Hai, I'm back 😄
Selalu ku ingatkan terus, jangan lupa votenya, ya....
Thank you,,,
.
.
.
Mama Ira yang tadinya hendak mengambil minum untuk putranya, tiba-tiba menghentikan langkahnya saat melihat pintu kamarnya yang sedikit terbuka dan menampakkan tas miliknya yang berada di atas meja."Oh, iya. Kan tadi aku mau membaca surat hasil tes DNA. Aku coba baca, deh," batinnya lalu melangkah masuk memasuki kamarnya, tak lupa juga Ia menutup pintu kamarnya.
Dia mengamati amplop yang bersegel itu, dia nampak sedikit ragu untuk membukanya.
"Kenapa aku tiba-tiba jadi ragu?" batinnya lagi kali ini.
"Tidak, aku tidak boleh ragu. Aku harus mengetahui hasil dari tes DNA ini" ucapnya bermonolog sendiri. Akhirnya dengan kesungguhan hati yang mantap dia pun membuka amplop itu.
Dan,, saat dia membaca....
Hasil tes itu bertuliskan
"Tidak Cocok"Dia menutup mulutnya tak percaya. Dia menampar pipinya berkali-kali berharap ini hanyalah sebuah mimpi. Dia sungguh tidak percaya, sangat tidak percaya.
"Hiksss,,, Bagassss,,, tidak mungkin, tidaaaaak mungkiiiiin!!!!!" teriaknya histeris tak menyangka.
"Bagas anakku, putraku,,, tidakkkkk!!!"
Teriakan dari arah kamar itu membuat seisi rumah terkejut tak terkecuali Bagas.
"Mama" ucap Bagas pelan, sembari mencoba turun dari ranjang dan mencari keberadaan sang mama.
"Ada apa? Mengapa kamu menangis?" suara bariton itu menggema di ruangan itu.
Wanita yang tadinya menangis histeris itu melihat ke arah sang suami dengan mata sembab.
Dia berjalan ke arah sang suami. "Kenapa kamu menyembunyikan semua ini?" tanyanya sembari menunjukkan kertas hasil tes DNA itu.
"JAWAB AKU! KENAPA KAMU MENYEMBUNYIKAN SEMUA INI? KAMU SELALU BILANG BAHWA BAGAS ANAKKU. LALU HASIL INI MENYATAKAN BAGAS BUKANLAH ANAKKU. KENAPA KAU BERBOHONG PADAKU DENGAN MENGATAKAN BAGAS ITU ANAKKU? HA? JAWAB AKU TUAN ANGGA TERHORMAT!!!"
Seperti diberi sebuah pukulan yang hebat. Papa Angga terkejut atas apa yang baru saja Ia lihat. Ternyata istrinya itu benar-benar melakukan tes DNA. Kini dirinya tak lagi bisa berkutit, dia binggung harus menjelaskan apa pada sang istri.
"Ma, mama tenang dulu!" ucap beliau menenangkan sang istri.
"Aku tidak mau tenang kalau kamu tidak menceritakan semuanya sekarang! Ceritakan sekarang! Kalau kamu tidak menceritakan semua hal padaku. Aku pastikan akan pergi dari rumah ini!"
Acaman itu membuat suaminya nampak terkejut. Dan mau tak mau. Hari ini, dia harus menceritakan segala hal rahasia yang disimpannya selama ini.
"Sebenarnya, Bagas memang anakku. Tapi, bukan anakmu" ucapnya dengan kepala menunduk.
Istrinya dibuat sangat terkejut bahkan lebih terkejut dari yang tadi.
Plak!
Satu tamparan menghias di pipi sang suami. Papa Angga menerima hal itu, dia ikhlas, karena disini dia memang salah.
"ANAKMU DENGAN SIAPA? HA? JAWAB AKU!"
"Anakku dengan Nada" jawabnya dengan sangat lirih
Plak!
Kali ini mama Ira menampar suaminya sangat keras.
"Tega kamu" tekannya, lalu dengan cepat mama Ira mengeluarkan koper besarnya dan mulai mengemasi baju-bajunya.
"Ma, dengerin penjelasan aku dulu"
"Jelasin penjelasan apa? Semuanya sudah cukup jelas bagiku" ucapnya sembari menepis tangan suaminya yang berusaha menyentuh lengannya.
Seusai mengemasi barangnya masuk dalam satu koper. Mama Ira segera keluar dari kamar sembari menyeret kopernya menuruni anak tangga.
"Ira! Kau mau kemana?" tanya papa mertuanya saat melihat menantunya pergi dengan membawa sebuah koper.
Langkah menantunya itu tiba-tiba terhenti ketika suara pertanyaan itu terdengar di telingannya.
Dia menyeka air mata dan berusaha tetap kuat di hadapan sang mertua.
"Hei, kenapa kamu menangis?"
"A-aku h-harus pergi pa, aku nggak kuat bila harus disini lagi. Permisi" ucapnya menangis sembari melanjutkan jalannya untuk pergi dari rumah itu.
"Angga, apa yang terjadi?" tanya papanya saat melihat putranya itu menuruni anak tangga dengan wajah lesu yang bercampur sedih.
"Jawab papa, Angga!" tekannya kali ini.
"M-maafkan aku pa" jawabnya lirih sampai sulit terdengar.
"Maaf untuk apa? Bicaralah yang jelas!"
Anaknya itu menyerahkan sebuah kertas hasil tes DNA padanya. Setelah membaca kertas itu, akhirnya dia kini mengerti alasan dibalik menantunya itu pergi meninggalkan rumah.
"Apa ini? Seharusnya kamu menjelaskan sejujur-jujurnya pada istrimu bahwa Bagas itu memang anak Andra dan Na-"
"Bagas itu anakku dengan Nada" potongnya dengan kepala menunduk.
Bagai tersambar petir di siang bolong. Lelaki itu sangat terkejut dengan apa yang baru saja putranya itu katakan.
"Apa maksudmu?"
"Iya, pa. Bagas itu anakku dengan Nada"
Bugh!!!
Bugh!!!
Bugh!!!Pukulan bertubi-tubi melayang di wajah sang putra.
"Anak bejat! Bajingan! Apa aku pernah mendidikmu untuk melakukan hal itu? Ha?"
Dia menarik kasar kerah baju sang putra, dan menghajarnya lagi hingga tiada henti.
"Ayo kek, jangan berhenti. Hajar lagi! Dengan begitu aku nggak akan susah-susah buat kumpulin tenaga untuk menghajar papa" ucap lelaki yang berdiri sembari bersender di dekat pintu dengan tangan yang dilipat di dada.
"Adit" gumam kakeknya terkejut saat melihat cucunya berdiri disana.
"Kenapa berhenti? Ayo, sok lanjutkan!"
"Sejak kapan kamu disini Adit?"
"Sejak tadi. Tapi tenang aja, disini Adit nggak sendiri justru Adit di temani sama adik tersayang" jawabnya sembari menujuk ke arah Bagas yang berdiri tak jauh darinya.
Kakek serta Papanya terkejut saat melihat Bagas yang juga berada disitu.
Dari raut wajah Bagas, terlihat bahwa lelaki itu menujukkan aura marah, kecewa serta sedih secara bersamaan.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ligatus [ SUDAH TERBIT ]
AcakSinopsis Seperti apa rasanya dibenci oleh seorang Ibu? Di permainkan oleh keadaan, dan berusaha bangkit dari sebuah keterpurukan? Menyakitkan bukan? Itulah yang kini dirasakan oleh seorang pemuda bernama Bagas. Pemuda yang hidup tumbuh dalam tekanan...