Extra Chapter 3

239 17 3
                                    

Say hai dong pren!

Apa kabar kalian?

Pas baca cerita ini kalian lagi ngapain?

Kalian tahu cerita ini darimana?

Jangan lupa apresiasinya pren biar aku bahagia


*****


^SELAMAT MEMBACA^

*****

Gadis dengan rambut terurai berjalan diantara bunga yang sangat indah disebuah taman. Langkah demi langkah mengantarkan gadis itu menuju sebuah bangku taman yang terdapat seorang laki-laki tengah duduk di sana.

Raqueenza menautkan kedua alisnya. Postur tubuh laki-laki di depannya tidak asing untuk dirinya. Ia seperti tahu siapa laki-laki tersebut.

Dengan perlahan, Raqueenza melangkah mendekati sosok laki-laki yang menyita perhatiannya.

"Rayhan ..."

Raqueenza hampir tak percaya. Ia menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya saat laki-laki itu membalikkan tubuhnya dan mengukir senyum indah. Senyum yang ia rindukan selama ini. Senyum yang selalu membuat harinya lebih berwarna, senyum yang menjadi candu untuknya.

Mata gadis itu memanas. Ia masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Apakah semua ini mimpi? Atau hanya khayalannya saja mengingat selama ini dirinya divonis mengidap PSG (Prologue Grief Disorder).

"Rayhan ..." panggil Raqueenza untuk kedua kalinya. Dengan tangan gemetar, ia memegang kedua pipi orang yang selama ini sudah mengisi sebagian hatinya. "Ini beneran kamu?"

Laki-laki itu tersenyum, ia memegang kedua tangan Raqueenza yang berada di pipinya. "Ini aku, Queen. I am here, now."

Raqueenza tidak bisa lagi membendung rasa bahagianya. Ia memeluk tubuh Rayhan dengan sangat erat.

"Aku kangen kamu, Ray."

Rayhan membalas pelukan Raqueenza tak kalah eratnya. Mereka sama-sama menyalurkan kerinduan yang amat besar.

"Aku juga kangen kamu, Queen. Kamu apa kabar, sayang?"

"Keadaanku menjadi lebih buruk setelah kepergiaanmu," papar Raqueenza.

"Kenapa?" tanya Rayhan. Laki-laki itu mengurai pelukannya. Ia menatap dalam manik mata cokelat milik kekasihnya.

"Karena kepergiaanmu membuat luka baru di hatiku. Bukan cuma hati, tapi juga hidupku," ujar gadis itu. "Tapi sekarang aku senang karena kamu datang kembali ke sini."

"Kamu nggak akan pergi ninggalin aku lagi 'kan, Ray?"

Pertanyaan Raqueenza membuat Rayhan bungkam. Laki-laki itu tersenyum pilu.

"Maaf, Queen."

"Maksud kamu?"

Rayhan menghela napasnya, "Kamu harus terus bahagia walaupun tanpa aku."

Raqueenza menatap Rayhan tak percaya. "Bahagia seperti apa yang kamu maksud, Rayhan!? Kebahagiaan aku cuma kamu!"

Laki-laki itu menggeleng. "Nggak, Queen. Kebahagiaan kamu masih banyak. Masih banyak kebahagiaan lain di depan sana yang udah nungguin kamu."

RAQUEENZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang