RAQUEENZA || 23.CORETAN DINDING

196 70 18
                                    

Spam komen di sini kalau kalian baca cerita ini!

Aku selalu mengingatkan sama kalian biar nggak lupa buat vote, dan komen di cerita ini!

Jangan jadi silent Readers pren!


*****

^SELAMAT MEMBACA^

*****


"Shit!" umpat Prita disebelah Raqueenza.

Tubuh Raqueenza menegang. Sorot mata gadis itu berubah menjadi sendu saat ia membaca semua coretan dinding yang entah siapa pelakunya.

Dasar jalang lo Raqueenza!

Munafik lo!

Dasar anak pelakor!

Bitch !

Anak pembunuh!

Raqueenza tidak sanggup lagi menahan air matanya. Hatinya terasa nyeri ketika membaca beberapa tulisan itu. Prita yang mengerti keadaan sahabatnya itu memeluk tubuh Raqueenza yang sudah bergetar.

“Ini ulah siapa, Ta?” Raqueenza terus saja menangis di dalam pelukan Prita.

“Gue nggak tau, Ra."

Prita sama terkejutnya seperti Raqueenza. Ia tidak menyangka kejadian seperti ini akan menimpa sahabatnya. Setahu Prita, Raqueenza tidak memiliki musuh di sekolah ini. Kecuali Desi.

Coretan di dinding begitu besar sehingga sulit untuk di bersihkan.
Rayhan yang baru saja datang bersama Huzna menatap tak percaya tulisan kurang ajar yang ditujukan untuk Raqueenza.

Rayhan membaca tulisan di dinding toilet dengan emosi yang membucah. Tangannya kini sudah terkepal kuat.

“ANJING!” umpat Rayhan.

Rayhan menatap gadis yang kini berada di pelukan Prita.

“Siapa pelakunya!" bentak Rayhan.

prita dibuat kaget kedua kalinya saat Rayhan membentaknya. “Gue nggak tau, Ray."

Rayhan mengusap wajahnya dengan kasar. Laki-laki itu menghela napasnya untuk menetralkan kembali emosinya. Merasa emosinya sudah bisa dikendalikan, laki-laki itu berjalan ke arah Raqueenza.

“Queen, you okay?" Tanya Rayhan yang langsung dijawab gelengan oleh Raqueenza.

Sedangkan Prita, gadis itu memutar bola matanya. Pertanyaan macam apa barusan.

“Gue bukan anak pembunuh, Ray," tegas Raqueenza.

“Gue juga bukan anak pelakor!”

“Semua itu bohong, Ray!”

Raqueenza melepaskan pelukannya. Ia berjalan ke arah dinding di mana tulisan laknat itu berada. Raqueenza membuka spidol yang tadi Huzna bawa, Ia mulai mencoret-coret dinding itu dengan kasar bermaksud untuk menghilangkan semua kata-kata buruk tentang dirinya.

Ketiga sahabatnya menatap Raqueenza iba.

“Udah, Queen!” seru Rayhan.

Raqueenza terus melakukan aksinya tanpa mendengarkan Rayhan. Tangan mungilnya kini terus menari di dinding membentuk coretan. Rayhan dengan cepat memeluk tubuh Raqueenza.

RAQUEENZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang