Matahari mulai tergelincir ke arah barat. Namun, tak memberhentikan aktivitasku di bawah gazebo ini. Deru mesin saling bersahutan menggesekkan rodanya ditengah aspal yang masih basah. Hilir-mudik mahasiswa bergantian meninggalkan kampus ini. Tiba-tiba dering handphoneku berbunyi menampilkan sebuah nama 'Mnj Irsyad' membuatku menghentikan aktivitas.
"Assalamualaikum," ucapku
"Waalaikumussalam, dimana bund?"
"Di kampus!"
"Sama siapa?"
"Sendiri"
"Aku kesana ya .... !"
"Ngapain?"
"Mau ngapelin mbak Kunti yang ada dideketmu!" Ucapnya ngawur.
"Terserah!" Jawabku malas. Dia pun menutup teleponnya tanpa meninggalkan salam.
Suara tilawah di masjid kampus sudah terdengar. Aku melirik jam di tanganku. Ya Allah! Sepuluh menit lagi adzan Maghrib dan aku lupa tidak membeli makanan untuk berbuka puasa. Apa aku harus pulang dan melanjutkan semua pekerjaan ini di rumah. Tapi, Irsyad akan datang kemari, tidak mungkin aku meninggalkannya.
Tiba-tiba deru motor berhenti di depan gazebo yang kududuki. Tanpa menoleh pun aku tahu siapa dia. Aku memilih membereskan semua barang-barangku ke dalam tas. Sepertinya usai salat maghrib aku harus pulang.
"Buka dulu bund! Udah maghrib!" Tiba-tiba Irsyad menyodorkan segelas minuman padaku. Aku menoleh kearahnya sembari mendengarkan suara dari masjid. Ah, benar sudah adzan. Aku masih ragu untuk mengambilnya.
"Udah ambil aja! Gratis kok!" Ucapnya meletakkan minuman itu di depanku kemudian ia meminum minumannya sendiri.
"Makasih!" Ucapku kemudian meminumnya.
"Nih!" Lagi-lagi ia memberiku sebungkus nasi.
"Loh!" Protesku tak nyaman.
"Aku ganti uangnya ya!" Ucapku mengambil dompet di tas.
"Ngga usah! Dimakan aja!"
"Makasih banyak loo... Sering-sering ya..." Ucapku kemudian tertawa. Entah ini kebetulan atau tidak, aku yang lupa membeli makanan dan Irsyad yang tiba-tiba datang membawa makanan.
"Kamu puasa?" Tanyaku.
"Ngga"
"Terus?"
"Siapa tahu dengan bersedekah sama orang yang berpuasa, aku dapet pahala puasa juga," ucapnya tertawa.
"Aamiinin aja dah...."
Usai berbuka puasa, aku dan Irsyad pun pergi ke masjid untuk shalat. Suasana maghrib seperti ini sudah pasti masjid akan ramai. Bahkan untuk berwudhu saja harus antri.
Aku kembali ke parkiran setelah selesai shalat. Irsyad sudah duduk di motornya yang terparkir di sebelah motorku."Kukira kamu sudah pulang," ucapku membuka jok motor untuk meletakkan mukenah.
"Belum, aku anter pulang ya...!" Tawarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodohku, Kamu! [SELESAI]
Teen FictionTerkadang hidup tak seperti apa yang kita bayangkan. Boleh jadi hari ini sesuai dengan rencana kita, namun besok yang terjadi diluar nalar kita. Jodoh, rezeki, maut, sudah tergariskan sedemikian rupa. Hanya saja, mampukah kita menjalaninya dengan ik...