//Perih//

477 12 1
                                    

Selamat siang para readers yang budiman. Mana nih suaranya??
Oke,  kita lanjut ya ceritanya...
.
.
.
.
.

Hari ini adalah hari pertama Chelsea bekerja. Disisi lain dia senang karena dia bisa bekerja untuk membantu Bagas, tapi disisi lain dia sedih karena harus meninggalkan Bagas sendiri di rumah sakit.

"Pagi! Kamu tidurnya nyenyak banget. Pagi ini, aku mau minta izin untuk pergi kerja. Kamu disini baik-baik ya, karena ada mama, papa dan kakek yang selalu mendampinggimu" ucap Chelsea sebelum akhirnya mencium punggung tangan Bagas dan pergi meninggalkan Bagas yang masih tertidur pulas.

Setelah beberapa lama Chelsea pergi, Bagas akhirnya bangun dari tidurnya dan mengerjapkan matanya silau karena pantulan cahaya matahari yang tersorot dari bilik kaca jendelanya.

"Udah pagi ternyata" gumannya, sembari melihat sekilas ke arah lengannya yang masih tertancap oleh alat infus.

"Perasaan gua tadi mimpiin Chelsea, tapi kok berasa kaya beneran ya" gumannya bermonolog sendiri.

"Bagas!" panggil suara itu masuk ke dalam ruangannya.

Bagas menoleh ke arah sumber  suara.

"Mama" sapanya kepada sang mama yang masuk bersama dengan seorang perempuan.

"Hai, Bagas!" sapa perempuan itu mendekat ke arah ranjangnya.

Bagas tersenyum pada perempuan itu. "Hai juga Sinta!"

"Bagaimana keadaanmu Bagas?" tanya Sinta sembari duduk di samping ranjang Bagas.

"Ya, seperti yang lo lihat, sudah agak mendingan"

Mama Bagas yang sedari tadi melihat keduanya tengah asyik mengobrol. Memutuskan keluar dari ruangan dan memberikan waktu luang untuk keduanya lebih dekat.

"Mama mau kemana?" tanya Bagas saat melihat sang mama yang hendak keluar dari ruangan.

"Mama mau keluar sebentar, kalian berdua ngobrol aja dulu" jawab mamanya sembari tersenyum ke arah keduanya.

"Gua tau ini cuma akal-akalan mama biar gua bisa dekat sama Sinta" batin Bagas kesal.

Mamanya keluar dengan rasa bahagia karena bisa melihat Bagas dan Sinta kembali dekat seperti dulu lagi.

***
Disisi lain, Chelsea bekerja di perusahaan percetakan milik kakek Bagas. Disana dia senang sekali dapat bekerja, dalam hati Ia bersyukur karena Ia masih diberi kesempatan untuk bekerja.

Siang ini jam istirahatpun tiba, dia membuka bekalnya dan segera untuk memakannya. Dia kembali teringat dengan kondisi Bagas, apa Bagas dalam keadaan kondisi baik di rumah sakit? Apa dia udah makan siang yang seperti Ia lakukan saat ini?

"Chel, kok ngelamun ?" tanya seorang itu yang Ia hapal sekali suaranya.

"Eh, kakek. Nggak kok"

"Jangan banyak ngelamun. Nggak baik untuk kandunganmu" tutur kakek sebelum akhirnya pergi meninggalkan dirinya.

Setelah usai menghabiskan bekal makanannya. Chelsea kembali lagi pada aktifitas bekerjanya.

Baru saja dia akan bangkit dari duduknya untuk mulai bekerja. Seorang wanita paruh baya menepuk bahunya dari belakang.

Chelsea terkejut takala pundaknya di tepuk oleh seseorang. Dia menoleh ke belakang dan melihat orang yang baru saja mengejutkannya.

"Kamu Chelsea kan?" tanya wanita paruh baya itu pada dirinya.

"Ibu tau darimana kalau nama saya Chelsea?" Chelsea seolah binggung, bagaimana ibu ini tau namanya sedangkan dirinya tidak kenal dengan beliau.

"Saya ini tetangga kamu dulu, masa kamu lupa"

Dia mencoba untuk mengingat-ingat. "Yang mana? Perasaan aku nggak pernah tau kalau aku dulu tetanggaan sama ibu ini" batinnya dalam hati.

"Tidak apalah kalau kamu tidak ingat. Tapi ngomong-ngomong kamu kerja disini juga?"

