Sila turun dari atas motor Darma setelah sampai di depan rumah. Rambutnya sedikit basah dan berantakan karena tadi mereka sempat terkena gerimis kecil.
"Tunggu!" panggil Darma ketika Sila hendak masuk. Cowok itu turun dari atas motor lalu menghampiri Sila. Tangannya terulur merapikan rambut gadis itu.
Sila terpaku dengan perlakuan Darma yang tiba-tiba romantis.
"Bentar lagi langsung mandi biar kepala lo gak pusing. Soalnya nanti malem gue mau jemput lo buat ngedate," ujar Darma.
"Ngedate? Kok mendadak?"
"Gak mendadak sih soalnya dari kemarin gue udah rencanakan ini," ujar Darma santai.
"Kenapa gak bilang dari kemarin aja?"
"Baru kepikiran."
Sila hanya berdecak. Bukan Darma namanya kalau tidak membuatnya kesal atau susah sehari saja.
"Gue gak bisa. Bokap sama nenek gue gak bakal izinin gue pergi sama cowok," tolak Sila.
"Kalau sama Rangga boleh?"
"Apasih bawa-bawa Kak Rangga!"
"Pas pesta topeng lo dateng sama Rangga."
"Ya, itu karena Kak Rangga langsung izin ke nenek," ucap Sila.
"Kalau gitu gue izinin langsung juga ke nenek lo. Kalau perlu sama bokap lo juga."
Mata Sila langsung terbelalak.
"Nggak usah. Jam berapa nanti?"
Darma hanya memutar matanya malas. Kenapa Sila sangat takut jika dirinya bertemu dengan keluarganya.
"Tujuh."
••••
Sila duduk di depan meja riasnya dengan tidak tenang. Jari-jemarinya meremas rok di bawah lututnya. Sila tidak tahu akan minta izin apa kepada nenek dan papanya.
"Ngomongnya gimana ya?"
Drrtt... Drrtt... Sila menoleh pada ponselnya yang bergetar di samping. Tertera nama manusia batu di sana yang tak lain adalah Darma.
Meskipun berat, Sila tetap mengangkat panggilan itu.
"Halo?"
"Gue udah di depan."
"Iya."
Sila langsung menutup sambungnya. Ia menarik nafas dalam-dalam sebelum keluar kamar. Sila melihat papa dan neneknya berada di ruang tamu tengah berbincang-bincang. Sila menuruni tangga dengan perlahan.
"Pa, Nek?" sapa Sila. Gadis itu mendekati kedua manusia di sana.
"Mau kemana?" tanya Farel saat melihat penampilan cantik anak perempuannya.
Sila meneguk salivanya sebelum menjawab. Ia berusaha untuk tetap tenang.
"Sila izin pergi sebentar ya? Mau temenin temen Sila makan," izin gadis itu.
Farel yang mulanya membaca koran langsung menaruh korannya ke meja.
"Temen yang mana?"
"Temen SMA, Pa."
"Suruh masuk dulu temen kamu, Papa mau kenal," ujar Farel.
Sila mendengus, gadis itu berjalan mendekati Farel di single sofa. Ia merangkul pundak sang Papa yang sedikit protektif.
"Temen Sila itu pemalu Pa makanya dia tunggu di luar. Lagian kita buru-buru takut nanti kemalaman pulang," bohong Sila.
"Kalau gitu biar Papa yang temuin dia di luar."
Farel hendak beranjak namun Sila menahan pundak papanya.
"Gak usah, Pa."
"Emang kenapa sih kalau Papa kenal sama temen anak Papa sendiri?"
"Kan Sila udah bilang kalau temen Sila itu pemalu. Sila perginya juga gak lama kok," ujar Sila.
"Sudahlah, Farel biarin Sila pergi. Dia hampir 17 tahun biarkan dia menikmati masa remajanya," ucap Kamila kasihan melihat Sila yang sudah merengek.
"Masih 3 bulan lagi Ma Sila ulang tahun. Saat ini dia masih anak kecil bagi Farel. Jadi wajar kalau Farel takut anak Farel salah pergaulan jadi Farel harus kenal ke semua temen Sila," ujar Farel.
"Mama ngerti tapi gak bagus juga ngekang anak. Lagian Sila udah bisa bedakan mana yang baik dan buruk buat dia."
"Nah nenek bener," ucap Sila.
Farel hanya bisa menghela nafasnya pasrah. Ia masih menatap anaknya tidak rela untuk pergi.
"Janji jam 9 udah harus ada di rumah?"
Senyum Sila mengembang.
"Janji."
Setelah mendapat izin, Sila buru-buru keluar dari rumah. Saat membuka pintu tiba-tiba saja sudah ada Darma yang akan mengetuk pintu.
"K-kak Darma?" Sila menoleh ke dalam rumah takut Papa atau neneknya keluar. Ia segera menutup pintunya.
"Kak Darma ngapain di sini?"
"Lo lama makanya mau gue samperin," ujarnya santai.
"Ini gue udah keluar. Sekarang kita berangkat."
"Gak perlu gue izinin lagi ke nenek atau bokap lo?"
"Gak perlu!"
Sila langsung menarik ketua osisnya itu kearah mobil yang di bawa olehnya. Ia segara mendorong Darma masuk ke dalam mobil yang di susul olehnya setelah itu.
••••
Saat ini mobil Darma sudah masuk ke area parkiran salah satu hotel milik keluarganya. Darma terlebih dahulu turun dari mobil lalu membukakan pintu untuk Sila.
Sila cukup tertegun dengan sikap Darma hari ini. Dari pulang sekolah cowok itu cukup baik memperlakukannya apalagi sampai membukakan pintu untuk dirinya.
Darma mengulurkan tangannya untuk membantu Sila turun dari mobil. Sila pun menerima bantuan dari Darma. Setelah turun dari mobil, Darma langsung merangkul pinggang Sila dengan romantis.
"Hai!"
Sila terkejut dengan kedatangan Azkia dan Rangga di sana. Mereka juga ada di sini?
"Maaf ya kita telat," ucap Azkia saat sampai di hadapan Sila dan Darma. Tatapan Sila fokus pada Rangga di samping Azkia.
"Kita juga baru sampai. Iyakan sayang?"
Sila langsung menoleh pada Darma yang memanggilnya sayang? Apa katanya? Sayang?Apa Sila tidak salah mendengarnya?
Azkia hanya tersenyum melihat kemesraan sepupunya itu. Setelah sekian lama akhirnya Azkia melihat Darma senyum lagi setelah kematian Kania dua tahun lalu.
"Makasih ya, Dar untuk undangan makan malam nya. Akhirnya kita bisa double date."
"Double date?" kompak Sila dan Rangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARMASILA (HIATUS)
Novela JuvenilSpin Off TRAVMA Kesalahpahaman di masa lalu membuat Darma ingin membalaskan dendam atas kematian sang pacar. Darma pun membentuk geng motor demi membalaskan dendam pada pria yang sudah membunuh Kania, gadis yang ia cintai. Darma juga menutup identit...