15.Pria Bermata Elang

1.5K 133 16
                                    

Hari ini Sila menjemput sang Papa ke bandara. Pesawat Papa gadis itu akan mendarat 5 menit lagi. Sila menunggu di loby bandara. Ia sudah tidak sabar untuk memeluk sang Papa dan melepas rindu dengan pria itu.

Setelah beberapa menit seorang pria dengan jas hitam rapihnya, menggeret koper mendekati Sila. Sila yang sudah melihat sosok sang Papa langsung berdiri. Perawakannya yang tinggi mengingatkan Sila kepada seseorang. Dari jauh Papanya persis dengan lelaki yang di kenalnya.

Dengan cepat Sila menggelengkan kepalanya. Belum saatnya Sila memikirkan hal yang tidak penting. Gadis itu langsung berlari dan menghambur ke pelukan sang Papa.

"Papa kangen!" rengeknya manja.

Pria paruh baya itu terkekeh sembari mengelus surai panjang rambut Sila.

"Papa juga kangen," jawab pria paruh baya berusia 35 tahun itu.

Sila melepas pelukannya dan menatap pria itu sebal. Farel Arega, atau sekarang di kenal dengan Arega karena perusahaan periklanannya sudah berkembang pesat hingga ke luar negeri. Sampai-sampai waktunya untuk sang putri itu berkurang.

"Habisnya Papa itu kerja mulu. Jarang banget ada di rumah!" rajuk Sila sebal. Ia memanyunkan bibirnya sedikit.

"Papa kan kerja buat kamu, nak. Biar kamu gak pernah kekurangan apapun," ujar Farel.

"Tapi apa yang kita punya sekarang itu sudah lebih dari cukup, Pa. Cuma ada satu yang kurang..." ucap Sila menggantung ucapannya.

"Apa?"

"Mama. Sila butuh Mama."

Farel tertegun dengan ucapan Sila. Dari dulu yang gadis itu inginkan hanyalah kehadiran seorang Ibu. Tapi Farel tidak pernah bisa mewujudkan keinginan anak satu-satunya itu.

Detik berikutnya Farel memamerkan senyum hangat pada Sila. Ia mengelus lembut surai rambut gadis itu.

"Doain Mama ya biar tenang di sana. Papa sama Nenek kan ada di sini buat kamu," ujar Farel.

Sila menghela nafasnya pelan.

"Bukan itu maksud Sila, Pa. Emangnya Papa gak mau nikah lagi? Emangnya Papa gak kesepian sendiri terus?"

Farel menggelengkan kepalanya."Papa kan punya kamu sama Nenek. Gak perlu lah nikah lagi, nikah lagi."

"Tapi Sila kan pengin punya Mama."

"Nanti kita cari di pasar minggu."

Farel merangkul pundak Sila dan mengajak gadis itu menuju ke mobil.

"Ish! Papa mah. Sila serius!"

"Ya, Papa juga serius. Nanti kita coba cari di pasar minggu."

Ayah dan anak itu akhirnya sampai di depan mobil sedan hitam di depannya. Farel menaruh kopernya ke dalam bagasi mobil.

"Kamu kesini nyetir sendiri?" tanya Farel mengalihkan topik.

"Ya, emang siapa lagi? Emang kita punya supir?" sebal Sila.

Farel terkekeh lalu mengacak puncak kepala gadis itu.

"Emang kamu mau punya supir?" Sila menjawab dengan gelengan.

Dari dulu Sila memang tidak pernah mau memakai supir. Sejak usianya 14 tahun gadis itu sudah minta belajar mobil agar ke sekolah bisa menyetir sendiri. Bahkan untuk mengantar neneknya pergi belanja Sila yang supir kan.

"Yaudah sekarang kita pulang, Papa udah capek," ujar Farel.

"Papa mah suka gitu!" Sila masuk ke bangku pengemudi dengan berdecak. Bagaimana lagi cara Sila agar Papanya itu mau menikah lagi. Sila ingin melihat Papanya itu memiliki pendamping biar ada yang ngurusin.

DARMASILA (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang