingatku sama sekali disana. Hingga ia tidak memberiku kabar sedikitpun. Aku tahu ia baik-baik saja pun hanya mendengar cerita dari Muya.
Aku memang sengaja tak menghubunginya. Aku masih kesal perihal dia yang pergi tanpa pamit padaku. Sebegitu tak berhaganya kah diriku untuknya.
"Awas aja kalau besok belum pulang, Muya coret dari KK!" Seru geram Muya membuatku tersenyum.
"Tanpa dicoret tuh anak pasti keluar sendiri dari KK, Muy," celetuk Buya yang sedang duduk di sofa dengan kitabnya.
"Loh nggih! Kan udah nikah!" Sesal Muya membuatku tertawa kecil.
"Arsyad itu sudah dewasa, Muy. Ngga usah terlalu dipantau. Bahkan sekarang dia sudah ada istrinya," utur Buya membuat Muya diam. Aku mengerti perasaan Muya, mungkin sulit untuk melepaskan putra kesayangannya itu. Bagi orang tua, sedewasa apapun anak-anaknya, mereka akan tetap terlihat anak kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodohku, Kamu! [SELESAI]
Teen FictionTerkadang hidup tak seperti apa yang kita bayangkan. Boleh jadi hari ini sesuai dengan rencana kita, namun besok yang terjadi diluar nalar kita. Jodoh, rezeki, maut, sudah tergariskan sedemikian rupa. Hanya saja, mampukah kita menjalaninya dengan ik...