//Bersitegang//

499 14 0
                                    


Hai👋 author kembali lagi guys....😄
Siapa yang selalu nungguin cerita ini, hayoo??✋
.
.
.
Baiklah, yukk langsung baca aja..

Mamanya sudah nampak menyerah menghadapi kondisi putranya saat ini.

"Ayolah Bagas! Satu suapan saja" ini sudah ke ribuan kalinya sang mama membujuk anaknya itu agar mau makan.

Tetapi sang anak hanya menatap datar sendok yang berisi nasi itu tanpa mau membuka mulut. Keadaan Bagas memang sangat memprihatinkan setelah kejadian dimana saat Chelsea meninggalkan dirinya. Walau saat ini Bagas sudah pulang dari rumah sakit, tapi keadaannya masih sama ketika dia berada rumah sakit.

"Sebentar, mama mau ambil minum dulu buatmu" ucapnya, lalu keluar dari kamar Bagas.

Bagas menatap sekilas sang mama yang berjalan keluar dari kamarnya. Semenjak istrinya itu pergi meninggalkan dirinya dia lebih banyak melamun, dan tak mau bicara dengan siapapun.

***
Chelsea duduk di meja makan itu dengan rasa takut. Dia bahkan tak berani menatap wajah sang ayah yang baginya sungguh menyeramkan.

"Makan yang banyak ya" ucap ibunya mengambilkan nasi serta lauk untuknya.

Chelsea mendonggakkan wajahnya menatap sang ibu dengan tersenyum.

"Wihh! Sejak kapan kamu pulang?" suara itu membuatnya terkejut, terlebih saat sang pemilik suara itu kini berada tepat disampingnya.

"Shilla, kau membuat adikmu terkejut" tegur ibunya, yang dibalas cengiran oleh Shilla.

"Eh, pertanyaan kakak belum di jawab lho" ucap Shilla mengingatkan sembari mencomot bakwan yang berada di dekatnya.

"Tadi siang kak" cicitnya pelan,

Setelah menjawab itu, suasana tampak kembali menjadi hening. Tak lebih hanya suara sendok dan garpu yang saling bersautan satu sama lain.

"Ekhem, ayah sudah selesai" pria paruh baya itu berdiri dari duduknya dan pergi meninggalkan meja makan itu.

Shilla menoleh ke arah ibu serta adiknya, raut wajahnya seolah menggambarkan muka bertanya dengan apa yang terjadi pada ayah.

"Biasa, ayahmu itu belum bisa menerima Chelsea disini" ucap ibunya menjelaskan.

Hati Shilla seakan sedih mendengar hal itu, dia menoleh ke arah Chelsea dan mengusap pelan lengan adiknya. "Kamu yang sabar ya"

Chelsea tersenyum atas support yang telah diberikan oleh kakaknya. "Makasih kak"

"Sudah, kamu letakkan kembali piring itu, biar ibu aja yang cuci piringnya" ucap ibunya ketika melihat putri bungsunya hendak mengangkat piring itu dan membawanya ke tempat pencucian.

"Chelsea bisa ko, bu. Kalau sekedar cuci piring. Ini kan ringan"

"Kalau ibu bilang letakkan kembali ya letakkan kembali!"

Chelsea menghela nafas dan menuruti apa yang diperintah oleh ibunya.

"Kamu istirahat sana ke kamar! Kamu tuh capek" suruh ibunya,

"Aku nggak capek" balas Chelsea,

"Shilla, kamu bawa adekmu ke kamar! Suruh dia istirahat"

Shilla mematuhi perintah ibunya dan membawa adiknya itu pergi ke kamar.

Saat di dalam kamar, kakaknya tak henti-hentinya bercerita banyak hal. Dan sebagai adik, dia hanya mendengarkan kakaknya bercerita sesekali tertawa menanggapi lelucon yang diselipkan kakaknya yang sedang bercerita.

"Chel!"

"Hmm?"

"Terima kasih ya"

"Untuk?"

"Kamu bisa meyakinkan Cakka untuk kembali percaya padaku"

Chelsea tersenyum sembari memegang kedua tangan sang kakak "Chelsea doain semoga kakak bisa segera nyusul Chelsea naik pelaminan bersama kak Cakka"

Seketika wajah Shilla bersemu merah mendengar hal itu. "Ihh, Chel. Apaan sih"

"Udahlah kak, nggak usah malu gitu. Pipi kakak sekarang tuh ngalahin tomat merah yang di pasar, haha"

"Chelseaaaa!!!!"

"Hahaha"

Ternyata selama ini, kita banyak kehilangan moment seperti ini kak,

Tbc

Ligatus [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang