//Rasa penasaran//

433 11 1
                                    

Hai I'm back....
.
.
.
Oke langsung aja ya kita lanjut ceritanya...
.
.
.
.
Ibu Chelsea tengah menjemur pakaian di halaman rumahnya. Dia melihat tetangganya yang seumurannya baru pulang dari kerjaannya, lantas menyapanya dengan ramah.

"Baru pulang bu?" sapanya pada wanita paruh baya itu.

"Iya bu, baru pulang" melihat ibu Chelsea yang tengah menyapanya. Membuat wanita itu mendekat, dia seperti teringat sesuatu. Ah, iya. Dia baru ingat, bahwa tadi di kerjaannya dia melihat putri dari beliau tak lain ialah Chelsea bekerja di dalam satu pekerjaan yang sama dengan dirinya.

"Emm, maaf nih, bu. Sekarang Chelsea bekerja ya?" tanya ibu itu pada ibu Chelsea.

"Eh, enggak. Kata siapa Chelsea bekerja?"

"Tapi kok tadi saya melihat Chelsea bekerja di dalam satu pekerjaan yang sama seperti saya" tutur ibu itu yang membuat ibu Chelsea merasa terkejut.

Ibu Chelsea terdiam. Batinnya bertanya-tanya, apakah benar putrinya itu selama ini bekerja? Lalu untuk apa? Bukankah biaya hidup putrinya yang sedang hamil itu sudah dicukupi? Astaga, dia baru ingat bahwa putrinya itu sedang hamil. Bagaimana keadaannya bila dia harus bekerja dalam keadaan hamil? Ini tidak bisa dibiarkan. Dia harus menemui putrinya itu besok di tempat kerja.

"Bu? Ibu?" panggil ibu itu sembari melambaikan tangannya di depan wajah beliau.

Ibu Chelsea tersikap dari lamunannya. "Jangan ngelamun bu"

Ibu Chelsea hanya tersenyum tipis ke arah beliau. "Yaudah kalau gitu saya permisi dulu ya bu, mari!"

"Iya bu" jawab ibu Chelsea.

***
Mama Ira berjalan melewati laboratorium rumah sakit. Dia tiba-tiba teringat akan kecocokan donor darah itu. Kemarin, tanpa sepengetahuan suaminya dia mencoba melakukan tes DNA dirinya dan putra bungsunya Bagas.

Wanita paruh baya itu merasa sekujur tubuhnya terasa lemas saat mendengar ketiga kali suster itu mengetes golongan darahnya yang tidak sama dengan Bagas.

"Bagaimana bisa sus? Di kartu ini tertulis golongan darah saya itu O "

"Tapi kenyataannya di tes ini, golongan ibu itu B " tutur suster itu menjelaskan.

Mama Ira terdiam bisu, ternyata selama ini dirinya di bohongi atas golongan darah itu. Lalu untuk apa mereka membohongi dirinya? Terakhir dia mengecek golongan darah saat dia melahirkan Bagas. Itu artinya dia harus pergi ke rumah sakit tempat dimana saat dia melakukan persalinan.

Tanpa sepengetahuan dari suami serta mertuanya. Dia pergi ke rumah sakit "Mutiara Hati"  untuk mengecek kebenarannya. Dan saat setelah sampai disana, dari pihak rumah sakit tidak tahu menahu akan hal itu. Karena suster yang saat itu menangani persalinan dirinya sudah pensiun sejak lama.

"Sus, tolonglah! Tunjukkan dokumen persalianan saya di 17 tahun yang lalu" 

"Maaf bu, tapi kami tidak bisa menujukkan dokumen itu"

"Kenapa sus?"

"Karena dokumen itu bersifat rahasia. Jika kami menunjukkan, kami akan dikenai sanksi undang-undang yang berlaku"

Mama Ira merasa kecewa. Dan memutuskan untuk pergi dari rumah sakit itu. Di dalam mobil dia berpikir, apa yang harus Ia lakukan untuk mengetahui kebenaran ini.

"Apa aku coba lakuin tes DNA dengan Bagas ya?!" ucapnya kali ini bermonolog sendiri.

"Iya, aku harus melakukan tes DNA" ucapnya mantap.

Malam harinya, mama Ira masuk ke dalam ruangan Bagas. Dia mengusap lembut rambut Bagas dengan sayang.

"Mama harap hasilnya nanti kamu memang anak kandung mama. Mama takut bila semuanya berubah dan tidak sesuai dengan keinginan mama" batinnya dalam hati.

"Maafkan mama Bagas" ucapnya lalu memotong sedikit rambut Bagas dan dimasukkannya dalam plastik klip yang telah Ia siapkan.

Setelah keluar dari ruangan Bagas mama Ira meneteskan air mata. Sebelum ada yang melihatnya, dia segera pergi berlalu ke ruang laboratorium untuk mengecek tes DNA.

"Kira-kira kapan ya sus hasil tesnya keluar?"

"Besok mungkin hasilnya sudah akan keluar"

Dia menunggu waktu ini, dia berjalan mondar-mandir di depan ruang laboratorium untuk mengambil hasilnya.

Hari ini dia akan mengetahui kebenaran. Dia berharap kebenaran itu tidak membuatnya merasa tersakiti.

"Ini bu, hasil dari tesnya sudah keluar" suster itu menyerahkan hasil tes DNA pada dirinya.

Dia menerima hasil tes itu dengan perasaan cemas campur aduk. Baru saja dia akan membuka amplop bersegel itu, mendadak keinginannya terurungkan.

"Aku akan buka hasil tes ini di rumah saja" lalu, memasukan amplop itu ke dalam tasnya.

"Lebih baik aku akan ke ruangan Bagas untuk mengecek keadaannya" ucapnya dan segera pergi ke ruangan anaknya.

***
Mama Ira masuk ke ruangan anaknya. Dia melihat anaknya yang tengah tersenyum ke arahnya.

"Mama dari mana saja?" tanya Bagas pada sang mama.

"Mama tadi habis dari kantin" jawab beliau mendekat ke arah ranjang putranya.

"Bagaimana kondisimu? Apa semakin membaik?"

Bagas menganggukkan kepala sembari tersenyum pada sang mama.

"Kapan aku bisa pulang ma?"

"Mama kurang tahu sayang, mungkin besok bisa jadi kamu pulang jika keadaanmu sudah benar-benar membaik"

Bagas menghela nafas panjang atas ucapan mamanya. Pandangan mama Ira jatuh pada perempuan yang tidur di sisi kiri tempat duduk itu.

"Kemana saja dia tadi gas? Kenapa baru datang?" tanya mamanya meninggikan suaranya.

"Stttttt, pelankan suara mama. Dia baru saja tidur ma" ucap Bagas memberi peringatan mamanya untuk sedikit memelankan suaranya.

Mamanya yang seolah tak peduli itu menatap menantunya yang tengah tertidur dengan tatapan benci.
.
.
.
.
.
Jangan lupa untuk comment dan votenya guys 😄
Oke, see u

Ligatus [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang