Baik, setelah mumet kasih nama anaknya Bagas sama Chelsea itu siapa, akhirnya nih, jatuh juga sama nama "Arkana"
.
.
.
Setelah Bagas dan Chelsea berdiskusi tentang nama yang cocok untuk anak mereka. Akhirnya mereka sepakat memberikan nama pada anak mereka yaitu "Arkana Atha Adytama"Saat ini ruangan Chelsea dipenuhi oleh teman-temannya serta teman-teman Bagas yang menjenguk Chelsea. Tak lupa juga ada Adit dan Anissa yang ikut serta menjenguknya.
Berbicara tentang Adit. Aditlah tadi yang membantu melunasi biaya persalinan dari istri Bagas.
Flashback
Saat Bagas hendak membayar biaya persalinan istrinya, ternyata uang tabungannya tidaklah cukup untuk membayarnya.
"Berapa total kekurangannya sus?" tanya seorang itu yang membuat Bagas menoleh ke arahnya.
"Bang Adit" panggilnya pelan saat kakaknya itu mengeluarkan uang untuk melunasi total kekurangan dari biaya persalinan dari adik iparnya.
"Bang, seharusnya lo nggak ngelakuin ini buat gua"
Adit menepuk pelan pundak Bagas. "Lo adik gua. Sepatutnya juga gua bantu lo. Ya, meskipun kita tidak di rahim yang sama, tapi kita ada dari orang yang sama. Yaitu, papa"
Mendengar kata "Papa" terucap dari mulut kakaknya. Dia takut kakaknya ini akan memberi tahu orang tuanya terutama kakeknya bahwa anaknya telah lahir.
"Bang, gua mohon jangan bilang orang rumah kalau anak gua udah lahir"
Adit menarik nafas panjang. Sebenarnya dalam hatinya dia ingin memberitahu keluarganya. Namun, mengingat mamanya masih membenci Bagas jadi niatan itu diurungkan kembali
"Tenang aja, gua nggak akan kasih tau mama dan kakek soal hal ini. Tapi gua nggak janji untuk ngasih tau papa soal hal ini. Karena papa udah tau lo bahwa lo nggak tinggal di apartemen lagi"
"Seandainya nanti papa tahu, lo nggak masalah kan?"
Bagas terdiam. Sebelum akhirnya menganggukkan kepala setuju.
"Yang penting mama dan kakek nggak tahu soal ini"
Adit tesenyum simpul menganggukan kepala. "Iya"
Biarlah waktu ini Bagas merasakan kebahagiaan dulu atas kelahiran putranya, Adit tidak ingin merusak kebahagiaan Bagas dengan mengungkit permasalahannya dengan mamanya.
"Sebentar teman-teman lo dan teman-teman Chelsea akan datang. Gua tadi yang kasih tahu mereka"
"Eh, btw selamat ya atas kelahiran anak lo. Dia ganteng banget bukan kek pamannya?" goda Adit membuat Bagas sebal.
"Kan dia anak gua bang, ya jelas gantengnya mirip gua bukan mirip lo"
Adit tertawa karena berhasil menjahili adiknya. "Oh, iya, ya. Kan lo yang buat"
Merasakan kebahagiaan seperti ini rasanya Adit ingin memberhentikan waktu agar dia bisa menikmati kebahagiaan ini bersama adiknya.
***
Gilang menatap bayi itu dengan seksama. Dia melihat bayi dari segala arah."Lo kenapa ngelihatin Arka kaya gitu, goblok!" ucap Rafli menonyor pelan kepala Gilang.
"Gua binggung nih, raf. Kalau dipikir-pikir Bagas itu kan masih kecil usianya belum ada 20 tahun. Lha, dia bisa bikin anak kecil. Udah gitu bayinya gede lagi. Kan hebat namanya" semua tertawa mendengar celotehan Gilang.
"Hahahaha, itu namanya praktik biologi yang berhasil" kini, giliran Rafli yang ikut menimpali.
"Anak kecil bikin anak kecil. Ngakak hahaha" kini Adit ikut-ikutan tertawa.
Sedangkan Bagas, cowok itu menatap Gilang seperti membunuh.
"Mulut lo ngomong gitu lagi. Siap-siap gua robek tuh mulut pakai linggis" ancam Bagas membuat Gilang menelan susah salivanya.
