//Terungkap//

201 10 0
                                    

Malam ini di rumah sakit jam menunjukkan pukul 00.00 dan Chelsea terbangun karena mendengar suara tangisan Arka.

"Ssssttt, udah ya, diam ya. Mama disini sayang" ucapnya menenangkan bayinya dan coba menyusui putranya.

Usai anaknya itu menyusu dia mengancingkan kembali bajunya dan menatap kembali putranya yang saat ini mata indahnya enggan tertutup kembali untuk tertidur.

"Hei, Arka! Bobok lagi, yuk!" ucap Chelsea mengajak bicara putranya.

Bayinya itu hanya memberi respon dengan menggeliat. Chelsea tertawa kecil saat melihat putranya itu menggeliat. Lucu sekali pikirnya.

"Papa udah bobok lho! Tuh, lihat! Papa boboknya nyenyak banget, kan" dia kembali mengajak lagi putranya berbicara sembari menolehkan tubuh putranya melihat papanya yang terlihat nyenyak tertidur di sofa.

Chelsea melihat Bagas yang tertidur nyenyak di sofa. Lelaki itu terlihat capek karena telah membantunya ikut serta merawat Arka.

Tok! Tok!

Suara kecil ketukan pintu itu membuat dirinya menoleh ke arah orang yang berdiri di ambang pintu tersebut.

"Ayah" gumannya dengan nada pelan.

Sang ayah tersenyum ke arahnya. Dan berjalan mendekati brankar tempat putrinya berbaring. Beliau menatap cucunya dengan seksama, beliau juga mengedarkan arah pandangannya ke arah Bagas yang terlihat nyenyak tertidur.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya beliau kini beralih menatap putrinya.

"B-baik, yah" jujur, Chelsea sempat gugup kini berhadapan dengan ayahnya sendiri. Karena semenjak dia kembali ke rumah, ayahnya bahkan tidak pernah berbicara sedikitpun kepadanya. Dan ini pertama kali beliau berbicara padanya, bahkan menanyakan keadaannya.

Beliau menoel pelan pipi gembul cucunya. "Dia tadi menangis?"

"Iya, dia terbangun menangis karena lapar" jawab Chelsea mencoba tenang.

Ayahnya menyentuh lembut surai rambut miliknya. Hangat, nyaman. Begitulah yang Ia rasakan ketika rambutnya dielus pelan oleh sang ayah.

Lama-kelamaan ketika beliau mengelus lembut rambut putrinya dia menangis. Chelsea yang melihat ayahnya itu menangis, meletakkan kembali bayinya ke tempat semula.

"Ayah" ucapnya sedikit terkejut saat melihat sang ayah tiba-tiba menangis.

"Ayah kenapa?" tanyanya sendu.

Beliau menggelengkan kepala sembari mengusap pipinya yang dibasahi oleh air mata.

"Ayah nggak papa" bukannya beliau tidak ingin bercerita. Namun, dia tidak ingin rapuh di depan putrinya.

"Ayah!" Chelsea menyentuh pelan pundak sang ayah.

"Ceritalah, yah! Putrimu ini akan mendengarkan"

Ayahnya kembali meneteskan air mata. "Maafkan ayah Chelsea, ayah sudah jahat kepadamu. Ayah tidak pantas disebut ayah yang baik untukmu,,,m-maaf" ucapnya menangkupkan tangannya sembari memohon ampun pada putrinya.

"T-tidak, ayah. Ayah itu ayah yang terbaik untukku. Ayah nggak perlu minta maaf seperti ini, karena ayah nggak salah, aku yang salah,,,m-maafin aku ayah,,,aku udah buat ayah dan ibu kecewa,,,hiks" kini Chelsea iku menangis ketika melihat ayahnya itu menangis.

Ayahnya memeluk dirinya erat, sangat erat. Dan Chelsea membalas pelukan tak kalah erat juga. Dia rindu pelukan ini, pelukan dari seorang ayah.

Kini, benteng antara dirinya dan ayahnya telah hancur. Akhirnya, harapannya untuk berdamai dengan ayah kini terwujud. Tuhan telah mengabulkan do'anya.

***
Runitas Bagas setiap pagi yaitu selalu menyempatkan mengunjungi makam Angel. Seusai dari makam Angel. Dia pergi ke rumah sakit untuk mengecek keadaan istrinya. Sebelum dia pergi ke ruangan istrinya dia pergi menuju kantin untuk membawakan makanan kesukaan istrinya.

"Bagas!" panggil lelaki paruh baya itu menyuruhnya mendekat.

Bagas mendekat ke arah beliau. "Iya, a-ada apa ayah?" iya, lelaki paruh baya itu tak lain adalah ayah mertuanya.

Ayah mertuanya itu menyuruhnya duduk di dekatnya. Disitu, juga ada ibu mertuanya yang melihatnya dengan tatapan sinis.

"Belakangan ini ayah sering melihatmu ke tempat pemakaman itu. Makam siapa yang kamu kunjungi itu? Kenapa nisannya bertuliskan nama 'Angel' ?" pertanyaan itu beliau lontarkan karena dia ingin jawaban kejujuran dari Bagas. Dia tidak ingin berspekulasi yang tidak-tidak pada menantunya itu.

Sebelum menjawab pertanyaan dari beliau, Bagas sempat menarik nafas sebentar. "Itu makam adik saya. Putri kandung mama saya"

Rasanya berat bagi Bagas untuk cerita tentang hal ini.

Beliau mengernyitkan alisnya"Maksud kamu? Bukannya kamu hanya dua bersaudara?"

"Saya bukan anak kandung yang lahir dari rahim mama saya. Saya itu anak hasil perselingkuhan antara papa saya dan adik ipar beliau. Dan anak kandung mama dan papa saya itu adalah 'Angel' yang sudah meninggal sejak lahir"

Kini, mertuanya itu terkejut mendengar penuturan dari menantunya.

"Siapa ibu kandung kamu yang sebenarnya?"

Bagas menatap ayah dan ibu mertuanya itu bergantian. "Namanya 'Nada' bunda Nada" ucapnya dengan seulas senyum mengembang di bibirnya.

"Lalu dimana bundamu itu kini berada?" pertanyaan inilah yang membuat hati Bagas seakan sesak.

"Beliau sudah meninggal saat kecelakaan bersama suaminya" kedua mertuanya itu terkejut, terlebih ibu mertuanya.

"Nada" ucap ibu mertuanya dengan lirih.

Entah mengapa, setelah mendengar nama Nada, dia seolah mengingat sesuatu.

Flashback.

"Semoga anakku ini cowok ter, agar bisa berjodoh dengan anakmu yang cewek ini" ucap Nada mengelus pelan perut buncit sahabatnya Terre.

Terre dan Nada diketahui bersahabat sudah cukup lama. Bahkan saat mengandung buah cinta mereka. Mereka juga masih sering check up bersama.

"Iya, nad. Somoga nanti kita bisa besanan ya"

Nada menganggukan kepala sembari tersenyum ke arah Terre.

Ketika saat hari persalinan itu tiba, Nada sempat memberi pesan pada Terre bahwa, dia ingin menitipkan anaknya pada sahabatnya itu.

"Ntar, kalau aku udah lahiran. Aku titip bayiku sama kamu ya, ter"

Terre yang binggung dengan tingkah Nada justru menjawab. "Memangnya kamu itu mau kemana? Pakai acara titap-titip segala"

Nada tak menjawab. Dia hanya tersenyum dan setelah itu sosok Nada menghilang dari dunianya. Dia tidak tahu sahabatnya itu berada dimana.

***
"Jadi ternyata ini pesan lo, Nad" batinnya tanpa sadar air matanya menetes. Spontan dia memeluk tubuh Bagas dan mengucapkan maaf berkali-kali pada menantunya itu.

"M-maaf, aku tidak tahu kalau kamu itu ternyata putra Nada sahabatku,,, hiks,,, kenapa dunia seakan seperti mempermainkanku. Dia telah mengambil sahabatku tapi menggantikannya dengan putranya yang kini adalah menantuku"

Bagas terkejut bukan main. "J-jadi, ibu adalah sahabat bunda saya?"

Ibu mertuanya itu mengangguk dan beliau kembali mengucap kata maaf berkali-kali pada menantunya itu.

TBC.

Ligatus [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang