RAQUEENZA || 45.SPARING BASKET

163 38 0
                                    

Selamat malam, pagi, siang, sore untuk kalian yang lagi baca cerita ini

Apa kabar kalian?

Aku selalu mengingatkan sama kalian biar nggak lupa buat vote, dan komen di cerita ini!

Jangan jadi silent Readers pren!

Lagian apa untungnya sih kalian diem-diem bae?


*****

^SELAMAT MEMBACA^

*****


Rayhan terus menggandeng tangan Raqueenza saat masuk ke cafe eagle. Tatapan para remaja laki-laki membuat Rayhan mendecak kesal. Bagaimana bisa mereka dengan terang-terangan menatap kekasihnya dengan tatapan memuja.

"Duduk!" titah Rayhan. Laki-laki itu menyuruh Raqueenza agar duduk di sebelahnya tanpa melepaskan tautan tangan mereka.

Raqueenza mengangkat sebelah alisnya saat sadar wajah Rayhan terlihat kesal. "Kenapa?"

"Nggak apa-apa," ketus laki-laki itu.

Raqueenza hanya mengedikkan bahunya acuh. Gadis itu menoleh saat suara berat seseorang memanggil nama kekasihnya.

"Rayhan..."

"Hm," balas Rayhan saat Dewan sudah duduk di kursi seberang.

Dewan duduk dengan wajah santai sambil meminum hot chocolate yang ia bawa tadi. "Ngapain di sini?" tanya laki-laki itu. "Ngedate?"

Rayhan menatap tajam sinis, "Lo tau kan kalo orang ke sini tuh ngapain?!" ketus Rayhan.

Dewan menganggukkan kepalanya. "Iya, iya." Dewan melirik Raqueenza yang sedang asyik dengan ponselnya. "Kalo lo ngapain ke sini."

"Ngepet!"

Dewan membulatkan matanya dengan sempurna saat mendengar jawaban Raqueenza. "Oh pantesan duit di sini sering ilang, jadi lo pelakunya," tuduh Dewan begitu saja membuat Raqueenza menatapnya tajam.

"Gue heran sama anggota Eagles, ngapain mereka jadiin lo ketua mereka?" sinis Raqueenza.

"Karena gue emang pantes jadi panutan lah!"

"Panutan kok ceweknya banyak," cibir gadis itu. "Yang namanya ketua itu harus bisa mengistimewakan satu wanita dong."

Dewan mendecih. "Lo mau gue istimewain?"

Raqueenza menatap Dewan malas sebelum akhirnya fokus kembali ke ponselnya. "No, Thanks! Gue punya Rayhan yang bisa mengistimewakan gue melebihi lo!" jawab Raqueenza angkuh.

Rayhan yang sejak tadi memerhatikan perdebatan antara sepupunya dan kekasihnya itu hanya tersenyum simpul.

"Kalian kalo ketemu bisa nggak sih akur?"

"Gak!" jawab Dewan dan Raqueenza secara bersamaan.

Rayhan sempat kaget mendengar keduanya menjawab pertanyaannya secara bersamaan.

Saat mereka sedang sibuk dengan pikiran masing-masing. Indera pendengaran mereka mendengar suara ponsel. Dewan yang sadar merasakan ada getaran dibagian saku celananya segera mengambil ponsel miliknya untuk melihat siapa yang menghubunginya.

Ellora? Vc?

Dengan sekali gerakan, Dewan men-deal panggilan video tersebut.

RAQUEENZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang