Wisuda

1.5K 123 3
                                    

Azan subuh baru saja terdengar. Tetapi suasana di dapur rumahku sudah cukup ramai. Hampir satu bulan ini, setiap pagi aku merasakan suasana seperti ini. Hanya saja untuk hari ini lebih pagi dari biasanya.
Hampir satu bulan sudah aku memulai sebuah usaha. Hanya usaha rumahan yang hasilnya pun tak seberapa.

Aku mencoba membuka usaha cemilan seperti dessert, pudding, cake, dan yang lainnya. Sistem yang kupakai menggunakan jasa pesan dan kerjasama. Menerima pemesanan dalam jumlah perbiji atau bahkan banyak. Untuk kerjasama aku menjalin hubungan dengan lembaga-lembaga yang ada disekitar seperti boarding school dan daycare.

Untuk saat ini ada tiga lembaga yang menjalin kerjasama denganku. Kami mengirimkan sejumlah makanan setiap harinya untuk memenuhi kebutuhan disana. Seperti halnya pagi ini, semua sedang mempersiapkan pudding yang akan dikirim ke ponpes modern Al-Inayah untuk kebutuhan sarapan para santri disana.

Hari ini, persiapan memang lebih pagi dari biasanya. Sebelum jam 6, semua makanan harus tiba di Al-Inayah. Selain itu, aku juga tidak bisa membantu 3 partnerku pagi ini. Ya, aku mendirikan usaha ini tidak sendirian.

Meskipun semua persiapan dan modal aku yang mengaturnya. Mereka hanya bagian produksi dan pemasaran saja. Untuk produksi kami fokus pada malah hari. Waktuku memang kosong di malam hari karena kontrak kerja ku belum selesai. Produk yang kuhasilkan juga lebih banyak diminati di pagi hari. Itulah kenapa aku memilih memproduksi saat malam hari.

"Sudah Ay kamu jangan bantuin! Sana siap-siap!" Usir Vany padaku yang sedang membantu packing.

"Bentar! Solasi mana?" Pintaku.

"Awas ya kalau kamu dimarahin Tante Hanna!"

"Ya Allah mbak! Kok masih disini? Ayo siap-siap!" Suara Mama pun akhirnya terdengar.

Oiya aku lupa kasih tahu. Hari ini hari wisudaku. Semua persiapan produk lebih pagi dari biasanya karena 3 partnerku ingin hadir di wisudaku katanya. Padahal mereka akan hadir siang nanti, saat acara utama sudah selesai. Tapi mereka meminta menyelesaikan semua tugas lebih pagi.

"Hehe iya Ma! Ini udah ngga kok!" Ucapku kemudian meninggalkan dapur dan menyerahkan semuanya pada Vany.

"Gini banget ya cari uang! Sebelum subuh udah di rumah orang!" Celetuk Vany pada Ana dan Mila di dapur.
Setelah mendapat sedikit siraman rohani dari Mama, aku pun memutuskan untuk bersiap-siap.

Untung saja aku sudah belajar tutorial makeup untuk wisuda beberapa hari yang lalu. Jadi, aku tidak perlu menyewa mua. Sejak setelah lamaran, aku memang sering iseng menonton tutorial makeup kemudian mencobanya. Hanya sekadar mencoba saja. Karena sayang, seperangkat alat makeup hantaran saat lamaran cukup lengkap jika tidak dipakai.

"Mbak! Mama dandan juga ya!" Tiba-tiba Mama masuk ke kamarku, membuatku tak percaya.

"Ah ngga usah deh Ma! Ntar kalo Ay yang dandanin kaya ondel-ondel!"

"Dih! Ya masa Mama ntar difoto kumus-kumus! Mana panas! Masalahnya ngga ada filter Instagram untuk memanipulasi!" Sungguh aku tak percaya dengan apa yang Mama sampaikan. Sejak kapan Mamaku jadi hits begini?

"Mama kok tau filter Instagram? Duh Ma! Udah deh jangan aneh-aneh!"

"Ya Mama kan ngga mau kalah sama mertua mu! Beliau aja followers ignya udah bejibun!" Demi apa Mamaku benar-benar punya sosial media sekarang. Oh tidak, bahkan akun sosmedku saja sudah jarang kubuka.

"Pokoknya Mama ngga boleh ngefollow akunnya Ay!" Tegasku.

"Ya ngga boleh gitu dong! Masa Mama punya anak ngga bisa dipamerin di sosmed!"

"Buat apa sih Ma! Ay aja jarang main sosmed! Udah ih kalau Mama ngga mau, Ay ngga mau dandanin Mama!"

"Iya deh iya! Ya kali Mama udah siap gini ngga pake make up!"

Jodohku, Kamu! [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang