RAQUEENZA || 16.KABAR BAIK

186 93 29
                                    

Mohon dimaafkan apabila banyak typo dan kata-kata yang tidak sesuai EYD. Kalian boleh kasih aku masukan kok,

Aku selalu mengingatkan sama kalian biar nggak lupa buat vote, dan komen di cerita ini!

Jangan jadi silent Readers pren!

*****

^SELAMAT MEMBACA^

*****


Raqueenza duduk di kursi tunggu yang berada di depan ruang operasi. Begitu pun dengan Rayhan yang selalu menemani gadis itu.

Hari ini adalah jadwal di mana Wildan melakukan operasi untuk luka tusuk yang di alaminya.
Sedangkan Reno dan Anggara, tetap memilih untuk berdiri di depan pintu ruang operasi.

"Duduk, Bang!" titah Raqueenza. "Lo nggak capek apa berdiri terus kaya patung gitu."

Reno dan Anggara menggeleng secara bersamaan.

"Kita berdiri aja, Ra," kata Reno.

"Lo duduk aja yang anteng kaya bayi, jangan kelelahan. Oke adik manis," imbuh Anggara.

Raqueenza mendecak, ia memaksakan senyuman di wajahnya. "Oke kakak tampan."

Sudah satu jam berlalu namun belum ada tanda-tanda pintu kaca tersebut akan terbuka. Terlihat jelas raut khawatir di wajah Raqueenza saat ini.

"Dokternya ngapain aja, sih, didalam. Nggak tau apa diluar pada khawatir," gerutu gadis itu.

Rayhan menggenggam sebelah tangan Raqueenza. “Queen, tenang, jangan berisik."

Raqueenza mengangguk lesu. Hingga akhirnya, suara pintu terbuka mengalihkan pandangan mereka.

Pintu kaca ruang operasi terbuka, menampilkan seorang dokter yang tadi menangani Wildan.

“Gimana Dok, dengan operasinya?” serang Reno, begitu dokter itu keluar dari ruangan operasi.

Dokter tersebut tersenyum, lalu ia menatap satu per satu anak Wildan secara bergantian.

“Alhamdulilah, operasinya berjalan lancar. Kondisi Pak Wildan sekarang sudah mulai stabil,” jelas dokter tersebut.

Terdengar hembusan napas lega dari keempat remaja di sana.

“Terima kasih Dok, terima kasih telah melakukan yang terbaik untuk Papah saya,” ujar Reno.

“Sama-sama, semua ini sudah menjadi tanggung jawab saya.” Dokter itu tersenyum.

“Kalau tidak ada lagi yang ingin di tanyakan, saya tinggal dulu, ya,” sambungnya.

Reno hanya mengangguk sebagai jawaban. Ia berulang kali mengucapkan syukur atas kebahagiaan yang Tuhan berikan.
Reno beserta Anggara menghampiri Raqueenza yang masih diam saja sedari tadi, kedua laki-laki itu memeluk adik kesayangannya.

“Papah baik-baik saja, Ra.”

Raqueenza terharu di dalam pelukan kedua Abang-nya. Mereka sangat bahagia mendengar kondisi Papah nya yang jauh lebih baik dari sebelumnya.

“Jangan nangis, Ra. Jelek tau,” ledek Anggara ditengah pelukannya.

“Apaan sih!" Raqueenza mengerucutkan bibirnya. Anggara memang senang sekali meledeknya.

*****

Wildan sudah di pindahkan kembali ke ruang rawat, namun pria paruh baya itu belum juga membuka matanya.

RAQUEENZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang