RAQUEENZA || 25.MOBIL YANG SAMA

170 66 23
                                    

Hi apa kabar?

Sudah siap baca bab selanjutnya?

Ayolah kalian terus baca cerita ini sampai end, buat support aku

Karena support dari kalian adalah semangatku :)

Aku selalu mengingatkan sama kalian biar nggak lupa buat vote, dan komen di cerita ini!

Jangan jadi silent Readers pren!


*****

^SELAMAT MEMBACA^

*****


Raqueenza berjalan di bawah guyuran hujan yang deras. Saat ia keluar dari gerbang sekolah, hujan pun turun seakan ikut merasakan semua rasa sakit yang Raqueenza rasakan.

Raqueenza menyusuri trotoar yang sedikit licin akibat terkena guyuran hujan. Langkahnya yang tak sempurna, terus berjalan tak tentu arah. Dirinya tidak peduli bagaimana keadaannya sekarang. Cairan bening terus mengalir dari mata indahnya. Raqueenza mematung, ketika matanya melihat sebuah motor yang melewatinya begitu saja dengan seorang wanita yang telah duduk manis di jok belakangnya. Raqueenza sangat tahu siapa yang melewatinya barusan.

Raqueenza menatap getir punggung kedua manusia tersebut, yang semakin lama semakin hilang.

“Sebenarnya lo anggap gue apa, Zel?”

*****

Rayhan mengendarai motornya dengan kecepatan sedang. Hujan yang deras, membuatnya sedikit berhati-hati agar dirinya selamat. Ditambah sakit di pinggangnya belum hilang dengan sempurna.

Laki-laki itu menajamkan matanya saat melihat seorang gadis yang tengah tertunduk dengan kedua lutut sebagai tumpuannya.
Rayhan menepikan motornya lalu menghampiri gadis itu.

“Queen...”

Rayhan memegang bahu Raqueenza yang dingin. Raut khawatir tercetak jelas di wajah Rayhan. Rasa khawatirnya semakin tinggi ketika gadis yang sedang memunggunginya tidak merespon panggilannya.

“Queen...” panggil Rayhan untuk kedua kalinya.

Raqueenza mengangkat kepalanya, ia menatap Rayhan sendu. Kejadian hari ini terus berputar di otaknya.

“Lo kenapa?” tanya Rayhan khawatir, sembari menangkup wajah Raqueenza.

“Ray...” suara Raqueenza terdengar sangat lemah.

“Semua jahat banget sama gue, Ray.” Suara isakan kini mulai terdengar di indera pendengaran Rayhan.

“Rasanya gue pengin mati aja.”

Rayhan tersentak mendengar ucapan Raqueenza barusan. Cengkraman di bahu gadis itu semakin kuat.

“LO NGOMONG APA SIH! SADAR!” bentak Rayhan.

Tangis Raqueenza semakin pecah. Air matanya luruh bersamaan dengan turunnya air hujan. Tubuhnya kini bergetar hebat, ia meluapkan semua sesak di dadanya.

“Sakit, Ray!” Raqueenza memukul dadanya berulang kali.

Rayhan langsung membawa Raqueenza ke dalam pelukannya. Gadis itu masih terus memukuli dadanya, walaupun pukulan itu semakin lama semakin lemah.

Lima belas menit telah berlalu, tangis Raqueenza mulai berhenti. Rayhan melonggarkan pelukannya, ia menangkup wajah Raqueenza yang sangat pucat.

“Kita sekarang pulang, ya.” Rayhan mengusap lembut pipi Raqueenza.

RAQUEENZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang