Kegelisahan

1.6K 119 11
                                    

Selamat malam semuanya.....

Semoga suka ya, dapet pengantar tidur hari ini:)

Jangan protes kurang panjang!!!
Karena ini sudah hampir 2000 kata😕

Selamat membaca:)





















****

Pendidikan seorang anak dimulai sejak pemilihan pasangan. Karena pasangan juga akan menentukan kualitas anak di masa depan. Itulah mengapa dalam menikah pertimbangan bibit, bebet, dan bobot diperlukan.

Sebagaimana maqashidus syariah menjadikan kulliyat al-khamsah yaitu untuk menjaga agama, menjaga harta, menjaga pikiran, menjaga jiwa, dan menjaga keturunan. Dimana hal ini menjadi nilai-nilai dasar dalam Islam.

Aku menjadi mengerti, mengapa mas Algha menolakku waktu itu. Ia hanya tidak mau hubungan pernikahan kami dibumbui bahkan didominasi dengan setan. Terlebih disaat emosi menguasai diri kita masing-masing. Ia juga tidak ingin jika hasil dari pernikahan kami menjadi bibit yang kurang unggul.

Ya, memang semua itu butuh perjuangan. Apapun yang kita tanam, tentunya harus disiapkan mulai dari bahan yang unggul, bahkan dengan fasilitas yang bagus pula. Dengan berjalannya waktu, aku menyadari itu semua. Telat memang, tapi, lebih telat lagi jika aku tidak menyadari sedikitpun. Kecewa ataupun menyesal atas tindakan bodohku pasti ada. Tapi semua akan percuma jika aku tidak berubah menjadi lebih baik lagi.

Sejak awal, kehamilan ku memang seolah tidak diharapkan bahkan tidak diperjuangkan. Tapi, Allah masih begitu baik memberiku pelajaran dari banyak hal. Kejadian demi kejadian kulewati menjadikan ku lebih tangguh lagi. Ketidaksengajaan yang menghasilkan titipan mau tidak mau harus aku jaga sebaik mungkin. Berharap akan melahirkan bayi yang Sholih-sholihah natinya.

Setiap masukan dari Buya, Muya, baba, Mama, dan semua orang disekitar ku, sebisa mungkin aku ambil selagi memberi dampak yang positif. Sejak dirawat di rumah sakit, kala itu, aku benar-benar dilarang untuk turut serta mengelola perusahaan yang dibawah tanggung jawab mas Algha. Sejak itu pula aku tinggal di ndalem.

Awalnya aku meminta untuk tinggal dirumah Baba, hanya saja Baba tidak setuju. Untuk menghindari fitnah, katanya. Ya, seperti biasa, manusia akan sangat peduli terhadap saudara lainnya. Baba takut, jika aku mendengar kalimat-kalimat kurang mengenakkan akan menjadikan tekanan bagiku. Karena cobaan hubungan berentangkan jarak akan menjadi perhatian lebih di masyarakat.

Sejak itu pula, aku menyibukkan diri selain mengurus outlet ku aku turut serta mengaji dengan para santri. Sesekali aku juga berkunjung ke rumah singgah saat merindukan mereka.

Kini kehamilan ku sudah memasuki trimester ketiga. Perutku lebih besar dari biasa ukuran orang hamil. Perut dan tubuhku yang mungil sangat kontras membuatku susah beraktifitas lebih banyak. Menurut dokter, ada dua kehidupan didalamnya. Menjadikan ku tak henti-hentinya bersyukur.

Hubungan ku dengan mas Algha lebih baik dari sebelumnya. Ia selalu rutin menanyai kabarku setiap hari tanpa aku minta. Ya, meskipun hanya sekedar 5 menit bertegur sapa. selebihnya mungkin tidak ada.

Aku juga bersyukur, Muya selalu memberi ku perhatian lebih. Beliau selalu menanyakan akankah aku menginginkan sesuatu. Saat aku ngidam pun, Muya selalu berusaha memenuhinya. Hanya satu keinginan ku yang tak bisa terpenuhi. Sejak awal kehamilan hingga sekarang aku selalu menangis setiap malam dikala keinginan itu kembali muncul.

Aku hanya ingin mas Algha menggosok punggung ku yang terasa nyeri saat tidur. Aneh, memang! Tapi aku tidak bisa memenuhi keinginan ku itu. Setiap malam aku  hanya menggosok sendiri tapi nyeri itu tak kunjung pergi hingga aku tertidur dengan sendirinya.

Jodohku, Kamu! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang