RAQUEENZA || 5.KESEPIAN

321 179 85
                                    

Mohon dimaafkan apabila banyak typo dan kata-kata yang tidak sesuai EYD. Kalian boleh kasih aku masukan kok,

Aku selalu mengingatkan sama kalian biar nggak lupa buat vote, dan komen di cerita ini!

Jangan jadi silent Readers pren!

*****


^SELAMAT MEMBACA^

*****

Raqueenza masuk ke dalam rumahnya yang terlihat sepi. Suasana seperti ini sudah biasa Raqueenza rasakan sejak dia belum beranjak remaja. Mamahnya yang selalu pulang malam karena sibuk dengan kerjaan kantor. Sedangkan Papahnya yang tidak lagi pulang ke rumah akibat pertengkarannya dengan Rosmala beberapa tahun yang lalu. Terkadang Raqueenza berpikir, untuk apa semua kemewahan ini ia dapatkan jika harus mengorbankan keharmonisan keluarga?

Gadis dengan manik mata cokelat itu memandangi foto keluarga yang dulu kelihatan bahagia, banyak canda tawa di dalam keluarganya dulu, hingga pada akhirnya, semesta berkata lain. Hanya ada kehancuran di dalam keluarganya sekarang.

Sehabat terbaik keluarga gue sekarang adalah kehancuran.

Raqueenza memegang dadanya, ia merasakan sesak yang sangat hebat di dadanya ketika mengingat kembali keadaan keluarganya yang sekarang. Tanpa terasa, cairan bening itu lolos dari mata cokelat milik Raqueenza.

Terdengar langkah kaki yang sedang mendekat, dengan cepat Raqueenza menghapus cairan bening itu. Dia tidak mau dianggap lemah hanya karena mereka melihat Raqueenza menangis. Lebih baik ia menyembunyikannya dari semua orang agar hidupnya berjalan sesuai alurnya.

Suara lembut milik Bi Suji seorang asisten rumah tangga Raqueenza memecahkan keheningan.

"Non Raqueenza, sudah pulang?" tanya wanita paruh baya itu.

"Udah Bi, baru aja sampai. Mamah belum pulang, Bi?" tanya Raqueenza dengan senyumnya.

"Belum Non, kelihatannya nyonya bakalan pulang larut malam lagi."

Raqueenza tersenyum getir mendengar jawaban Bi Suji.

"Ya sudah Bi, saya ke kamar dulu ya. Bibi juga istirahat sudah malam," ujarnya lalu melenggang pergi menuju lantai dua di mana letak kamarnya berada.

Raqueenza membuka pintu kamar berwarna cokelat itu dengan malas. Baru saja dia masuk ke dalam kamar kesayanganya, tiba-tiba suara berat milik Anggara mengejutkan si pemilik kamar.

"Dari mana aja lo?! jam segini baru pulang?!" ketus Anggara sambil menatap tajam Raqueenza.

"Dari rumah Rayhan, Bang," jawab Raqueenza sambil melepas sepatu yang ia kenakan.

"Kenapa nggak ngabarin gue dulu? Gue di rumah khawatir, takut lo kenapa-napa."

"Gue tadi lupa mau ngabarin. Gue kira nggak ada yang peduli sama gue. "

Anggara menghela napasnya, ia berjalan mendekat menuju meja belajar, tangannya terulur mengusap lembut rambut hitam kecokelatan milik Raqueenza.

"Lain kali, ngabarin dulu kalau pulang malam ya, jangan bikin gue khawatir seperti tadi."

"Okey. Emang lo khawatir?" tanya Raqueenza.

"Khawatir lah. Lo pikir gue abang macam apa yang ngebiarin adik perempuannya keliaran di luar sana malem-malem."

"Lo kira gue anjing, keliaran!" sinis Raqueenza.

"Rada mirip, sih. Galaknya."

Raqueenza menatap Anggara tajam. "Lo bukan abang gue!"

RAQUEENZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang