Bagas pulang ke rumah dengan wajah yang sungguh letih. Dia melihat Chelsea yang tertidur pulas di kamar mencoba memberanikan diri untuk mendekat. Wajahnya yang damai membuat dia tergerak untuk menyentuh pelan pipinya.
Tiba-tiba saja dia teringat sesuatu hal yang harus Ia sembunyikan agar Chelsea tak mengetahuinya. "Gua sembunyiin dimana ya foto sama papan nama gua" gumannya mencari tempat yang pas untuk menyembunyikan atribut ketua Osis.
"Aha! Disini" Bagas meletakkan semua itu di balik almari baju tak terlihat.
"Apa yang sedang lo sembunyiin" suara Chelsea tiba-tiba mengejutkannya dari belakang.
"O-oh, eh, Chel. Sejak kapan kamu bangun?" Bagas mencoba mengalihkan topik pembicaraan.
"Sejak tadi" jawab Chelsea yang membuat Bagas seketika mendadak panik.
Chelsea menatap Bagas curiga "Lo belum jawab pertanyaan gua tadi, apa yang lo sembunyiin itu dari gua?"
"E-enggak a-aku nggak lagi sembunyiin apa-apa" ucapnya susah payah mengatakan hal itu.
"Bohong, lo pasti sembunyiin sesuatu dari gua"
Bagas menggelengkan kepala cepat.
"Kalau lo nggak sembunyiin sesuatu, pasti lo nggak akan keberatan dong kalau gua ingin lihat itu apa"
Rasa panik Bagas kian menjadi, sehingga saat Chelsea menyuruhnya untuk minggir Bagas tetap saja tak ingin beranjak dari tempat itu.
"Minggir!"
"Chel, tap-"
"Gua bilang minggir, ya minggir!" sentak Chelsea membuat Bagas mau tak mau menghindar dari tempat semula.
Matilah, gua :(
Chelsea mencari-cari sesuatu barang yang Bagas sembunyikan. Dia terkejut saat mendapati banner foto Bagas serta atribut ketua osis lainnya yang tersimpan disitu.
"Kenapa lo sembunyiin ini semua? Bukannya barang-barang ini tempatnya ada di sekolah? Lalu, kenapa lo bawa pulang semua barang-barang ini?" Chelsea masih tak mengerti akan semua ini.
Bagas menggaruk pelipisnya tak gatal binggung harus mulai bicara dari mana.
"Kok diam? Jawab pertanyaan gua!"
"S-sebenarnya..."
"Sebenarnya apa?" potong Chelsea yang kini dirinya sudah tepat di depan wajah Bagas.
Bagas menelan salivanya susah payah untuk menjelaskan.
"Kenapa diam? Jawab gua Bagas!"
Bagas sedikit mengambil nafas, setelah itu membuangnya.
"S-sebenarnya jabatanku sebagai Ketua Osis sudah dilepas"Mendengar hal itu membuat perempuan yang kini berada di depannya sontak terkejut.
"Kenapa bisa dilepas?"
Pertanyaan inilah yang Bagas tidak sukai.
"Apa karena permasalahan kita ini sehingga jabatan lo dilepas?"
Dengan berat hati akhirnya Bagas hanya menganggukkan kepala pelan. Kemudian, hening tercipta diantara keduanya.
"Chel, aku nggak papa jabatanku di lepas" Chelsea menoleh sekilas ke arah Bagas. Chelsea hampir tak mengerti dengan apa yang cowok itu pikirkan saat ini.
"Tapi itu penting buat lo" Bagas mengelengkan kepala, lalu kemudian Ia menyentuh pelan wajah Chelsea.
"Tak ada lebih penting bagiku dibanding kebahagiaan kamu"
Chelsea mendonggakan wajahnya menatap sayu wajah Bagas.
"Tap-" Bagas menempelkan jari telunjuknya di depan bibir Chelsea.
"Aku tidak ingin kamu berkata lagi tentang hal itu" setelahnya, Bagas lalu mendekap erat tubuh Chelsea.
***
Sesuai janji Bagas kemarin, kali ini dia akan membawa Chelsea ke supermarket untuk membeli susu hamil untuknya."Bagas!" panggil Chelsea saat sampai di supermarket itu.
Bagas menoleh sekilas ke arahnya"Apa?"
Chelsea diam dan hanya menatap sayu pintu supermarket itu.
"Ayo" ujar Bagas mengandeng erat tangan Chelsea untuk masuk.
Kini, langkah mereka tertuju pada sebuah rak berisi susu. Chelsea meneliti satu persatu susu-susu itu.
"Pilihlah mana yang kamu suka" Chelsea menatap Bagas sembari tersenyum tipis.
Ketika tangan Chelsea hendak menyentuh susu itu, tiba-tiba saja dia ragu karena banyak pasang mata menatapnya heran.
"Kenapa?" tanya Bagas sembari mengikuti pandangan Chelsea menatap orang-orang yang menatapnya heran sekaligus sinis.
Bagas menghela nafas panjang, lalu mendekatkan diri ke arah Chelsea.
"Jangan pedulikan mereka, ambil susu yang kamu suka setelah itu kita bayar habis itu kita pulang" bisiknya tepat di telinga Chelsea.Chelsea kembali melihat Bagas dengan wajah ragu.
"Percayalah, ada aku disini. Jangan ragu ataupun takut" ucapnya lagi sembari mempererat tautan jemari mereka.
Akhirnya dengan keberanian, Chelsea mengambil salah satu susu itu lalu membawanya ke kasir.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Ligatus [ SUDAH TERBIT ]
DiversosSinopsis Seperti apa rasanya dibenci oleh seorang Ibu? Di permainkan oleh keadaan, dan berusaha bangkit dari sebuah keterpurukan? Menyakitkan bukan? Itulah yang kini dirasakan oleh seorang pemuda bernama Bagas. Pemuda yang hidup tumbuh dalam tekanan...