//Pamit//

372 16 1
                                        

Sinar mentari pagi membangunkan cowok yang masih tergulung dalam selimut. Cowok itu mengucek matanya, lalu meraba-raba sebelah sisi tempat tidurnya. Kosong pikirnya, spontan dia terkejut lalu bangun dari tidurnya dan mencari sosok yang sedari tadi dia cari.

"Pagi!" sapa perempuan itu disertai senyum mengembangnya.

"Pagi juga" sapa balik Bagas lalu mendekat ke arah Chelsea dan memeluk istrinya itu dari belakang.

"Mandi gih!" suruh Chelsea yang mendapat gelengan kecil dari Bagas.

Entah kenapa melihat Chelsea di pagi ini membuat Bagas nampak sedikit bergairah dan ingin sekali mencium pipi istrinya.

"Can I kiss you this morning?"
Chelsea memutar bola matanya malas  mendengar kalimat yang keluar dari mulut suaminya ini.

"NO! Kamu belum mandi, bau" ujarnya sembari menutup hidungnya.

"Please!"

"NO! Lagian kamu hari ini kan berangkat sekolah, gimana sih? Bukannya siap-siap malah minta yang enggak-enggak"

Bagas menepuk dahinya keras. Dia baru mengingat, pagi ini dia harus berangkat sekolah.

Cup

Kecupan kecil itu mendarat di pipi kiri Chelsea sehingga hal itu membuatnya mengeram kesal sekaligus bersemu merah.

"BAGASSSSS!!!" teriaknya kali ini, namun kalah cepat dari Bagas yang sudah berlari masuk ke dalam kamar mandi.

"Apa sayang? Tunggu bentar ya, aku mandi dulu" goda Bagas dari dalam kamar mandi yang sukses membuat pipi Chelsea kembali bersemu merah.

Setelah siap dengan seragam sekolah, akhirnya Bagas keluar dari kamar dan berjalan menuruni tangga disusul oleh istrinya yang berada di belakangnya.

"Pagi sayang!" sapa mamanya melihat putra bungsunya berjalan menuruni tangga.

"Pagi, ma" balas Bagas singkat.

"Nggak sarapan dulu?" Bagas menggelengkan kepala menjawab pertanyaan dari Mamanya.

"Bagas berangkat sekolah dulu" ujarnya usai mencium punggung tangan ibunya.

Ketika tepat berada di depan gerbang rumah, tak lupa Bagas mencium sekilas kening istrinya sebelum melangkahkan masuk ke dalam angkutan umum itu.
Chelsea kembali merasakan sedih ketika Bagas sudah berlalu pergi dari hadapannya. Kini tinggalah Chelsea seorang diri tanpa seorang teman bicara.

Chelsea melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah, tetapi baru saja dia akan mengijakkan kaki menaiki tangga suara sindiran itu menggema memenuhi ruangan.

"Oh, enak ya. Habis nganter suaminya nunggu angkot di depan rumah, langsung tancep pergi ke kamar" sindiran itu terdengar jelas di telinganya, sehingga membuat dia kini menghentikan langkahnya menaiki tangga itu.

"A-ada yang bisa Chelsea bantu ma?" tanyanya pelan dengan kepala tertunduk takut menatap sang mertua.

"Di dapur banyak piring kotor" ucapnya dengan nada dingin seolah memerintah Chelsea untuk mencucinya.

Chelsea yang mengerti akan hal itu lalu pergi menuju dapur dan mulai mencuci setumpukan piring-piring kotor itu.

"Non, nggak usah cuci piringnya lah, kalau saya dimarahin den Bagas gimana?" cemas pembantu itu melihat Chelsea yang tengah mencuci piring.

Chelsea tersenyum ke arah pembantu paruh baya itu,"Nggak usah khawatir bi, ini perintah Mama jadi aku harus mematuhinya. Lagipula Bagas kan nggak tahu"

"Bibi bantu ya non?"

"Nggak usah bi, dikit lagi ini selesai kok, mending bibi selesaiin pekerjaan yang lain aja" pembantu itu akhirnya mematuhi ucapannya.

Ligatus [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang