//Coba Berdamai//

317 8 0
                                    

Maklumin aja guys, author akhir-akhir ini sibuk ngerjain tugas 😅
Oke, selamat membaca guys, jangan lupa vote + command ya 😉
Salam literasi...
.
.
.
Bagas telah berhasil membuat mamanya kembali ke rumah. Dia sangat senang melihat tawa kakek, kak Adit dan tak terkecuali papanya saat melihat seorang yang berarti di hidup mereka kini kembali.

Dia berjalan menjauh dari mereka. Dia takkan mungkin lupa atas janji yang Ia ucapkan tadi.

"Apa kamu benci sama papa?" suara itu membuat dirinya menoleh ke belakang.

Dia menatap pria paruh baya itu yang kini duduk disampingnya.

"Maafkan papa karena telah membuatmu kecewa. Maafkan papa karena telah menyimpan sebuah rahasia kebenaran"

Bagas tetap tak bergeming. Dia terlalu kecewa dan marah terhadap papanya.

"Kenapa papa melakukan semua ini?"

Papa Bagas mengusap pelan wajahnya sembari menarik nafas panjang. "Akan Papa ceritakan tentang apa yang terjadi"

Flashback

Malam itu tepat pukul 00.00 Angga pulang dari kerjaannya dalam keadaan mabuk. Dia meracau tak jelas sembari terus menggedor-gedor pintu rumah.

"Bi!! Buka!!!Bi!!!" racaunya sambil terus minta dibukakan pintu rumah.

Nada, yang saat itu terbangun hendak mengambil segelas minum di dapur tiba-tiba Ia mendengar suara sayup-sayup gedoran pintu dari arah luar.

"Siapa itu?" batinnya bertanya.

Saat langkahnya hendak mendekat ke arah pintu itu dia mengintip sekilas ke arah jendela guna memastikan bahwa itu bukanlah perampok atau sebagainya.

"Astaga, mas Angga" ucapnya terkejut, bahwa orang yang tadi menggedor-gedor pintu tak lain adalah kakak iparnya.

"Haduh, gimana ini? Mas Andra pergi ke luar kota lagi. Kalau ada mas Andra pasti aku akan minta tolong ke mas Andra. Terus kalau aku panggil Mbak Ira buat bukain pintu. Kasihan lagi tidur, apalagi tadi anaknya, Adit itu rewel banget. Tapi kalau aku yang bukain pintu, aku takut mas Angga nanti macam-macam sama aku soalnya kondisinya mabuk kaya gini. Terus kalau nggak dibukain pintunya, pasti akan terus gedor-gedor dan ganggu seisi rumah yang sedang tidur" dirinya kini serba bingung antara bukain pintu atau tidak.

Akhirnya, setelah hatinya bergejolak bimbang, dia memutuskan untuk membukakan pintu karena tidak ingin akibat suara gedoran itu seisi rumah jadi terbangun.

Clek, pintu pun terbuka.

"Sayang, Ira. A-aku rindu sekali padamu" racaunya sembari memeluk tubuh Nada.

"Saya bukan Ira mas, saya Nada adik iparmu istri dari mas Andra" ucap Nada sembari melepaskan pelukannya.

"Husttt! Diam! Jangan sebut-sebut nama Andra! Aku benci sama dia"

Angga semakin mencengkram tangan Nada kuat dan menyeretnya menuju kamar Nada.

"Mas, hiks. Lepasin mas!" tangisnya sembari melepaskan cengkraman tangan Angga.

Hingga malam penuh kelam itu tiba penyatuan diantara keduanya hingga melahirkan seorang putra yang kini dikenal dengan nama Bagas.

"Papa menyembunyikan semua rahasia ini karena papa nggak mau pisah sama mama. Papa terlalu sayang sama mama "ucap beliau dengan lirih.

Bagas yang melihat papanya sedih bercampur menyesal itu tak kuasa menitikkan air mata.

"Papa" Bagas memeluk papanya erat. Mungkin awalnya dia terlihat marah pada sang papa. Tapi ketika dipikir, marah tidak akan menyelesaikan masalah. Mungkin kalau tidak ada papa, dia tidak akan hadir di dunia ini.

Mencoba berdamai, itulah yang harus Ia lakukan saat ini.

"Coba papa ceritakan, bagaimana wajah saudaraku pas lahir pada waktu itu?" Saudara yang Ia maksud adalah anak dari mamanya, mama Ira. alasan dia bertanya seperti itu, dia hanya ingin mengetahui ciri-ciri  bentuk wajah saudara perempuannya yang meninggal itu.

Papa terdiam antara sedih namun juga mencoba tegar dan tersenyum. Dia sedih karena harus kehilangan putri kandungnya. Dia tersenyum dan bersyukur karena sebelum meninggal dia sempat merasakan detak jantung putrinya walau cuma sedetik.

"Tidak papa kalau papa belum siap untuk cerita"

"Papa akan ceritakan semuanya tentang saudara perempuanmu"

"Dia bernama Angel, papa berikan nama itu padanya karena dia seperti malaikat meski hanya sekejap. Dia cantik seperti mamanya. Sebelum meninggal papa sempat merasakan detak jantungnya walau cuma sedetik. Setelah itu dia tiada. Tapi papa bersyukur karena kelahirannya saat itu papa berkesempatan bisa menggendongnya dan bisa merasakan detak jantungnya"

Bagas memeluk erat papanya mencoba memberi kekuatan pada sang papa. "Bagas yakin, kak Angel pasti bahagia di surga sana"

Papa tersenyum"mungkin kalau dia hidup sekarang, dia akan cantik seperti mamanya dan sudah sebesar kamu ya"

Bagas juga berpemikiran yang sama. Mungkin bila saudaranya itu hidup. Akan jadi perempuan kedua yang cantik setelah mamanya.

TBC.

Ligatus [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang