Pagi-pagi buta Darma sudah berada di depan gerbang sekolah hanya untuk menunggu mobil Abi lewat. Sudah hampir 2 minggu cowok itu mengantar dan menjemput Sila ke sekolah.
Melihat mobil Abi akan masuk ke gerbang sekolah, Darma langsung mencegatnya dari depan. Ia turun dari motor dan membukakan pintu untuk Sila.
"Lo ngapain sih halangi jalan gue?" Abi turun dari mobil menghampiri Darma yang membantu Sila keluar dari mobilnya.
"Jalan lo?" Darma terkekeh lalu menarik Sila ke belakang punggungnya."Jalan gue kali. Lo lupa sekolah ini milik siapa? Kalau lupa biar gue ingetin. Mario Sadewa Putra, kakek gue," perjelas Darma.
"Masih kakek, lo, kan bukan lo? Jangan bangga deh dengan harta yang bukan hasil dari keringat lo sendiri."
Darma mengangguk-angguk menarik sudut bibirnya."Tapi setidaknya kalau gue mau gue bisa keluarin lo dari sekolah ini."
Abi bergeming tidak bisa lagi melawan, mau bagaimana pun Darma lebih berkuasa di sini. Jika ia di keluarkan maka akan kembali jauh dengan Sila.
Darma tersenyum penuh kemenangan. Ia menepuk pundak Abi beberapa kali sebelum membawa Sila ke motor cowok itu.
"Makasih ya udah suka rela jadi supir cewek gue beberapa hari ini," ucap Darma. Setelah itu Darma membantu Sila naik ke atas motornya.
Darma dan Sila masuk ke dalam sekolah secara bersamaan meninggalkan Abi yang terdiam di depan gerbang.
Setelah motor terparkir, Darma sedikit menurunkan punggungnya agar Sila dengan gampang bisa turun dari atas motor.
"Nggak usah kak, gue bisa jalan sendiri kok."
"Udah, buruan naik," suruh Darma malas berdebat.
Sila menurut dan naik ke atas punggung Darma. Ia di gendong oleh Darma turun dari atas motor sampai masuk ke gedung sekolah. Semua mata menatap iri kearahnya, melihat Sila di perlakukan baik oleh Darma. Biasanya Darma dan Sila akan bertengkar dan berdebat tanpa henti setiap hari.
"Gips nya kapan di lepas?" tanya Darma.
"Lusa."
"Gue temenin mau?"
Untuk kesekian kalinya Sila di buat tertegun oleh Darma. Pasalnya perlakukan Darma kepada Sila akhir-akhir ini cukup baik dan tidak seperti biasanya.
"Nggak usah kak ngerepotin."
"Bukannya udah biasa lo ngerepotin gue? Kenapa kali ini nolak?"
"Ya... aneh aja kenapa tiba-tiba iblis kek kak Darma bisa bersikap baik akhir-akhir ini," ujar Sila.
"Ouh lo gak suka kalau gue baik? Lebih suka kalau di temenin mantan ya?"
"Ya nggak gitu juga..."
Tanpa sadar mereka sudah sampai di kelas Sila. Perlahan Darma menurunkan Sila dari atas punggungnya.
"Jadi intinya lo mau gak gue temenin pas buka gips nya?"
Sila menarik nafasnya dalam-dalam.
"Iya mau."
••••
Istirahat jam pertama sudah mulai, para murid juga sudah berhamburan keluar kelas. Sila mulai merapikan buku-bukunya ke dalam tas.
"Sil, mau bareng nggak ke kantinnya?" tanya Shasha.
"Nggak usah deh kalian duluan aja," jawab Sila.
"Serius? Nggak mau kita tungguin aja?" ujar Auliya meyakinkan.
"Iya serius duluan aja."
"Kalau gitu kita tunggu di kantin ya," pamit Shasha dan Auliya setelah itu keluar dari kelas.
Kembali memasukkan buku-bukunya ke dalam tas Sila tidak sadar dengan kedatangan seseorang. Tubuh Sila terpelonjat saat ada orang yang menyiram wajahnya dengan air.
"Puas lo bikin gue di skors?!"
Sila mendongak menatap sang pelaku yang tak lain adalah Elina dan Lalita. Sila mengerutkan kening lalu beranjak berdiri.
"Maksudnya apa ya?"
"Nggak usah berlagak polos deh, lo. Masuk jurang cuma alasan lo buat cari perhatian anak-anak kan? Dan lo sengaja mau buat Elina di skors dari sekolah," tuduh Lalita seenaknya.
"Dan lo sengaja mau bikin Darma benci sama gue."
Sila terkekeh sinis sembari mengelap wajahnya yang basah.
"Gue heran ya sama kakak kelas jaman sekarang. Jelas-jelas salah, bukannya minta maaf malah gak terima di kasih hukuman. Waras gak sih kalian?"
"Emang nggak ada sopan santunnya ya, lo!" Elina melayangkan tangannya ke udara hendak menampar Sila. Namun tangan seseorang berhasil menghentikan pergerakan Elina.
Elina menoleh ke belakang siapa yang sudah berani mencegahnya. Ia bergeming melihat Darma ada di belakangnya dengan tatapan dingin.
"Masih belum cukup ya lo di skors buat pembelajaran untuk nggak bahayakan orang?" ujar Darma dengan intonasi yang dingin.
"Dar, g-gue cuma...."
"Apa? Lo mau nyakitin Sila lagi? Belum puas lo bikin kaki dia patah?"
Elina menarik tangannya dari cengkraman Darma. Ia menatap Darma dengan tatapan kecewa.
"Gue nggak nyangka ya, Dar, lo bisa berubah sedrastis ini. Lo selalu bela Sila di banding gue," ujar Elina dengan mata yang berkaca-kaca.
"Jelas karena Sila cewek gue."
"Oke, Sila emang cewek lo sekarang! Tapi saat lo terpuruk, gue yang selalu ada buat lo dan temenin lo. Tau gimana perasaan gue saat lo jadian sama anak baru ini?" Elina segera menghapus air mata yang hendak menerobos keluar. Ia tidak ingin terlihat lemah di depan Darma maupun Sila.
Elina terkekeh miris."Gue lupa kalau lo nggak pernah tau dan nggak mau tau juga soal perasaan orang lain ke lo." Setelah mengungkap kekecewaannya, Elina segara pergi meninggalkan kelas.
Darma mendekati Sila yang tertunduk lalu memegang kedua bahu gadis itu.
"Lo nggak perlu pikirin masalah ini ya karena ini bukan salah lo," ujar Darma. Ia menarik dagu Sila agar mau menatap wajahnya. Darma mengerti setelah mendengar ucapan Elina barusan akan membuat Sila merasa bersalah.
"Gue jahat banget ya kak? Gue merusak pertemanan lo sama Kak Elina ya?"
Darma menggeleng."Bukan salah lo, kok."
Darma segara membuka jas osisnya dan memakaikannya pada Sila. Baju bagian depan Sila basah membuat bajunya sedikit terawang.
"Gue yang udah pilih lo sebagai pacar gue jadi wajar kalau ada banyak yang benci sama lo. Tapi lo tenang aja, gue bakal lindungi lo, kok," ujar Darma membuat Sila tertegun.
"Kenapa Kak Darma pilih gue?"
Darma tidak langsung menjawab, ia menghela napas panjang sebelum kembali bersuara.
"Suatu saat lo bakal tau dan gue berharap lo nggak akan pernah benci gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
DARMASILA (HIATUS)
Genç KurguSpin Off TRAVMA Kesalahpahaman di masa lalu membuat Darma ingin membalaskan dendam atas kematian sang pacar. Darma pun membentuk geng motor demi membalaskan dendam pada pria yang sudah membunuh Kania, gadis yang ia cintai. Darma juga menutup identit...