Pikiranku benar-benar kalut. Akankah mas Algha akan membatalkan semuanya. Apa yang harus aku jelaskan pada Baba dan Mama. Aku benar-benar tak mengerti dengan hatiku. Kemarin, aku yang selalu mengundur pernikahan dengan mas Algha. Saat pernikahan itu sudah didepan mata, sungguh aku tak ikhlas jika harus dibatalkan.
Aku melajukan motor ditengah guyuran hujan. Membiarkan bajuku basah kuyup. Air mataku terus mengalir bercampur tetesan air hujan.
Aku bodoh! Sangat bodoh! Menyakiti mas Algha yang jelas-jelas sangat sempurna. Laki-laki seperti apa yang kau inginkan Ayu! Mas Algha pasti bisa mendapatkan wanita yang jauh lebih baik dariku. Tapi akankah aku bisa mendapatkan laki-laki yang lebih baik darinya? Aku tak yakin akan hal ini. Allah aku harus apa?
Sampai di rumah aku mencoba menghubungi mas Algha. Berkali-kali, nomornya tetap saja tidak aktif. Aku pun meminta maaf pada 3 partnerku karena tidak bisa membantu produksi malam ini. Untung saja mereka mengerti keadaanku meskipun aku tak bercerita apa-apa. Sepertinya mereka mengira aku kurang enak badan karena habis kehujanan.
Aku bingung harus berbuat apa. Untung saja Mama dan Baba sedang tidak di rumah. Beliau turut hadir di acara pesantrennya Pakdhe Rasyid. Aku pun pamit tidak datang, berdalih kurang enak badan.
Ting!
Ting!
Ting!
Suara pesan berturut-turut saat baru saja ku matikan layarnya. Aku berharap semoga balasan dari mas Algha. Sayang, ku lihat hanya pesan dari Salma.
Drttt!!! Ponselku bergetar saat baru saja membuka pesan.
"Kemana aja sih! Tadi ngga di angkat. Pesanku juga ngga dibales! Mana ngga telpon balik!" Ucapnya ngegas.
Untung saja aku sedikit menjauhkan teleponku dari telinga agar terlindungi dari suara jahanam Salma.
"Iya iya maaf! Kenapa?" Ucapku sedikit parau.
"Ngga ada sih! Gabut aja .... Kok kamu gitu suaranya?"
"Iya lagi bindeng! Tadi abis kehujanan!" Bohongku.
"Ya kali bindengnya langsung! Bohong ni! Vc vc!" Sewotnya tak percaya. Ah aku salah memberi alasan sepertinya.
"Ya dari beberapa hari yang lalu juga sering kehujanan kali Sal!" Belaku mengabaikan permintaannya.
"Bohong! Ih jawab vidcallku!" Ucapnya kesal membuat ku menekan tombol hijau di layar.
"Tuh kan sembab!" Ucapnya membuatku meneteskan air mata lagi.
"Nangis aja dulu! Biar kamu tenang!" Ucapnya membuat air mata ku mengalir deras.
Salma membiarkan ku hingga tenang. Bahkan ia tak bertanya sedikitpun.
"Udah nangisnya? Nih aku kasih permen lima!" Candanya memperlihatkan lima biji permen.
"Dasar ya kamu!" Ucapku mengepalkan tangan. Namun yang disebrang sana hanya tertawa ringan.
"Aku kan baik!" Sahutnya menye-menye.
"Dih!"
"Oiya daftar nama-nama undangan temen SBA udah ada nih, aku kirim ya! Besok aku ambil!"
"Ngga usah," jawabku berat hati.
"Ngga usah apa? Undangannya ngga usah aku ambil?" Tanyanya bingung. Aku pun mengangguk pelan.
"Kamu mau nganterin ke tempat ku?"
"Ngga"
"Lah terus?" Tanyanya semakin bingung.
"Mas Algha mau membatalkan pernikahan kita!" Tuturku pelan, sangat pelan. Namun melihat ekspresi wajah terkejutnya, aku yakin Salma mendengar ucapan ku.
"Ngawur kamu!"
"Beneran!" Lirihku kembali meneteskan air mata.
"Ini kan yang kamu inginkan? Kenapa nangis?" Ucapnya tersenyum miring.
