Hai sobat readers semua
Author kembali lagi nih,,
Demi melanjutkan cerita ini, aku bela-belain nggak bales chat dari doi :(
-
-
-
-
***
Chelsea menghampiri Bagas yang tengah terlelap. Dia memperhatikan wajah Bagas yang pucat.Dia menyentuh kening Bagas dengan pelan. Hawa panas terasa menyengat di tangannya. Dengan cepat dia mengambil baskom yang berisi air hangat lalu mengompres kening Bagas dengan telaten.
"Lebih baik kamu memarahiku gas, dibanding harus melampiaskan pada minuman keras" batinnya memandangi wajah Bagas yang pucat basi.
Tak terasa, akhirnya pagi pun tiba. Bagas membuka matanya perlahan dia memegangi kepalanya yang seakan berdenyut, dia merasa ada sebuah benda yang menempel pada dahinya.
"Kain kompres" batinnya,
Dia melirik sekilas ke arah Chelsea yang tengah terlelap di sampingnya. Perempuan itu nampak damai dalam tidurnya. Dia mencoba untuk bangun, tanpa mengusik perempuan yang masih terlelap di sampingnya.
Namun, baru saja dia mengeser lengan Chelsea, gadis itu justru mengerjapkan matanya tanda terusik dengan pergerakan Bagas.
"Sial!!" umpatnya dalam hati, karena tanpa sengaja membangunkan Chelsea.
"Kau sudah bangun?" tanya Chelsea yang hanya dibalas deheman oleh Bagas.
"Sebentar, aku akan siapkan sarapan untukmu terlebih dahulu" ucap Chelsea lalu beranjak keluar dari kamar.
Bagas masih duduk setia di pinggir ranjang sembari memegangi kepalanya yang masih terasa pening. Dia mengingat-ingat tentang kejadian yang telah terjadi sebelumnya.
"Sial! Gua minum berapa kali sampai mabok nggak sadarkan diri" ucapnya bermonolog sendiri.
Drett,,,drett,,,drett
Suara dering ponsel miliknya berbunyi. Dia melirik sekilas ke arah ponsel itu.
"Apa?"ucap Bagas mengangkat telefonnya dengan nada ketus.
"Lo gimana? Udah baikan?"
"Hmm" jawab Bagas dengan nada deheman tak jelas.
"Sumpah ya, gua khawatir sama lo. Tap-"
"Lo bisa kesini? Gua tunggu kedatangan lo. Jika sampai lo nggak datang kesini, gua coret lo dari daftar pertemanan" ucap Bagas lalu mematikan sambungan telepon secara sepihak.
****
"Bego!!! Untuk apa tadi gua telfon Bagas segala jika akhirnya seperti ini" sebal Rafli sembari menyetir mobil."Salah lo sendiri, pakai acara telfon dia segala" timpal Gilang merasa tak ambil pusing.
Rafli melirik sebal ke arah Gilang yang bisanya hanya menimpali ucapannya.
Setelah beberapa menit, akhirnya mereka sampai juga di pekarangan halaman rumah Bagas.
"Akhirnya sampai juga lo pada" ucap Bagas yang kebetulan saat itu duduk di depan halaman rumahnya.
"Ada apa nyuruh kita datang kemari?" tanya Rafli to the poin. Karena dirinya tak suka basa-basi.
Sedangkan Gilang. Cowok itu lebih memilih menyimak pembicaraan diantara kedua sahabatnya yang terlihat serius.
"Anterin gua kerja"
Rasanya Rafli ingin sekali mengumpat kata kasar pada Bagas saat ini juga. Dia tidak habis pikir kenapa sahabatnya satu itu suka sekali merepotkan dirinya.
"Kenapa nggak naik taxi aja sih, gas?"
"Oh, jadi lo ga mau nganterin gua kerja? Okay, nggak masalah. Nggak masalah sama sekali" tekan Bagas bangkit dari duduknya dan hendak masuk ke dalam rumahnya.
Rafli mengacak rambutnya frustasi "Okay, kita akan anter lo kerja" finalnya dengan terpaksa.
Gilang seakan malas bila harus ikut Rafli mengantar Bagas pergi bekerja. "Gua disini aja deh, gua ma-"
Belum sampai Gilang menyelesaikan ucapannya, seketika Rafli menatap tajam ke arah Gilang. "Okay, fine gua ikut!"
Lalu ketiganya beranjak dari duduknya menuju ke arah mobil.
"Bagas!!" Panggil seorang perempuan, yang sontak menghentikan langkahnya hendak memasuki mobil.
Bagas menoleh ke arah perempuan tak lain ialah istrinya sendiri yaitu Chelsea.
"Kamu mau kemana? Kamu kan belum sarapan. Jika kamu mau pergi, ini aku bawain bekal untukmu" lantas Chelsea memberikan bekal makan itu untuk Bagas.
Bagas menatap bekal makan itu, dia menerima bekal itu tanpa mengucap tanda terima kasih pada istrinya itu.
Bagas masuk dalam mobil meninggalkan Chelsea yang masih berdiri terdiam. Dalam hati dia menyemangati dirinya sendiri untuk kuat.
"Kita berangkat dulu Chel" ucap Rafli, yang hanya diangguki oleh Chelsea.
Mobil Rafli melaju dengan kecepatan sedang membelah jalanan.
"Sampai kapan lo selalu diamin Chelsea kaya gini?" tanya Rafli memecah keheningan.
Sekilas, Bagas melirik ke arah Rafli. Dia enggan menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh sahabatnya satu itu.
Bagas memilih membuka kotak makan pemberian Chelsea. Dia melihat nasi goreng yang nampak begitu mengoda. Setelahnya dia menutup kembali kotak makan itu.
"Kalau lo nggak mau makan, sini biar gua aja yang makan" celetuk Gilang yang tadi sempat melihat isi bekal kotak makan itu.
Bagas melirik tajam ke arah Gilang.
"Apa? Gua salah apa?" tanya Gilang seolah tak tahu bahwa dia baru saja membuat kesalahan.
"Perkataan lo membuat Bagas ingin memakan lo hidup-hidup" timpal Rafli disertai dengan nada sadis.
Gilang menelan salivanya susah payah, membayangkan bila itu benar terjadi.
Rafli menahan tawa melihat ekspresi yang ditujukan oleh Gilang. Sedangkan Bagas seolah tak peduli dan pandangannya menatap lurus pada jalanan.
Setelah beberapa lama, akhirnya mereka sampai juga di tempat tujuan.
"Raf, lang. Makasih ya udah nganter gua sampai sini"
"Oke" ucap kompak keduanya.
"Eh, jangan lupa tuh bekal di makan" ucap Gilang yang menambah ekspresi kecut di wajah Bagas terlihat kembali.
Rafli tertawa melihat Bagas yang menunjukkan wajah masam seperti itu.
"Gas, kita balik dulu!" ujar Rafli yang hanya diangguki pelan oleh Bagas.
Sementara Gilang, seakan binggung dengan sikap Bagas yang berubah seperti itu.
"Emang gua tadi salah ya raf ngomong begitu?" tanyanya sembari berjalan menuju tempat parkir mobil.
Rafli merangkul pundak Gilang
Wihh, tumben si Rafli mau ngerangkul pundak Gilang,,,"Salah tuh enggak lang, lo-nya aja yang omongannya asal jeplak. Lo tau sendiri kan kalau Bagas sedang ada masalah sama bininya? Jadi dia agak sensitif gitu"
Gilang masih mencerna kata-kata Rafli barusan.
"Apa kaitannya dia ada masalah sama bininya sama sikapnya yang sensitif" ucap Gilang bermonolog sendiri
"Eh,Gilang. Malah benggong, udah ayo buruan masuk! Atau mau gua tinggal disini nih?"
Mendengar itu, Gilang segera masuk dalam mobil menuju pulang.
-
-
-
-Jangan lupa vote and comment ya guys,
Salam hangat dari author untuk kalian semua,,,😊
Happy reading guys😊☺
KAMU SEDANG MEMBACA
Ligatus [ SUDAH TERBIT ]
RandomSinopsis Seperti apa rasanya dibenci oleh seorang Ibu? Di permainkan oleh keadaan, dan berusaha bangkit dari sebuah keterpurukan? Menyakitkan bukan? Itulah yang kini dirasakan oleh seorang pemuda bernama Bagas. Pemuda yang hidup tumbuh dalam tekanan...