Hai guys, Author datang lagi...
Maafkan Author karena terlalu sibuk dengan urusan pribadinya🙏
Oke, tanpa basa-basi mendingan cuss baca dulu...
.
.
.
.
.
Bagas menyeret kasar lengan Chelsea pergi dari dapur itu. Chelsea yang ditarik seperti itu, meringis menahan sakit di pergelangan tangannya."Stttt, ahh, s-sakit Bagas" lenguhnya, tak kuasa menahan sakit.
Bagas melepas cengkramannya dari lengan Chelsea. Dia menatap tajam ke arah Chelsea yang sibuk meniup pergelangan tangannya yang memerah.
"Sekarang kamu jawab pertanyaan aku, kenapa kamu tadi di dapur?" tanya Bagas dengan mata menyorot tajam ke arah Chelsea.
Chelsea menunduk, tak berani menatap sorot mata Bagas yang menahan amarah.
"Jawab pertanyaan aku Chelsea!" tekan Bagas pada Chelsea.
"C-chelsea cuma ingin bantu bibi" ucap Chelsea dengan nada bergetar.
"Cuma kamu bilang? Kalau ada apa-apa sama kandungan kamu gimana?"
Lagi-lagi Chelsea menunduk dengan apa yang Bagas katakan kini.
"M-maaf Bagas!" ucap Chelsea dengan kepala menunduk.
Bagas mengusap kasar wajahnya. Pagi ini istrinya membuat banyak masalah yang menyebabkan kepalanya menjadi pening.
"Udah! Sekarang kamu masuk ke kamar terus istirahat!"
"Tap-"
"Masuk kamar Chelsea!" ulang Bagas dengan tegas.
Chelsea menghela nafas panjang, lalu berjalan memasuki kamar sesuai perintah Bagas.
Dret!
Dret!
Dret!
Suara ponsel Bagas bergetar, Ia segera mengambilnya dari dalam saku lalu mengecek siapa yang menelponnya kali ini.
Bagas menghela nafas panjang saat mengetahui nama sang penelpon.
"Ada apa?"
Lo dimana nyet?
Bagas mendengus kesal saat suara itu memasuki gendang telinganya.
"Rumah"
Udah sejam gua disini sama Rafli nunggu lo, tapi lo-nya masih di rumah aja? Ck, ngapain aja lo di rumah? Kelon sama bini lo?
"Bacot!" semprot Bagas, dan memutuskan sambungan telepon itu dengan sepihak.
***
"Gimana lang?""Biasa, Si manusia es itu memutus sambungan telepon secara sepihak"
Jawab Gilang dengan nada santai.Baru saja dibicarakan, Bagas datang menghampiri kedua temannya dengan wajah masam.
"Tumben lo bawa motor?" tanya Rafli heran pada Bagas.
"Motor abang gua" jawab Bagas sembari jalan lalu duduk di samping Rafli.
"Tumben abang lo mau pinjamin?"
"Gua nggak minjam ke orangnya, gua pakai motornya tanpa sepengetahuan dirinya"
"Haha. Gua yakin setelah nanti lo pulang, kalian akan baku hantam"
Bagas melempar Gilang dengan kulit kacang. "Hentikan tawa lo itu"
"Btw, ngapain lo ngajak kita nongkrong kesini?"
"Ya, nggak ngapa-ngapain" jawab Bagas santai, sesantai kaya di pantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ligatus [ SUDAH TERBIT ]
RandomSinopsis Seperti apa rasanya dibenci oleh seorang Ibu? Di permainkan oleh keadaan, dan berusaha bangkit dari sebuah keterpurukan? Menyakitkan bukan? Itulah yang kini dirasakan oleh seorang pemuda bernama Bagas. Pemuda yang hidup tumbuh dalam tekanan...