RAQUEENZA || 18.MAKHLUK MENYEBALKAN

183 84 15
                                    

Mohon dimaafkan apabila banyak typo dan kata-kata yang tidak sesuai EYD. Kalian boleh kasih aku masukan kok,

Aku selalu mengingatkan sama kalian biar nggak lupa buat vote, dan komen di cerita ini!

Jangan jadi silent Readers pren!


*****

^SELAMAT MEMBACA^

*****

Raqueenza duduk di salah satu sofa yang berada si ruang rawat Wildan. Gadis itu kini telah memakai seragam lengkap dengan rambut yang ia biarkan tergerai.

Raqueenza memainkan ponselnya. Terlintas ide jahil ketika mengingat kejahilannya semalam di telepon. Jarinya yang lincah mulai menari di atas layar berbentuk pipih itu.

Raqueenzaanlka
Morning babe... Jangan lupa jemput gue.

Raqueenza tersenyum geli, melihat pesan yang dia kirim. Selang beberapa menit ponsel itu bergetar, menandakan ada pesan masuk.

RayhanLegard
Lo salah minum obat? buruan periksa sana, mumpung lo lagi di rumah sakit. Takutnya lo gila.

Sial! Harusnya tadi ia mengurungkan niatnya untuk menjahili Rayhan sehingga moodnya tidak buruk seperti sekarang.


“Ra…”

Raqueenza mengalihkan pandangannya ke arah Wildan. Raqueenza menyimpan ponselnya kembali kedalam saku, lalu ia berjalan menghampiri papahnya.

“Kenapa, Pah?” tanya Raqueenza.

Wildan menepuk pelan kasur di sebelahnya, Ia menyuruh Raqueenza untuk duduk di sana.
“Duduk sini dulu, Nak.”

Raqueenza menurut, kemudian ia mengambil duduk di sebelah papahnya. Wildan mengusap lembut rambut Raqueenza.

“Berangkat ke sekolah sama siapa, Ra?” tanya Wildan.

“Sama Rayhan, Pah, seperti biasa.”

Wildan mengangguk, kemudian Wildan menatap Raqueenza yang juga menatapnya.

“Rayhan baik ya, Ra.” ucap Wildan

“Papah kira kalian pacaran,” sambung pria paruh baya itu.

Raqueenza mengubah sedikit posisi duduknya menjadi setengah menghadap Wildan.

“Pah, Stop! jangan ngomong kaya gitu,” peringat Raqueenza.

Tatapan Wildan berubah serius. Ia menatap Raqueenza dengan lekat.

"Sejak kapan, Ra?"

Raqueenza menyatukan alisnya bingung. "Apanya?"

"Pacar kamu. Sejak kapan kamu mendapatkan perlakuan kasar dari pacarmu."

Raqueenza diam sejenak. Detik berikutnya ia tersenyum. "Anzel baik kok, Pah," kata Raqueenza berbohong.

"Jangan bohong Raqueenza. Papah tau kemarin dia narik tangan kamu dengan kasar."

"Kemarin dia nggak sengaja, Pah, karena buru-buru."

Wildan menatap Raqueenza penuh selidik. "Kamu nggak bohong kan?"

RAQUEENZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang