//Firasat//

547 11 0
                                    

Hallo author kembali,
Tentunya dengan cerita yang semakin asyik, dan banyak mengundang penasaran bagi para readers...
Oke tanpa basa-basi, yukk kita cuss,,,,
.
.
.
.

Bagas meletakkan tas serta kotak makan yang Ia bawa. Dia berjalan menuju bagian tempat kerjanya. Saat Ia hendak mulai melakukan aktifitasnya, tiba-tiba bosnya datang menepuk pundaknya.

"Muka lo pucat? Lo sakit?" Tanya beliau memandangi wajah Bagas yang seakan sedang tidak fit.

Bagas menggelengkan kepala tanda Ia baik-baik saja "Tidak kak, aku baik"

"Kalau merasa pusing, istirahat dulu aja nggak papa"

Bagas hanya tersenyum tipis menanggapi itu.

Jujur, yang Ia rasakan saat ini memang sedikit pusing. Tapi Sebisa mungkin Ia paksakan  selagi dia masih bisa berdiri.

Dalam keadaan tersebut, Bagas masih bersemangat dalam bekerja. Dia mulai mengangkut barang-barang itu masuk dalam mobil. Sampai pada pegawai lain menyuruhnya pun dia menyanggupi.

"Gas!"

"Ya?"

"Kamu bisa naik ke atas? Soalnya masih ada barang yang ketinggalan dan belum masuk mobil"

"Oh, baik. Saya akan naik ke atas untuk mengambilnya" ucapnya, yang kini mulai menaiki tangga kayu dengan kaki yang seakan bergetar.

Merasa kakinya yang seakan bergetar membuat dia antara bimbang untuk menaikinya. Dia ingin tidak naik, tapi ada kewajiban yang membuat dia harus naik. Dengan menarik nafas panjang, akhirnya dia memberanikan untuk naik ke tangga itu.

"Ayo gas, lo harus bisa, lo harus bisa!" batinnya dalam hati menyemangati diri sendiri.

Kali ini Bagas begitu nekad, sampai Ia menghiraukan pening di kepala hingga kaki yang bergetar. Dengan sangat hati-hati dia menaiki tangga sampai di atas. Setelah berhasil, dia menghela nafas panjang dan mengucap syukur karena dia bisa melewati ini semua.

Dia mengambil barang itu dan turun dengan sangat excited.  Sehingga baru 3 langkah menuruni tangga, tiba-tiba...

Brak!

Dia jatuh terguling sampai ke bawah. Spontan, semua orang menoleh ke arah Bagas dan dengan cepat mereka semua menolong Bagas yang sudah tak sadarkan diri.

Bagas segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapat perawatan secara intensif.

***
Disisi lain, Chelsea merasa rindu pada Bagas. Padahal dia baru saja berpisah dengan Bagas belum ada waktu 1 jam. Tapi entah mengapa, dia begitu rindu pada Bagas. Dia ingin mendengar suara Bagas meski harus lewat via telepon. Entah mengapa rasa rindunya ini tidak bisa ditahan sehingga dia memutuskan untuk menelfon Bagas.

Saat dia mencoba menelfon Bagas, sayang sekali tak ada jawaban dari Bagas.

"Ko nggak diangkat sih?" ucapnya bermonolog sendiri.

Dia mencoba menelfon Bagas untuk kedua kali. Tapi lagi-lagi tidak diangkat oleh Bagas. Hatinya merasa cemas, tidak biasanya Bagas seperti. Firasatnya menjadi tak karuan campur aduk. Dia menatap ponselnya dengan pandangan yang sulit untuk diartikan.

Saat dia menatap lurus ponselnya, tiba-tiba layar ponselnya menyala. Sebuah nada panggilan masuk dari Bagas membuat dia tersenyum senang dan dengan cepat dia segera mengangkatnya.

"Hallo"

"........."

"APA?" dia begitu terkejut saat mengetahui kabar Bagas yang saat ini tengah di rumah sakit.

Ligatus [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang