Udah siap baca part selanjutnya?
Spam di sini kalau kalian siap baca👉🏻
Aku selalu mengingatkan sama kalian biar nggak lupa buat vote, dan komen di cerita ini!
Jangan jadi silent Readers pren!
*****^SELAMAT MEMBACA^
*****
"Zel..." lirih Raqueenza.Anzel yang masih duduk disamping Raqueenza sambil memainkan ponselnya mengangkat sebelah alisnya.
"Apa!"
Raqueenza mengepalkan tangannya hingga ujung kukunya yang tajam tanpa sengaja melukai telapak tangannya sendiri.
"Gue capek,” ucap Raqueenza lemah.
“Capek?” cicit Anzel.
Raqueenza mengangguk, ia sudah mengambil keputusan saat ini. Gadis itu memberanikan dirinya untuk mengucapkan kata sakral itu.
“Gue capek selalu dikasarin sama lo. Padahal gue ini pacar lo."
“Maksud lo apa?!"
"Gu-gue."
"Gue apa?! Lo mendadak gagap?!" Anzel tau kemana arah pembicaraan gadis itu dan ia tidak akan membiarkan itu terjadi.
"Gue mau putus sama lo," cetus Raqueenza dengan lancar.
Kini Anzel menatap Raqueenza datar. Mendadak emosinya bergejolak. Ia tidak suka gadisnya mengucapkan kata seperti itu.
"Lo mau putus sama gue?" tanya laki-laki itu penuh penekanan. Laki-laki itu menahan emosinya sejenak.
Raqueenza diam hingga akhirnya ia mengangguk lemah.
Anzel tersenyum miring. "Lo udah siap kehilangan Rayhan?"
Raqueenza menatap Anzel getir. "Jangan apa-apain dia."
"Kenapa, hm?"
"Dia nggak ada hubungannya sama keputusan gue, Zel."
"Oh iya?"
"Zel, gue mohon jangan sakitin Rayhan."
Laki-laki itu terkekeh. Ia mengeluarkan pisau kecil dari sakunya, mengusap pelan ujung pisau tersebut.
"Jadi, gimana keputusan lo sekarang?"
Raqueenza menatap ngeri laki-laki didepannya. Ia memantapkan kembali hatinya. Keputusan yang ia ambil kali ini harus benar.
Gadis itu menghela napasnya. Menatap kedua bola mata Anzel dalam.
"Kita nggak jadi putus," ungkap gadis itu membuat Anzel tersenyum penuh kemenangan.
*****
Setelah bertemu dengan Raqueenza, dan mengantarkan gadis itu ke kelasnya. Anzel berjalan menuju ruang basket. Ia menjatuhkan tubuhnya di sofa yang telah di sediakan.
“Aarrgh! Anjing!” terdengar umpatan yang keluar dari mulut Anzel.
“Berisik!” ujar Sahlan tanpa membuka matanya.
Anzel melirik sekilas ke arah Sahlan.
“Gue kira nggak ada orang,” ucapnya.Tidak ada jawaban dari Sahlan. Mungkin anak itu sudah kembali tidur. Anzel mengalihkan pandangannya saat ia mendengar pintu ruang basket terbuka dan menampilkan sosok laki-laki yang membuatnya muak.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAQUEENZA
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM BACA !!! ⚠️MENGANDUNG KATA KASAR DAN UMPATAN. JADI BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN⚠️ ****** "Setitik cahaya, menuju kenangan." ****** Bagaimana jika keluarga yang kalian miliki sekarang jauh dari impian? Bagaimana jika kalian mempu...