RAQUEENZA || 17.TAMU TAK DIUNDANG

182 89 22
                                    

Mohon dimaafkan apabila banyak typo dan kata-kata yang tidak sesuai EYD. Kalian boleh kasih aku masukan kok,

Aku selalu mengingatkan sama kalian biar nggak lupa buat vote, dan komen di cerita ini!

Jangan jadi silent Readers pren!

*****

^SELAMAT MEMBACA^

*****

Sepasang remaja baru saja selesai mengisi perutnya. Mereka memutuskan untuk kembali ke kamar rawat Wildan. Saat mereka berjalan di lorong rumah sakit, sesekali mereka melempar canda yang mengalihkan semua orang yang mereka lewati.

Banyak pasang mata yang mengira bahwa kedua remaja tersebut adalah sepasang kekasih. Terlihat dari kedekatan mereka.

"Serasi banget ya mereka," ujar salah satu ibu-ibu berhijab yanh sedang duduk di salah satu kursi tunggu.

Wanita dengan perut yang membuncit menyetujui ucapan dari ibu-ibu sebelumnya.

"Bener banget, Bu. Yang satu cantik, yang satu ganteng. Semoga anakku seperti mereka," kata ibu hamil itu sambil mengelus perutnya yang sudah kelihatan besar. Sepertinya tak akan lama lagi ibu itu akan melahirkan.

Sedangkan Raqueenza hanya tersenyum. Mengapa rasanya berbunga-bunga sekali dipuji oleh mereka.

"Lo denger kan, Ray. Kata mereka gue cantik."

"Hm,"

"Gue nggak nyangka ternyata gue secantik itu." Raqueenza terus mengembangkan senyumnya selama dalam perjalan menuju ruang rawat Wildan.

Tanpa mereka sadari, mereka telah berada di depan pintu ruang rawat Wildan. Kemudian, Raqueenza membuka pintu itu, pemandangan yang pertama kali Raqueenza lihat saat membuka pintu membuatnya tersenyum lebar, ia berlari ke arah pria paruh baya yang kini sedang duduk di atas brankar sambil tersenyum teduh ke arahnya. Raqueenza memeluk Papahnya sangat erat tanpa memperdulikan orang sekitarnya.

“Papah…”

“Iya sayang,” Wildan mengusap lembut rambut panjang Putrinya.

“Raqueenza kangen banget sama Papah,” ucap Raqueenza.
Wildan terkekeh. Ia mengeratkan pelukannya.

“Papah juga kangen banget sama kamu, Ra,” jujur Wildan.

Raqueenza sedikit melonggarkan pelukannya. Lalu, ia mendongak untuk melihat wajah Papahnya.

“Lagian Papah sih, Bukannya pulang ke rumah malah pulang ke sini.”

“Kan Papah cari suasana baru, Ra.”

“Pah, cari suasana baru bukan di sini tempatnya,” ujar Raqueenza.

Wildan terkekeh, “Iya, iya deh. Lagian, Papah udah nggak apa-apa kok.”

Raqueenza mengangguk kecil, ia mencoba percaya saja apa yang diucapkan Papahnya barusan. Hingga suara Wildan membuat Raqueenza kembali menatapnya.

“Ternyata anak Papah sekarang sudah besar ya, buktinya sekarang kamu sudah punya pacar,” ucap Wildan to the point.

Raqueenza bingung, apa maksud dari ucapan Papahnya? Oh mungkin Rayhan.

“Rayhan bukan pacar Raqueenza, Pah,” balas Raqueenza.

Wildan yang mengerti akan kebingungan Raqueenza pun kembali membuka suaranya.

“Bukan Rayhan, tapi pemuda yang duduk di sana,” tunjuk Wildan ke arah seorang pemuda yang sedang duduk di sofa sambil tersenyum ke arahnya.

RAQUEENZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang