21.Bad View

1.5K 132 5
                                    

Darma duduk termenung di mejanya, ia tengah memikirkan sikapnya yang berlebihan kepada Sila tadi. Entah kenapa ada rasa bersalah di hati Darma. Tidak biasanya cowok itu akan merasa bersalah.

"Sikap gue keterlaluan gak sih tadi?" tanya Darma membuat Thor, Jery dan Dipta berhenti berbincang. Mereka memang membiarkan Darma merenungkan sikapnya tadi.

"Ee... Jangan tersinggung ya, Dar, menurut gue sikap lo emang kelewatan," ujar Dipta berani bersuara.

"Gue juga kalau jadi Sila bakal sakit hati sih lo perlakukan kayak tadi," timpal Thor.

"Mending lo minta maaf Dar sama Sila," pendapat Jery.

Darma mengangkat alisnya sebelah."Gue minta maaf sama dia? Emang gue salah apa?"

"Baru juga sadar sama kesalahannya tapi gak mau minta maaf," sindir Thor.

"Salah apa? Gue ngerasa gak ada salah apa-apa sama tuh cewek."

"Lah, tadi kan lo sendiri yang ngomong kalau sikap lo berlebihan ke Sila. Masak udah lupa?" Jengah Thor.

"Gue tadi cuma tanya. Dan gue ngerasa sikap gue wajar aja. Kalian kan tahu gue gak suka party terus ngapain mereka bikin party?" kekuh Darma tidak mau di salahkan.

"Ya, mereka kan gak tau lo gak suka sama party, Dar. Jadi wajarlah mereka bikinin party buat ketua osis sekolah ini," ujar Jery.

"Tetap aja mereka salah. Mau buat party kok gak ijin dulu sama gue."

"Camat kali perlu izin," celetuk Thor.

"Darma kan ketua osisnya monyong! Harusnya mereka izin dulu kalau mau buat acara," ucap Dipta.

"Otak lo yang monyong Dipta! Mana ada kasih suprise harus izin dulu ke yang ulang tahun!"

"Sekali lagi lo ngomong gue keluarin lo dari TA, Thor! Intinya apapun yang mau mereka lakukan harus ada izin dari gue!"

"Ya, ampun bang jago," ucap Thor menyatukan telapak tangannya di depan Darma.

"Nah, loh. Bacot sih punya moncong," ejek Dipta puas.

"Diem lo kadal!"

Darma berdiri dari bangkunya, melenggang keluar kelas. Lama-lama capek mendengar ocehan sahabat-sahabatnya itu. Lebih baik Darma pergi ke perpustakaan untuk menenangkan diri.

••••

Di sisi lain Sila kembali ke tempat dimana Darma membuang jepitan dari Rangga. Sampai saat ini jepitan itu belum juga di temukan. Padahal hampir setiap hari Sila mencarinya.

"Kenapa susah banget sih ketemunya!"

Sila terus memilah-milah rumput di depannya itu. Kenapa susah sekali menemukan jepitan dari Rangga.

"Lo cari ini?"

Suara dari seseorang menghentikan aktifitas Sila. Ia mendongak melihat Rangga tengah menyodorkan jepitan kearahnya. Itu adalah jepitan yang di buang oleh Darma.

"Kak Rangga?"

"Lo cari ini kan?" Ulang Rangga. Sila berdiri lalu menganggukkan kepalanya.

"Kok bisa ada di Kak Rangga?"

Rangga terkekeh."Kemarin gue liat kok Darma buang jepit ini. Jadi pas Darma pergi gue langsung cari karena gue tau lo suka banget sama jepitan ini," jelas Rangga.

DARMASILA (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang