Dengan pakaian kasual nya, Alivar berjalan dengan sangat santai menuju ruangan tempat di mana papah nya di rawat. Ia sangat tidak ingin kesini jika bukan paksaan dari sandra karena papah nya terus menyebut nama nya.
Ntah apa yang terjadi dengan papah nya, alivar sangat tidak percaya dengan ini, kalian tau kan bagaimana papah nya?.
Dan ini terasa mustahil.
Langkah nya terhenti saat sampai di ruangan yang sudah di beritahu oleh Arthur, ia memajukan kepala nya dan melihat ada Sandra yang sedang menemani papah nya.
"Pah?."Gumam nya pelan saat melihat keadaan papah nya yang bahkan jauh lebih buruk dari mamah nya saat itu.
Ia ingin masuk, tapi ntah kenapa rasanya begitu sulit.
"Get well soon, pahh. I'm here."Ucap nya lagi, menyentuh kaca itu sekilas. Ia tidak ingin papah nya pergi saat ini walau ia tau bagaimana perlakuan papah nya terhadapnya.
"Jangan tinggalin al."Ucap nya lagi, memejamkan kedua mata nya sekilas.
Ia menarik nafas nya panjang lalu membuang nya perlahan sebelum akhirnya berbalik untuk pergi tanpa masuk ke ruangan itu.
Ia rasa melihat dari jauh saja sudah cukup, ia hanya ingin memastikan bahwa papah nya baik baik saja
"Al?."Alivar terdiam saat melihat rain yang tiba tiba berdiri di hadapan nya.
"Lo, disini?."Tanya rain yang memang berada disini juga karena mamah nya di rawat akibat terlalu larut memikirkan papah nya.
Rain masih menatap lelaki itu, bahkan untuk saat ini pun Alivar masih tidak ingin menatap wajah nya. Apa lelaki itu benar benar membenci rain dan atlas dengan begitu mudah nya?.
"Syukur deh kalau lo udah liat papah lo, oiya keadaan nya gimana? udah ba-."
"Stop rain!. stop bertingkah seolah olah lo ga tau dan bego soal ini!."Tegas alivar dengan rahang yang mengeras membuat rain terdiam.
"Maaf kalau lo risih. kalau gitu gue permisi."Setelah mengucapkan itu, rain benar benar pergi dari hadapan nya, alivar yang melihat rain memasuki ruangan pun menyerngit heran. Tapi biarkan saja, alivar tidak akan pernah peduli sampai kapan pun.
"Rain, ko lama?."Tanya atlas.
"Di tempat makan nya rame, antri dulu."Bohong nya.
Atlas mengangguk."Yaudah, Lo kalau mau pulang, pulang aja. udah malem. besok kan sekolah."Ujar atlas, melirik jam sekilas yang menunjukkan pukul setengah sembilan.
"Gue mau nginep disini aja."
"Biar gue aja yang temenin mamah, kalau tidur disini nanti badan Lo sakit."
Rain menatap atlas sendu, ia menghampiri lelaki itu dan duduk di samping nya lalu menepuk pundak miliknya."Lo kurang tidur ya kak?."
"Mana ada."
"Mata lo kayak mata panda, biasa nya engga. Lo juga keliatan cape gitu."Ucap rain.
"Perasaan Lo aja kali, udah sana pulang."
"Kak, lo ga sendiri. ada gue disini, biarpun temen temen lo ninggalin lo, bukan berarti lo sendiri. jangan di pikirin soal mereka, mereka aja ga mikirin lo, bahkan untuk rasa peduli aja, mereka sama sekali ga peduli."
"Mereka peduli, cuman terhalang ego."Ucap atlas berusaha setenang mungkin.
"Lo terlalu berfikir positif. tapi mereka ga pernah berfikir positif sama lo. dengan enak nya mereka bilang kalau kejadian ini benar dan gampang nya mereka jauhi lo tanpa bisa denger sedikit kata yang keluar dari mulut lo. ini ga adil buat diri lo. lo terlalu baik."Ucap rain, mengeluarkan semua nya dan ia sedikit merasa lebih lega.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALIVAR (END)
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA! DILARANG KERAS UNTUK PLAGIAT!.] "Gue slalu ngerasa kalau tuhan ga adil. dia ga kasih gue celah kebahagian, dia ga pernah denger gue. gue cape. berkali kali gue bilang dan teriak kalau gue cape. tapi tuhan ga pernah denger gu...