"Aku ngga tahu hiks!"
"Apa yang udah kamu perbuat sih Yud? Apa yang kurang dari mas Algha? Disaat banyak wanita yang mendambakan jadi wanita pendampingnya, kamu malah menyia-nyiakannya?" Marah Salma.
Aku hanya diam menangis, menutupi wajahku dengan bantal."Kamu sadar ngga sih? Mas Algha tuh cinta banget sama kamu! Dia suka dari awal kalian bertemu!"
"Maksud kamu?"
"Apa? Kamu ngira aku suka dan deket beneran sama mas Algha? Ngga Yud! Ngga! Kamunya aja yang cuek selama ini! Ngga pernah merhatiin sekitar! Sampai orang yang berjuang untukmu pun kamu abaikan! Kamu terlalu sibuk dengan laki-laki itu!"
"Maksud kamu apa Sal? Aku ngga ngerti!"
"Makanya buka mata kamu! Apa kurang kodeku selama ini? Aku selalu bercerita tentang mas Algha saat bersama mu, agar kamu meliriknya walaupun sedikit! Tapi apa? Kamu acuh! Bahkan mengira aku menyukainya! Aku juga mengajak kamu nganterin undangan ke rumah mas Algha untuk apa? Ah ngga taulah! Terserah kamu sekarang!"
Aku masih menatap Salma tak percaya. Benarkah apa yang diucapkan Salma?"Jujur sama aku! Kamu bikin ulah apa hingga mas Algha memutuskan demikian?"
"Aku jagain Arsyad dan putrinya," lirihku. Seketika Salma tersenyum miring.
"Tapi bener Sal, aku cuma niat bantu! Ta .... "
"Laki-laki itu lagi! Move on Yud! Oh jangan-jangan kamu ingin kembali padanya? Mentang-mentang sekarang dia udah duda?"
"Ngga Sal! Ngga! Demi Allah ngga! Aku cuma kasian doang!"
"Terus sekarang mau kamu apa?"
"Aku ngga ingin pernikahan ini batal!"
"Kenapa? Udah nyesel? Kapok! Makanya kalo nolong orang tuh lihat-lihat! Udah tau mantan! Masih aja ditolongin. Nolong sih boleh, sekali aja! Ngga usah berkali-kali!"
"Iya aku tau aku salah! Aku nyesel! Aku sekarang bingung! Mas Algha ngga mau dengerin penjelasan ku!"
"Kapok! Wanita itu emang suka diperjuangin, tapi suka lupa kalo sebuah hubungan akan bertahan kalau semua mau berjuang bersama. Kali ini waktunya kamu buat memperjuangkannya. Selamat berjuang! Maaf aku ngga bisa bantu! Bye! Assalamualaikum!" Ucapnya mematikan telpon.
Cerita dari Salma semakin membuatku tak tenang. Benarkah mas Algha menyukaiku selama itu. Bahkan aku lupa pertama kali kita bertemu bagaimana. Aku juga lupa bagaimana bisa aku kenal dengannya. Aku lupa semua hal pertama saat bersamanya.
Saat ini, aku benar-benar takut pernikahan ini gagal. Aku tidak ingin Baba dan Mama kecewa. Terlebih, persiapan pernikahan ini sudah hampir 50%, aku tidak ingin membuat malu keluarga
Aku tidak ingin .... Ah! Aku tidak tahu!
Aku takut kehilangan mas Algha. Bahkan ketakutanku saat ini jauh lebih besar saat ditinggal Irsyad menikah. Akankah aku juga sudah mulai mencintai mas Algha? Ah! Ya Allah .... Bolehkah hamba egois meminta mas Algha untuk tetap bertahan?.
****
Yang sabar ya semuanya 🤗
Bantuin Ayu dong😅
Butuh semangat nih, ngga ada ayank🤭
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodohku, Kamu! [SELESAI]
Teen FictionTerkadang hidup tak seperti apa yang kita bayangkan. Boleh jadi hari ini sesuai dengan rencana kita, namun besok yang terjadi diluar nalar kita. Jodoh, rezeki, maut, sudah tergariskan sedemikian rupa. Hanya saja, mampukah kita menjalaninya dengan ik...