"Hahaha, mampus!" Rafli suka nih, pertengkaran kaya gini. Lebih suka lagi melihat Gilang yang menderita.
Kini, giliran Cindai yang melihat secara seksama wajah dari Arka. Ya, semenjak beberapa hari kemarin hubungan persahabatan antara Cindai, Marsha, dan Chelsea sudah membaik. Dan mereka juga sudah saling memaafkan satu sama lain dan melupakan yang sudah berlalu.
"Ini bibirnya mirip Chelsea nih, ini mata, hidung, alis, rambut kenapa lebih dominan mirip ke Bagas. Nggak adil nih, Chel. Lo yang ngandung selama 9 bulan tapi wajahnya mirip manusia bangsat kek dia" ceplos Cindai dengan nada santainya.
"Apa lo bilang?" tanya Bagas kembali. Bisa-bisanya mengatai dirinya bangsat.
"Apa? Emang gua tadi bilang apa?" Cindai justru bertanya balik pada Bagas.
"Lo tadi bilang gua bangsat, kan?"
"Lha, lo sendiri itu yang bilang" timpal Cindai bahkan tak peduli dengan Bagas yang menatap tajam dirinya.
"Haha, lha, iya juga, ya. Haha, sabar bos. Cewek itu selalu benar"ucap Rafli menepuk pelan pundak Bagas.
Tatapan Cindai beralih menatap Chelsea. "Sakit nggak, chel?"
"Apanya?"
"Ck, ambigu. Lo kalau nanya tuh jangan setengah-setengah. Disini tuh otaknya pada traveling semua" sahut Marsha kini berujar.
Cindai memutar bola matanya. "Maksud gua itu ngelahirin sakit nggak?"
"Gua kira pas bikin, pas bikin juga sakit" ucap Gilang membuat dia terkena lemparan kulit jeruk dari Bagas.
Gilang mengerucutkan bibirnya sebal. Kenapa harus dia lagi yang kena.
"Mulutnya mulai aktif, ya bun"
Chelsea menatap Cindai. "Ya, sakitlah namanya juga ngelahirin. Pasti sakit"
Kini, giliran Marsha menatap Cindai." Kenapa? Lo mau ngerasain juga? Kalau lo pengen ngerasain sono nikah dulu sama Gilang"
Gilang yang saat itu tengah meminum minumannya. Kini, jadi tersedak mendengar ucapan Marsha.
Ukhuk!
Tatapan Gilang kini beralih ke arah Cindai. "Lo mau nikah sama gua?"
Cindai bergidik ngeri. "Hihhh, ogah"
Bagas tersenyum penuh arti ke arah Gilang dan Cindai. "Nggak papa kalau kalian nikah tuh, kan sama-sama otak kalian tuh bobrok"
"Hahahaha" semuanya tertawa, memang ada benarnya apa yang dikatakan oleh Bagas ini.
Chelsea beralih menatap ke arah Anissa. "Raka nggak diajak kak?"
"Raka tadi tidur chel, jadi nggak aku ajak" jawab Anissa mendekatkan diri ke arah brankar yang Chelsea tempati.
"Gimana keadaan kamu? Udah agak membaik kan?" Chelsea menganggukkan kepala sebagai jawaban.
Adit melirik ke arah jam arlojinya. Kemudian dia melirik ke arah Anissa pertanda dia ingin mengajaknya pulang karena sudah terlalu lama disini.
"Eh, Chel aku sama mas Adit balik dulu ya. Sekali lagi selamat yaatas kelahiran putra kalian" ucap Anissa menoleh juga ke arah Bagas.
"Terima kasih, ya kak" ucap Chelsea membalas pelukan dari Anissa.
"Terima kasih, kak" ucap Bagas pada Anissa.
"Gua balik dulu ya, gua sempetin deh, sering-sering kesini sama Anissa" ucap Adit pada Bagas.
"Makasih, bang" ucapnya pada kakaknya.
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ligatus [ SUDAH TERBIT ]
RandomSinopsis Seperti apa rasanya dibenci oleh seorang Ibu? Di permainkan oleh keadaan, dan berusaha bangkit dari sebuah keterpurukan? Menyakitkan bukan? Itulah yang kini dirasakan oleh seorang pemuda bernama Bagas. Pemuda yang hidup tumbuh dalam tekanan...