Chelsea menganggukkan kepala sembari berkata "iya"

"Yaudah kalau begitu, lanjutkan saja pekerjaanmu" ucap beliau lalu pergi dari hadapannya.

Tak terasa, akhirnya sore pun tiba. Dan Chelsea sudah selesai dengan pekerjaannya.

"Sudah selesai?" tanya kakeknya yang saat ini sudah ada di depannya.

Chelsea menganggukkan kepala pelan pada sang kakek.

"Ya, sudah. Ayo kita pulang. Kau pasti ingin ke rumah sakit bukan?" lagi-lagi Chelsea menganggukkan kepala untuk menjawab.

Di dalam mobil Chelsea melirik ke arah kakeknya yang tengah fokus menyetir. "Ada apa?"

"Tidak ada apa-apa kek"

"Katakan saja. Tidak perlu sungkan"

Sejujurnya Ia ingin berkata. Namun Ia ragu untuk mengucapkannya. "Ada apa nak? Ayo katakanlah!"

"Emm, aku ingin minta tolong sama kakek jangan beritahu Bagas soal aku yang bekerja ini"

Kakek Bagas nampak menimbang-nimbang soal hal itu. Dan akhirnya, beliau menyanggupi hal itu.

"Baiklah, kakek nggak akan bilang Bagas soal hal ini"

"Makasih kek" ucap Chelsea yang entah ini kalimat terima kasihnya yang ke berapa kali Ia ucapkan setelah kemarin  kakeknya itu yang telah membantunya mencarikan dia pekerjaan.

***

Ketika sampai di rumah sakit. Chelsea berjalan tergesa-gesa memasuki ruangan Bagas. Tapi, ketika masuk dalam ruangannya. Dia melihat satu pemandangan yang sangat menyayat hati. Satu hal yang membuat hatinya seakan perih takala dia melihat seorang perempuan yang Ia kenali tengah menyuapkan sesendok nasi pada Bagas.

"Emm, ma-af kalau saya menganggu. S-saya akan pergi" ucap Chelsea yang hendak pergi dari ruangannya.

"Tunggu!" ucap perempuan itu menghentikan langkah Chelsea yang akan pergi.

"Sebenarnya aku udah mau pulang. Tapi, melihat Bagas yang kesusahan makan sendiri. Aku coba untuk menyuapinya. Dan berhubung kamu ada disini, kamu gantiin aku suapin Bagas ya. Soalnya ini udah sore, dan aku harus pulang. Karena udah dari pagi juga aku ada disini" ucapnya pada Chelsea.

"Gua pulang dulu ya, gas. Semoga cepat sembuh"

"Makasih ya, sin" ucap Bagas tersenyum pada Sinta.

"Terima kasih ya, Sinta. Udah jagain Bagas tadi" kini giliran Chelsea yang berucap pada perempuan itu.

Sinta menganggukkan kepala, lalu keluar dari ruangan Bagas.

Kini, tinggalah mereka berdua yang berada di ruangan ini. Chelsea mendekat ke arah Bagas dan meraih makanan Bagas untuk menyuapi sang suami.

"Darimana aja jam segini baru kelihatan?" tanya Bagas dengan nada ketus pada Chelsea.

"Aku seharian ini di suruh kakek di rumah aja untuk istirahat. Karena katanya rumah sakit kurang baik untuk kandunganku saat ini" jawab Chelsea dusta.

Bagas masih seakan tak percaya dengan jawaban Chelsea. Terlebih wajah Chelsea yang saat ini terlihat sangat lelah seperti habis dari berpergian.

Setelah menyuapi Bagas, tak lama kemudian Bagas tertidur karena efek kenyang. Melihat Bagas yang tertidur, membuat dirinya juga merasa kantuk dan tertidur.

Rupanya Bagas tidak benar-benar tidur. Dia yang melihat Chelsea tertidur di samping lengannya, mengulurkan tangannya menyentuh puncak kepala Chelsea dengan perasaan sayang.

Dia terkejut takala tangannya menyentuh puncak kepala Chelsea.

"Kok dia banyak berkeringat ya? Entah dari mana kau pergi Chel sampai kau kelelahan seperti ini" batinnya mengusap kepala Chelsea yang penuh dengan keringat.
.
.
.
.
Author nih ngebut banget lanjutin cerita ini soalnya mau cepat selesai dan setelah itu mau dikirim ke penerbit😅

Jangan lupa vote dan commentnya😄

Ligatus [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang