RAQUEENZA || 30.FIRASAT

158 63 12
                                    

Hai semua, apa kabar kalian?

Aku selalu mengingatkan sama kalian biar nggak lupa buat vote, dan komen di cerita ini!

Jangan jadi silent Readers pren!

*****

^SELAMAT MEMBACA^

*****

Anzel menatap sengit punggung Raqueenza yang melewatinya begitu saja tanpa menyapanya. Gadis itu terlihat sangat bahagia ketika berada di samping Rayhan. Berbeda saat Raqueenza bersamanya, sorot ketakutan yang paling mendominasi di mata cokelatnya. Laki-laki itu masih terus menatap punggung Raqueenza yang semakin lama menghilang di ujung koridor.

"Jangan harap gue biarin lo bahagia, bitch!" murka laki-laki itu.

Tepukan di bahunya yang kokoh menyadarkan laki-lali itu.

"Lepasin!"

Anzel mengalihkan pandangannya ke arah Sahlan yang kini sudah berdiri di sebelahnya dengan kedua tangan yang di masukan ke dalam saku celana abu-abunya.

"Nggak semudah itu," decih Anzel.

Sahlan dapat melihat ada tatapan berbeda yang tersirat dikedua mata hitam legam milik Anzel.

Sahlan menghembuskan napas kasar. "Lepasin! Udah cukup lo nyakitin dia."

"Ada hak apa lo nyuruh gue buat ngelepasin dia?!"

Sahlan mengendikkan bahunya acuh. "Ngga ada! Tapi menurut gue, dia nggak tau apa-apa tentang semua yang lo tuduhkan."

Anzel mengerutkan dahinya. "Tapi dia anak dari pembunuh bokap gue!" tegas Anzel.

Sahlan merotasikan bola matanya. "Lo ada bukti? Bisa aja orang tuanya menutupi semua itu dari Raqueenza."

Anzel terdiam cukup lama. Apa yang dikatakan Sahlan ada benarnya juga mengingat selama menjalin hubungan dengan Raqueenza ia tak menemukan bukti apapun.

"ANZEL!" Teriakkan seorang gadis mengalihkan perhatian Anzel dan Sahlan.

Sahlan menaikkan sebelah alisnya saat Desi terus berjalan mendekati mereka berdua.

"Jalang!" Sahlan berlalu begitu saja meninggalkan Anzel.

Desi menatap bingung punggung Sahlan yang memilih pergi saat ia datang. "Kenapa dia pergi?"

"Dia alergi sama lo!" selepas menjawab pertanyaan Desi, Anzel memilih untuk menggenggam tangan Desi. "Kita pergi dari sini."

"Kemana?"

"Berduaan lah,"

Mata Desi berbinar. "Serius?"

Anzel mengangguk tanpa ragu. "Serius lah. Kita berduaan supaya Raqueenza cemburu."

Mendadak bahu Desi merosot. Binar bahagia di matanya pun sirna. Ia menatap Anzel dengan tatapan getir.

"Balas perasaan gue, Zel."

*****

Raqueenza mengetukkan jarinya di dagu. Ia teringat sesuatu saat dirinya mendapat rundungan kemarin. Gadis itu melihat Rayhan yang tengah fokus menyetir di sebelah.

"Ray, anterin gue ke apartemen Papah ya,"

Rayhan mengalihkan pandangannya sekilas menatap Raqueenza yang kini tengah menangkupkan kedua tangannya. "Baiklah."

RAQUEENZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang