"Semuanya sudah siap?" Bu Yuni berdiri di samping bis memegang buku data siswa yang ikut Study tour hari ini.
"Sudah!" jawab semua murid.
"Oke. Kelas 10 di bus nomor satu, kelas 11 di bus nomor dua dan kelas 12 di bus nomor tiga."
Semua murid berhambur menaiki bus kelas masing-masing. Begitupun Sila, ia masuk ke bus pertama. Ia duduk di dekat jendela agar tidak merasa jenuh selama perjalanan.
Ketika semua kelas 12 pergi ke busnya, Darma justru menaiki bus kelas 10. Saat ingin masuk ia berpas-pasan dengan Abi.
"Ngapain lo di sini?" tanya Abi menatap Darma di sampingnya.
"Lo sendiri ngapain di bus kelas 10. Lo kan kelas 11," ujar Darma.
"Bus kelas 12 juga bukan di sini. Tuh nomor tiga!" tunjuk Abi pada Bus warna biru.
"Gue ketua osis jadi terserah mau dimana aja."
"Gue juga kapten basket jadi terserah mau dimana aja."
"Gak ada hubungannya. Harusnya hari ini lo ada di lapangan buat persiapan tanding besok. Bukan malah ikut Study tour!"
"Bukan urusan lo!"
"Hei kalian berdua! Mau masuk atau masih mau berdebat? Bis mau jalan nih," ucap Shasa kesal.
Abi mendorong tubuh Darma agar dirinya bisa masuk terlebih dahulu. Ia mencari di mana kursi Sila. Saat menemukannya, Darma menarik tas Abi agar dirinya terlebih dahulu yang duduk di samping Sila.
"Itu kursi gue woi!" protes Abi tidak terima.
"Emang ada nama lo di sini?" Abi tidak bisa menjawab. Ia memutuskan untuk mengalah dan duduk di belakang kursi mereka. Jika saja Bus belum jalan, Abi tidak sudi mengalah begitu saja.
"Kak Darma ngapain sih di sini? Ini kan bus kelas 10," malas Sila.
"Kenapa? Gak boleh?"
Sila hanya memutar matanya malas. Ia sedang tidak memiliki keinginan untuk berdebat. Sila memalingkan wajahnya ke luar jendela.
Darma mengeluarkan earphone dari dalam tas lalu memasangkan ke telinganya dan juga telinga Sila. Gadis itu mengerutkan keningnya menatap Darma.
"Katanya sih dengerin musik dalam perjalanan gak bikin bosen," ujar Darma sembari memasukkan permen ke mulut Sila.
"Biar gak hambar."
Perlakuan Darma membuat jantung Sila berdebar sangat kencang. Untuk menutupi kegugupannya, Sila kembali menatap ke luar jendela. Ia tidak ingin Darma melihat pipinya yang memanas.
••••
Perjalanan dari Jakarta ke Bogor butuh waktu 1,5 jam hingga sampai ke tempat. Dalam perjalanan Sila tertidur di pundak Darma dengan sangat nyaman. Sepanjang perjalanan sesekali Darma melirik wajah cantik gadis itu.
Bus sampai di tujuan. Semua siswa yang ada di bus itu mulai menurunkan barang-barangnya. Namun melihat wajah Sila yang sangat lelap ia tidak tega membangunkannya.
Dubrak. Abi sengaja menjatuhkan ranselnya di samping kursi Darma. Ia melirik Sila yang bangun dari bahu Darma.
"Aku bantu turunin ranselnya ya, Sil?"
Sebelum tangannya menyentuh ransel milik Sila, Darma terlebih dahulu menahan lengan Abi.
"Ngapain? Mau cari muka depan pacar gue?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DARMASILA (HIATUS)
Teen FictionSpin Off TRAVMA Kesalahpahaman di masa lalu membuat Darma ingin membalaskan dendam atas kematian sang pacar. Darma pun membentuk geng motor demi membalaskan dendam pada pria yang sudah membunuh Kania, gadis yang ia cintai. Darma juga menutup identit...