RAQUEENZA|| 12.AWAL KEHANCURAN

235 119 41
                                    

Mohon dimaafkan apabila banyak typo dan kata-kata yang tidak sesuai EYD. Kalian boleh kasih aku masukan kok,

Aku selalu mengingatkan sama kalian biar nggak lupa buat vote, dan komen di cerita ini!

Jangan jadi silent Readers pren!

*****

^SELAMAT MEMBACA^

*****

Raqueenza berjalan melewati koridor kelas yang sudah terlihat sepi. Hanya ada beberapa siswa yang masih lalu lalang di area sekolah karena masih ada kegiatan yang harus mereka ikuti.

Raqueenza menahan rasa perih di lututnya akibat perbuatan Desi. Ia mendecak mengingat keadaan dirinya sekarang.

"Cewek sialan! Gara-gara dia gue jadi pincang gini," gerutu gadis itu.

Raqueenza terus memaksakan langkahnya melewati koridor sekolah yang begitu panjang.
Sebenarnya, tadi Rayhan sempat datang ke kelasnya dan memaksa untuk mengantarnya pulang, Tetapi Raqueenza menolak.
Dia tidak mau egois. Dunia Rayhan bukan hanya dirinya, apalagi sekarang laki-laki itu sedang sibuk mengurus organisasi yang ia ikuti.

Raqueenza menghentikan langkahnya, ia bersandar di salah satu pilar yang ada di koridor. Saat ia sedang menatap pintu keluar, ia tidak sengaja menangkap seseorang yang tengah berlari ke arahnya.

"Lo nggak apa-apa kan, Ra?" tanya laki-laki itu ketika sudah berdiri tepat di depan Raqueenza.

Anzel meneliti setiap tubuh Raqueenza. Hingga matanya berhenti di balutan kain kasa yang berada di lutut gadis itu.

"Siapa yang ngobatin?" tanya laki-laki itu dengan sorot dingin.

"Rayhan."

Anzel mengepalkan tangannya dengan kuat. Ia dengan sengaja menekan luka Raqueenza dengan kuat.

"Sa-kit, Zel," ringis gadis itu.

Anzel tersenyum sinis. "Sakit, hm? sakitan mana sama hati gue, anjing!"

"Jauhin Rayhan!" perintah Anzel tak ingin dibantah.

Raqueenza menggeleng. "Gue nggak bisa jauhin Rayhan."

Napas Anzel semakin memburu, ia mencengkram kuat kedua bahu Raqueenza. "Kenapa? Lo mau jadi jalang gitu? Atau lo udah dipake sama dia, makanya lo nggak mau jauhin dia?"

Sebuah tamparan berhasil mendarat dengan sempurna di pipi Anzel.

"Jaga mulut lo! Gue nggak serendah itu!"

Anzel mengusap pipinya. Laki-laki itu menyeringai, dengan gerakan cepat ia membalas tamparan Raqueenza.

"Cewek sialan!"

Raqueenza memegangi ujung bibirnya. Betapa terkejutnya ia melihat ada darah yang keluar dari sana.

"Apa susahnya lo nurut sama gue, anjing. Lo itu cewek gue!"

Raqueenza diam. Ia menutup kedua matanya. Jujur, saat ini rasa takut menguasai dirinya.

Anzel mengangkat dagu Raqueenza dengan kasar. "Kenapa diem! Lo bisu?!"

Raqueenza mencoba membuka matanya. Ia dapat melihat kilatan kebencian jelas tercetak di mata laki-laki itu.

"Jauhin, Rayhan!" peringat Anzel untuk kedua kalinya.

Raqueenza mengumpulkan semua keberaniannya. Ia membalas tatapan tajam milik Anzel--kekasihnya.

"Maaf gue nggak bisa."

RAQUEENZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang