Mohon dimaafkan apabila banyak typo dan kata-kata yang tidak sesuai EYD. Kalian boleh kasih aku masukan kok,
Aku selalu mengingatkan sama kalian biar nggak lupa buat vote, dan komen di cerita ini!
Jangan jadi silent Readers pren!
*****
^SELAMAT MEMBACA^
*****
Hening menyelimuti suasana meja makan di rumah Raqueenza. Yang terdengar hanyalah suara dentingan sendok yang saling beradu. Setelah perbincangan di kamarnya tadi, kedua sahabatnya memutuskan untuk makan malam di rumah gadis itu.
Raqueenza menikmati makan malamnya dalam diam, begitu pun dengan Prita dan Rayhan yang tengah sibuk dengan makanannya masing-masing. Tidak ada seorang pun di antara mereka yang membuka suara, hingga pada akhirnya suara wanita paruh baya menginterupsi ketiga remaja yang sedang menyantap makanannya.
Bi Suji berjalan mendekati Raqueenza yang sedang duduk di meja makan. Wanita paruh baya itu kini telah berdiri tepat di sebelah Raqueenza. Tetapi ia belum juga membuka suaranya, terlihat jelas ekspresi bimbang di wajah wanita paruh baya tersebut.
Raqueenza menghentikan aktivitas makannya, ia menoleh ke arah samping di mana Bi Suji masih berdiri di sana. Begitu pun dengan Prita dan Rayhan, mereka juga menatap Bi Suji. Suara lembut milik Raqueenza memecahkan keheningan di antara mereka.
"Ada apa, Bi?" tanya Raqueenza lembut. Bi Suji semakin gelisah.
"A-anu Non..."
Raqueenza diam dengan sebelah alis terangkat, gadis yang kini telah menggeser posisi duduknya itu menunggu Bi Suji yang ingin menyampaikan sesuatu.
Bi Suji menghela napasnya. Bukan ia tak ingin memberi tahu kepada Raqueenza, hanya saja ia tidak ingin melihat putri majikannya itu bersedih.
Dengan berat hati, wanita paruh baya itu menyampaikan informasi yang tadi Rosmala sampaikan.
"Tadi ada telepon dari Mamah, Non, katanya malam ini beliau tidak pulang kerumah, beliau akan bermalam di apartemen," ucap Bi Suji pada akhirnya.
Raqueenza tersenyum getir mendengar penuturan Bi Suji barusan. "Kebiasaan!"
Gadis itu menarik napasnya dalam-dalam, tiba-tiba dadanya terasa sesak dan membutuhkan pasokan oksigen dengan segera.
Kenapa Mamahnya tidak memberitahunya secara langsung? apa mungkin, sekarang dia sudah tak berarti lagi di kehidupan wanita itu. Mata gadis itu memanas, dengan segera ia mendongak ke atas, menatap langit-langit rumahnya untuk menahan cairan bening supaya tidak tumpah dari matanya. Ia harus terlihat kuat, apalagi sekarang ada kedua sahabatnya di rumah itu.
Prita menatap sendu sahabatnya, tangannya perlahan terulur untuk mengusap punggung Raqueeza."Ra..." lirih Prita.
Raqueenza menurunkan pandangannya, Ia beralih menatap Prita yang berada di sampingnya.
Raqueenza dengan segera memasang senyumnya. Ia tidak ingin sahabatnya merasakan apa yang ia rasakan sekarang. Anggap saja Raqueenza egois. Ia menatap Prita tanpa menghilangkan sedikit pun senyum di wajah cantiknya."Kenapa, Ta?"
"Lo baik-baik saja?"
Raqueenza terus mengukir senyum di wajahnya. "Gue nggak apa-apa."
Prita hanya mengangguk menanggapinya. Ia tahu bahwa senyum gadis itu hanyalah senyum palsu, akan tetapi ia lebih memilih diam daripada mempertanyakan hal yang nantinya membuat mood Raqueenza bertambah buruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAQUEENZA
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM BACA !!! ⚠️MENGANDUNG KATA KASAR DAN UMPATAN. JADI BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN⚠️ ****** "Setitik cahaya, menuju kenangan." ****** Bagaimana jika keluarga yang kalian miliki sekarang jauh dari impian? Bagaimana jika kalian mempu...