//Hinaan//

391 16 1
                                    

Pagi ini adalah kali pertama Bagas sarapan ditemani oleh sang istri. Dalam hati Ia senang, karena ini adalah moment yang tidak bisa Ia lupakan untuk pertama kalinya.

Lain hal dengan Bagas yang secara diam-diam nampak tersenyum senang, berbeda dengan Chelsea yang terlihat canggung sarapan bersama keluarga besar dari Bagas. Semuanya menatap dirinya dengan senyum remeh seolah menghina.

"Bagas!" merasa namanya dipanggil, Ia pun menoleh.

"Karena kamu sekarang udah menikah, jadi itu artinya kamu tidak bisa memakai semua fasilitas yang papa serta kakek berikan" tutur papa Bagas.

Awalnya Bagas terkejut dengan hal itu, tapi sekilas dia menoleh ke arah Chelsea.

"Benar kata papa, sekarang aku punya Chelsea dan itu artinya aku harus menafkahi Chelsea dengan keringat kerja kerasku dan tidak lagi mengandalkan kedua orang tuaku" batin Bagas dalam hati.

"Kamu mengerti kan Bagas?" kali ini bukan papa Bagas yang bicara, melainkan kakeknya.

Bagas menganggukkan kepala mengerti akan hal itu.

"Oh ya, satu lagi!" Bagas menoleh ke arah mamanya yang kali ini mulai bicara.

"Karena usia kehamilan Chelsea yang masih muda dan rentan akan muntah, mama mau saranin aja, jika sewaktu-waktu dia muntah saat makan bersama seperti ini, mending makannya di kamar aja"

Jleb

Bagai tertusuk ribuan jarum, hati Chelsea sakit mendengar hal itu.

"Mengapa harus begitu ma?"

"Ya, kan tidak semua orang bisa makan sambil mendengar orang  muntah, Bagas!"

Seketika Bagas terdiam mendengar ucapan dari sang mama.

**

Seusai sarapan pagi, Chelsea yang kini berada di kamar tak henti-hentinya meneteskan air mata sembari memukul-mukul perutnya dengan benci.

"Kenapa kamu harus hadir di perutku?"

"Karena kamu, aku jadi dihina oleh mereka"

"Karena kamu juga aku-"

Bagas yang saat itu baru masuk ke dalam kamar, spontan mencegah tangan Chelsea untuk berhenti memukul perutnya.

"CUKUP CHELSEA!" bentak Bagas, hingga membuat Chelsea menghentikan apa yang baru saja dia lakukan.

"Kalau lo belum bisa nerima dia ada di perut lo, setidaknya lo jangan sakitin dia seperti ini. Lo bisa luapin marah lo ke gua, tapi gua mohon, jangan ke dia. Karena disini dia nggak salah akan hal ini" ucap Bagas dengan nada lirih di hadapan Chelsea.

Chelsea sempat tertegun dengan apa yang Bagas katakan. Sekilas, Ia menatap perut datarnya. Dia mengusap lembut perutnya, hatinya berdesir saat Ia merasakan kehadirannya.

Seketika Ia menangis sambil tertunduk "Hiks, maafkan mama, maafkan mama. Aku adalah ibu yang jahat ka-"

"Stttt, kamu ibu yang baik. Dan ibu paling baik buat dia" rengkuh Bagas mendekap hangat tubuh Chelsea yang terisak dalam pelukannya.

Seharian ini Bagas dan Chelsea hanya menghabiskan waktu bersama di dalam kamar. Sudah beberapa kali Bagas mengajak Chelsea keluar dari kamar. Tetapi, Chelsea enggan untuk keluar dikarenakan takut keluarga Bagas akan menghinanya kembali.

Ligatus [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang