49.Album Photo

1.2K 113 11
                                    

Sila masih melihat-lihat album foto masa kecil Darma. Cowok itu begitu imut saat kecil tapi saat ini terlihat lebih galak dan menyebalkan.

Di dalam album itu banyak sekali foto Darma dengan Papanya waktu kecil. Sila berpikir kalau Darma lebih dekat dengan sang Papa di banding Ibunya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sila senyum-senyum sendiri melihat keakraban Darma dengan almarhum Papanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sila senyum-senyum sendiri melihat keakraban Darma dengan almarhum Papanya. Pasti almarhum Papa Darma sangat menyayangi cowok itu. Di sana juga ada foto Darma dengan Damar sewaktu bayi. Darma terlihat gemas memakai kostum stitch tengah memeluk Damar.

 Darma terlihat gemas memakai kostum stitch tengah memeluk Damar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ngapain lo di sini?"

Sila terpelonjat kaget, tiba-tiba saja Darma datang mengejutkan gadis itu. Sila segera berdiri takut Darma salah paham dan mengira dirinya tidak sopan masuk ke kamar Darma tanpa seizin cowok itu.

"K-kak Darma," gagap Sila."T-tadi gue di---"

"Iya Buna udah bilang kok ke gue," potong Darma cepat. Darma berjalan mendekati Sila yang terlihat gugup.

"Maaf ya kak gue masuk tanpa seizin lo dan liat album photo lo,"ucap Sila merasa bersalah. Darma menghela napas pelan.

"Kalau Buna yang udah ngajak lo ke sini gak perlu minta maaf. Lagian gue juga gak masalah kok."

Darma membuka jaketnya dan kembali menggantungnya di belakang pintu. Ia mengambil handuk bersiap untuk mandi.

"Kak Darma mau mandi ya?" Darma menjawabnya dengan anggukan kepala.

"Kalau gitu gue keluar dulu."

Darma menahan lengan Sila yang hendak melewatinya.

"Kalau belum selesai liat-liat fotonya lanjutin aja nggak apa-apa."

"Tapi kan Kak Darma mau mandi," ujar Sila.

Kening Darma mengerut tidak mengerti.

"Terus?"

"Ya... masa gue di sini," ujar Sila sedikit malu.

"Ya emang kenapa? Gue kan mandinya di kamar mandi bukan di sini apalagi di depan lo," ucap Darma mengerti ucapan Sila.

"M-maksud gue...."

"Gue bisa ganti baju di kamar mandi. Lo di sini aja. Tarlagi temenin gue main PS," ucap Darma setelah itu berlalu meninggalkan Sila begitu saja.

Sila merutuki kebodohannya, bisa-bisanya ia berpikir yang bukan-bukan. Sila segera membuang pikiran kotor itu. Jantungnya tak berhenti berdebar hanya karena Darma meminta dirinya menemani cowok itu bermain PS.

••••

20 menit berlalu tapi Darma belum juga keluar dari kamar mandi. Sila pikir hanya perempuan saja yang mandinya lama tapi ternyata Darma juga. Apa cowok itu juga berdiskusi terlebih dahulu dengan air sebelum mandi?

Tak sengaja Sila melihat lemari Darma sedikit terbuka. Ia beranjak berniat menutup pintu lemarinya agar kembali rapat namun diurungkan karena Sila melihat sesuatu. Sila melihat ada jaket kulit warna hitam yang tidak asing tergantung di sana.

"Kayaknya gue pernah liat ini deh. Tapi di mana?"

Sila mencoba untuk mengingat, di mana ia melihat jaket dengan lambang api di dada sebelah kiri dan inisial J di dada sebelah kanan.

"Ngapain lo buka lemari gue?"

Sila terperangah, ia menoleh Darma sudah keluar dari kamar mandi dengan sweater warna abu-abu di padukan celana pendek di atas lutut dengan keadaan rambut masih basah.

"Ouh, tadi lemari Kak Darma kebuka jadi gue berniat mau nutup," jawab Sila. Gadis itu segara menutup lemari tanpa memikirkan apa pun lagi.

Darma mengangguk-angguk saja. Ia beralih duduk di atas karpet bersiap bermain PS.

"Sini temenin gue main PS," panggil Darma menepuk tempat kosong di sampingnya. Sila menurut, gadis itu duduk tepat di samping Darma.

"Suka banget main PS?" tanya Sila.

"Dulu iya tapi sekarang jarang," jawab Darma fokus dengan permainan yang baru di mulai.

"Kenapa?"

"Karena dulu ada Kania yang selalu temenin gue main PS lawan Jery. Tapi kalau sekarang...." ucapan Darma menggantung. Cowok itu menoleh kearah Sila yang juga tengah memandangnya.

"Kalau sekarang? Kenapa?" Sila menunggu Darma menyelesaikan ucapannya.

Darma menggeleng cepat."Nggak." Darma kembali fokus bermain.

"Sepi ya nggak ada Kania? Merasa beda? Gue ngerti kok, kak. Gak semudah itu menerima kehilangan," ujar Sila bijak. Gadis itu memaksakan senyumnya meski matanya tak bisa berbohong. Ya, mata Sila tiba-tiba berkaca. Ia merasa sedang menempati posisi Kania yang biasa menemani Darma bermain PS.

"Sila.... Lo...." Darma bingung kenapa Sila tiba-tiba menyebut nama Kania seolah sudah tau siapa Kania di hidup Darma.

"Gue udah tau kok siapa Kania. Dia mantan Kak Darma kan? Adiknya Kak Jery."

"Lo tau dari mana?" kaget Darma. Tatapannya berubah dingin.

"Tante Arumi yang cerita." Sila menundukkan kepalanya takut Darma melihat air matanya yang tiba-tiba meluruh. Tidak tahu perasaan apa yang Sila punya saat ini. Yang ia tahu rasanya sakit mengetahui orang yang saat ini bersamanya belum mau berdamai dengan masa lalu nya.

"Sekarang gue tau alasan kenapa kak Darma gak mau sampai gue jatuh cinta ke kak Darma. Karena Kak Darma takut, takut posisi Kania tergantikan." Sila menarik napas dalam-dalam lalu mengembuskan nya perlahan.

"Kak Darma gak perlu takut posisi Kania tergantikan. Karena gue nggak akan mampu buat merebut atau menggantikan posisinya di hati Kak Darma. Gue nggak tau Kak Darma punya tujuan apa pacaran sama gue tapi kalau nanti tujuannya udah tercapai atau selesai...." Sila berusaha untuk mengisi pasokan udara yang terasa menyempit di paru-parunya.

"Tolong akhiri segera ya, kak? Karena gue takut... takut gak bisa tahan perasaan gue lagi." Sila memaksakan senyumnya sebelum beranjak keluar dari kamar Darma.

Darma memandang punggung Sila yang perlahan menghilang dari pandangannya. Ia di buat bungkam oleh Sila dengan kata-katanya. Apa Darma terlalu jahat menggunakan gadis yang tidak tahu apa-apa sebagai umpan balas dendamnya? Stik PS yang Darma genggam terjatuh begitu saja.

"Sori, tapi lebih baik lo nggak pernah menaruh perasaan apa pun ke gue. Karena kalau sampai itu terjadi pasti akan menyakiti lo. Lebih baik seperti ini, lo benci gue dari awal."

DARMASILA (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang