RAQUEENZA || 26.FAKTA MENYAKITKAN

189 67 11
                                    

Aku selalu mengingatkan sama kalian biar nggak lupa buat vote, dan komen di cerita ini!

Jangan jadi silent Readers pren!


*****

^SELAMAT MEMBACA^

*****


Rayhan membuka knop pintu kamarnya. Ia mencari keberadaan Raqueenza di setiap sudut ruangan, namun matanya tidak menangkap keberadaan sahabatnya itu. Rayhan memberanikan diri memasuki kamar tersebut, samar-samar ia mendengar suara percikan air yang berasal dari kamar mandi.

Mungkin dia masih mandi,” batin Rayhan.

Laki-laki itu kembali keluar dari kamar, tak lupa ia menutup kembali pintu kamar tersebut. Rayhan terlebih dulu turun ke bawah, berniat membuatkan susu hangat untuk Raqueenza.

“Den Rayhan lagi ngapain? biar Bibi aja yang buat, Den.” Bi Surti ingin mengambil alih gelas yang berisi susu dari tangan Rayhan.

“Cuma gini doang, Bi, biar Rayhan aja.” Rayhan kembali ke aktivitasnya mengaduk susu.

“Mama belum pulang, Bi?” tanya laki-laki itu.

Bi Surti menggeleng, “Belum, Den. Mungkin sebentar lagi.”

Rayhan mengangguk, ia telah menyelesaikan acara membuat susu hangat untuk Raqueenza.

“Bi, tolong siapkan makanan ya,” ujar Rayhan pada Bi Surti.

Bi Surti mengangguk, ia menuruti perintah anak majikannya itu.

*****

Rayhan kembali memutar knop pintu kamarnya. Laki-laki itu dapat melihat Raqueenza yang kini sedang berdiri didekat meja belajarnya.

“Queen, nih susu hangat buat lo.” Rayhan memberikan segelas susu hangat yang ia bawa.

Raqueenza tersentak. Kehadiran Rayhan membuatnya kaget. Mata cokelat Raqueenza turun melihat segelas susu hangat yang Rayhan berikan.

Thanks, Ray.”

Gadis itu mulai meminum susu hangat pemberian Rayhan hingga tandas. Rayhan menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan Raqueenza di depannya.

“Lo haus banget, Queen?” tanya Rayhan.

Raqueenza menyengir kuda, “Lumayan,”

Rayhan mengulurkan tangannya berniat untuk menghapus sisa cairan susu di bibir Raqueenza. Sentuhan yang lembut pada bibirnya, membuat Raqueenza mematung. Sedangkan Rayhan masih saja fokus ke arah bibir Raqueenza. Seperti kehilangan akal, laki-laki itu memajukan tubuhnya. Kini jarak di antara mereka sudah semakin tipis, terasa napas lembut Raqueenza di depannya.
Raqueenza menutup matanya, merasakan sensasi lembut pada bibirnya. Hingga akhirnya Rayhan melepaskan ibu jarinya dari bibir gadis itu.

“Maaf,” lirih laki-laki itu. Rayhan menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. Ia meruntuki kebodohannya, bisa-bisanya ia terbuai akan bibir Raqueenza.
Dengan segera Raqueenza pun membuka matanya, ia tersenyum kikuk ke arah Rayhan.

RAQUEENZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang