RAQUEENZA || 11.JADIAN

230 119 40
                                    

Mohon dimaafkan apabila banyak typo dan kata-kata yang tidak sesuai EYD. Kalian boleh kasih aku masukan kok,

Aku selalu mengingatkan sama kalian biar nggak lupa buat vote, dan komen di cerita ini!

Jangan jadi silent Readers pren!

*****

^SELAMAT MEMBACA^

*****


Seorang gadis sedang menguncir rambutnya di depan cermin. Hari ini ia memutuskan untuk berangkat ke sekolah. Gadis itu tersenyum menatap pantulan dirinya di depan kaca besar di kamar tersebut.

'Lo harus bahagia, Ra!'

Ia tak ingin bersedih lagi, mulai dari sekarang ia harus terlihat lebih kuat dari hari-hari sebelumnya, walau pun akan terlihat susah, tetapi apa salahnya untuk dicoba.

Raqueenza mengambil tas beserta kunci mobil di atas mejanya. Pagi ini ia akan membawa mobilnya sendiri. Tadi pagi Rayhan sempat menelponnya untuk menawarkan jemputan seperti biasa, tetapi gadis itu menolak. Ia mengatakan bahwa hari ini dirinyia ingin berangkat sendiri ke sekolah menggunakan mobilnya.

Kaki jenjang Raqueenza menuruni anak tangga satu per satu. Sesampainya di bawah, ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru rumah. Ia menghembuskan napasnya secara kasar, lagi-lagi ia harus menerima kenyataan pahit bahwa keadaan rumah itu tidak sehangat dulu.

"Gini amat jadi gue!"

Raqueenza berjalan menuju meja makan. Di sana sudah ada Bi Suji yang sedang sibuk menyajikan sarapan untuk Raqueenza. Gadis itu duduk di salah satu kursi yang tersedia di ruang makan tersebut. Ia memberikan sapaan hangat kepada Bi Suji.

"Pagi, Bi?" sapa Raqueenza. Senyum tulus terukir indah di wajah cantiknya.

Bi Suji menatap Raqueenza lalu wanita itu tersenyum, "Pagi juga, Non. Mau sarapan roti atau nasi, Non?"

Raqueenza tersenyum dalam diam. Setidaknya ia masih bersyukur memiliki Bi Suji yang setiap hari ada untuknya. Figur Bi Suji sangatlah ia butuhkan di saat Mamahnya malah sibuk bekerja.

"Raqueenza minum susu aja, Bi. Sarapannya nanti saja di sekolah," kata Raqueenza. Gadis yang di kuncir kuda itu kini sedang meneguk susunya hingga habis.

"Jangan lupa di minum obatnya, Non," pesan Bi Suji.

Raqueenza mengangguk, ia mengambil beberapa pil lalu meminumnya.

"Ya udah, Bi. Saya berangkat dulu, ya."

*****

Raqueenza melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang meninggalkan halaman rumahnya. Sesekali ia bersenandung kecil mengikuti putaran musik yang berada di dalam mobilnya.

Kini mobil Raqueenza terhenti karena di depan sana lampu lalu lintas berwarna merah. Gadis itu tidak sengaja melihat pergelangan tangannya yang memakai gelang pemberian Anzel. Raqueenza tersenyum simpul membayangkan sikap manis Anzel kepadanya akhir-akhir ini.

'Sayang gue belum cinta sama lo.'

Suara klakson mobil dari arah belakang membuyarkan lamunan Raquenza. Lampu lalu lintas yang tadinya berwarna merah kini sudah berubah warna menjadi hijau, dengan segera, ia melajukan kembali mobilnya membelah jalanan kota yang mulai terlihat padat.

Mobil berwarna merah itu memasuki halaman SMK Lexus. Raqueenza memarkirkan mobilnya lalu ia beranjak menuju kelasnya. Saat berada di koridor sekolah, banyak pasang mata yang menatapnya. Raqueenza sendiri bingung, tidak biasanya dia ditatap oleh banyak siswa-siswi seperti itu, namun kebingungan Raqueenza terjawab, setelah ia menangkap sosok laki-laki yang kini tersenyum teduh ke arahnya sedang berdiri di tengah-tengah lapangan basket sambil memegang sebuket bunga.

RAQUEENZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang