"Ayudia Himami program studi Manajemen Bisnis tahun ....." Hatiku bergetar mendengarnya. Lantunan shalawat mengiringi langkahku menuju para petinggi fakultas di depan. Menyalami para dekan dan wakil dekan satu persatu dilanjutkan pemberian cinderamata untuk para wisudawan.
Sekitar 150 wisudawan yang mengikuti yudisium tahun ini. Dari teman kelasku, hanya ada lima orang.
Memanglah, kuliah tak seperti sekolah yang dimana masuk bersama-sama hingga lulus pun bersamaan. Mungkin saat sekolah, pembelajaran kita selalu dipantau oleh guru. Terlambat, tidak mengerjakan tugas, bahkan bolos, masih ada dispensasi.
Berbeda dengan kuliah, kita harus bersungguh-sungguh. Belajar sebagian besar kita dapatkan dari usaha diri kita sendiri. Dosen hanyalah pendamping dan penunjuk arah kita. Tugas tak lagi bergantung pada teman. Sekali kita abai sudah pasti akan tertinggal.
Banyak mahasiswa yang menyerah padahal masih di awal. Hal itu karena niat di hati mereka tak benar-benar tulus. Saat awal masuk, teman sekelasku berjumlah sekitar 50 dan saat ini bersisa 30. Hal ini biasa.
Ada banyak faktor yang membuat mereka putus ditengah jalan. Ada yang karena faktor ekonomi, faktor kemalasan diri, bahkan pernikahan dini. Ya, banyak juga dari teman-temanku yang melupakan kuliahnya setelah menikah. Mereka sibuk dengan keluarganya masing-masing hingga membuatnya malas untuk melanjutkan kuliahnya. Sungguh sayang sekali.
Bersyukurlah kalian yang masih menikmati empuknya kursi kuliah hingga akhir. Karena banyak yang diluar sana bahkan mereka tak mampu untuk menginjakkan kaki disalah satu perguruan tinggi.
Hampir setengah hari, semua acara Yudisium FEB XII terlaksana.
Benar-benar tak menyangka aku sudah menyelesaikan strata satu ku. Seandainya ada Baba dan Mama, inginku memeluk mereka. Berterima kasih kepadanya karena telah mendukung dan berjuang untukku selama ini.
Aku berjalan bersama Rikza keluar dari gedung utama FEB. Ya, aku dan Rikza bisa lulus bersamaan. Aku dan Rikza pun berfoto ria di photo booth yang sudah disediakan. Sungguh senang sekali rasanya.
"Neng!" Panggil seseorang dari belakangku saat aku memotret Rikza. Rikza menatapku tanda tanya.
Benar saja, ada seorang laki-laki dengan membawa sebuket bunga menatap kearah ku. Aku tak menyangka ia akan menghampiri ku."Happy graduation ya...." Ucapnya memberikan buket itu padaku. Sebuket bunga mawar asli yang begitu wangi.
"Mas kok dateng?" Tanyaku.
"Salah?"
"Ya ngga sih! Cuma heran aja!"
"Tadi saya ke resto, katanya sampeyan izin. Jadi saya ke rumah, kata Mama sampeyan yudisium jadinya nyusul kesini."
"Tumben! Ada yang mau dibicarakan?" Tanyaku. Pasalnya aku dan mas Algha memang jarang bertemu kecuali ada hal penting. Mas Algha hanya tersenyum menjawabnya.
"Uhuk! Dunia emang serasa berdua yang lain ngontrak!" Celetuk Rikza merasa terabaikan membuatku beralih padanya.
"Eh maaf hehe!" Ucapku.
"Siapa itu?" Tanyanya menggodaku. Teman-temanku memang belum ada yang tahu tentang statusku.
"Tunangan!" Jawabku lirih.
"Demi apa? Akhirnya Anyukku move on dari buaya tak bertanggung jawab!" Ucapnya cukup keras membuat ku membelalakkan mata.
"Jangan keras-keras Onah!"
"Ups lupa ada calon!"
"Awas kamu ya!" Ancamku.
"Hehe maaf! Traktiran dong! Ih jahat masa ngga kabar-kabar udah sold out!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodohku, Kamu! [SELESAI]
Teen FictionTerkadang hidup tak seperti apa yang kita bayangkan. Boleh jadi hari ini sesuai dengan rencana kita, namun besok yang terjadi diluar nalar kita. Jodoh, rezeki, maut, sudah tergariskan sedemikian rupa. Hanya saja, mampukah kita menjalaninya dengan ik...